Modus Taat Pribadi tipu korban, dari air keramat sampai kotak ATM
Merdeka.com - Praktik penipuan dengan modus penggandaan uang yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi satu per satu terbongkar. Tak hanya terjadi di Probolinggo, Jawa Timur, sejumlah warga di daerah yang menjadi korbannya melapor ke polisi.
Padepokan Taat Pribadi ternyata tersebar di sejumlah daerah. Pengikutnya lumayan banyak, satu padepokan ada yang mencapai seratusan orang.
Selama ini, aktivitas di padepokan tak dianggap mencurigakan oleh warga sekitar. Berkedok pengajian, satu per satu orang berdatangan ke padepokan Dimas Kanjeng.
-
Dimana sekte ini berada? Polisi juga menemukan 251 anak di bawah umur tinggal di peternakan Chokurongerwa, yang berjarak sekitar 34 km sebelah barat laut Ibu Kota Harare.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Di Mana Pendap Populer? Rupanya tak hanya populer di Bengkulu, makanan ini juga populer di Indonesia.
-
Di mana kerusuhan terjadi? Kerusuhan anti-Yahudi terjadi pada 7–8 Juni 1948, di kota Oujda dan Jerada, di protektorat Prancis di Maroko sebagai tanggapan terhadap Perang Arab-Israel tahun 1948 yang diikuti dengan deklarasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 14 Mei.
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
-
Kenapa Sendang Tirto Kamandanu selalu ramai? Setiap hari, sumber air keramat ini selalu ramai pengunjung.
Di tengah pengajian itu, dimulailah percobaan memperkenalkan kemampuan Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang mampu menggandakan uang. Mereka yang ingin menggandakan uangnya pada Taat Pribadi harus membayar sejumlah mahar.
Mahar yang dimaksud menukarkan sejumlah barang yang disediakan padepokan dengan uang yang akan digandakan.
Seperti yang diceritakan Ida, warga Samarinda yang menjadi korban Dimas Kanjeng. Akibat diimingi uang berlipat ganda, Ida kehilangan uangnya Rp 23,5 juta.
Setelah beberapa saat mengikuti pengajian di padepokan itu, dia ditawarkan ikut penggandaan uang. Sebagai mahar, dia menyetor uangnya secara bertahap melalui sistem transfer dengan besarannya masing-masing Rp 5 juta.
Uang itu kemudian ditukarkan dengan sebuah kotak. Padepokan itu mengistilahkan dengan kotak ATM karena nantinya di dalam kotak akan ada uang hasil penggandaan.
"Janjiin uang bertambah selalu disampaikan saat sesi pengajian. Namun sampai waktu disepakati tak ada tanda-tanda yang bertambah."
"Pelapor membeli 2 kotak itu, disebutkan sebagai mahar masing-masing Rp 5 juta. Dibahasakan kotak itu sebagai ATM Dapur. Total uang yang sudah diserahkan pelapor sekitar Rp 23,5 juta," ujar Kasubbag Humas Polresta Samarinda, Iptu Hardi.
"Dijanjikan setiap istighosah dan pengajian selasa malam Rabu, tinggal selangkah lagi uang ibu akan semakin besar. Jadi, kotak dibawa pulang pelapor. Dengan mengikuti rutin kegiatan-kegiatan, itu dengan sendiri akan bertambah," jelasnya.
Dia mengikuti aktivitas di padepokan itu sejak 2013 hingga 2014. Tujuannya semata-mata hanya untuk mengubah nasib.
"Ikut ini untuk mengubah nasib.Tapi saya tidak tahan dipungut terus. Saya minta kembali uang saja. Total keseluruhan uang yang saya setorkan ada Rp 23,5 juta mas," ungkap Ida saat melapor.
Lain lagi dengan korban Najmiah. Dia menjadi korban penipuan Dimas Kanjeng mencapai Rp 202 miliar. Uang itu juga disetor bertahap selama lima kali, ada yang ditransfer, ada pula yang dibayarkan tunai.
Tak lama setelah menyetor uangnya, Najmiah mendapat kiriman air sakti yang dikirim dari padepokan. Air sakti itu jadi modus padepokan agar korbannya percaya Dimas Kanjeng bisa menggandakan uang.
Bak jatuh tertimpa tangga. Najmiah malah jatuh sakit usai meneguk air sakti itu.
"Ada kiriman air dibawa suruhan Kanjeng Dimas ke bunda untuk diminum. Tetapi beberapa selang kemudian bunda jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit, setelah beberapa saat dirawat bahkan dibawa ke Singapura, namun bunda akhirnya meninggal dunia," kata anak bungsu Najmiah, Muhammad Nur Najmul di kediamannya, Jalan Sunu blok K/10, Tallo, Makassar kemarin.
Saat dibawa ke rumah sakit di Makassar, Najmiah didiagnosa maag. Tidak puas dengan hasil medis tersebut, keluarga lantas membawa korban berobat ke Singapura.
"Dokter di sana mengatakan tidak apa-apa. Tetapi sewaktu masuk ICU sudah mulai terlihat keanehan, dari tangan terlihat mulai kehitaman dan lama kelamaan sampai pada kukunya terlihat hitam pekat," kata anak bungsu Najmiah, Muhammad Nur Najmul di kediamannya, Jalan Sunu blok K/10, Tallo, Makassar kemarin.
Najmul menduga kondisi kesehatan ibundanya tersebut berhubungan dengan air yang dikirim oleh VJ, orang suruhan Dimas Kanjang. Kendati demikian dirinya tidak tahu persis berapa kali menerima air tersebut.
Kini Taat Pribadi sudah mendekam di tahanan terkait kasus pembunuhan dan penipuan yang dilakukan Dimas Kanjeng. Di sejumlah daerah, polisi sudah membuat pos pengaduan bagi warga yang menjadi korban penipuan padepokan Dimas Kanjeng.
(mdk/hrs)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peristiwa itu bermula saat korban tertarik dan akhirnya masuk grup pesugihan di Facebook
Baca SelengkapnyaRegenerasi menjadi isu utama di balik makin menyusutnya jumlah kelompok penghayat kepercayaan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPolres Pekalongan mengungkap kasus penipuan dengan modus penggandaan uang bermotif politik. Korbannya seorang caleg dari Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaIa melancarkan aksi tipu-tipu dengan membuka praktik pengobatan alternatif di rumah kontrakannya yang ada di sekitar Kota Pacitan.
Baca SelengkapnyaBahkan, ada juga makam yang dibuat seolah sangat tua dan kramat, dengan menambahkan bangunan serta kain kafan di batu nisan.
Baca SelengkapnyaModusnya, korban diminta hampir Rp400 juta sebagai syarat persembahan di Pantai Selatan.
Baca SelengkapnyaAda ratusan rekening inaktif yang diperjualbelikan untuk judi online.
Baca Selengkapnya