Moeldoko Nilai Masyarakat Saat Ini Lebih Percaya Asumsi Daripada Data
Merdeka.com - Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko menyoroti permasalahan di media arus utama maupun media sosial saat ini. Masyarakat dinilai lebih percaya asumsi ketimbang data yang benar.
"Masyarakat post-truth, masyarakat yang lebih percaya pada persepsi dan asumsi, dibanding data dan kebenaran," katanya dalam webinar menjelang Hari Pers Nasional 2021, Minggu (7/2).
Moeldoko meminta media tidak terjebak dan terbawa arus di era post-truth. Apalagi saat ini ruang digital menjadi tidak sehat hingga menjalar ke ruang publik.
-
Apa isi hoaks tentang Kominfo? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang tangani isu hoaks di Kominfo? Tim AIS Kementerian Kominfo menemukan sebanyak 2.357 isu hoaks dalam kategori kesehatan.
-
Kenapa berita hoaks tentang Kominfo diklaim tidak benar? Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
-
Bagaimana cara membedakan hoaks dengan berita asli? Jika dilihat lebih detail, ada sejumlah kejanggalan yang terlihat pada layout unggahan tersebut dengan tampilan pada situs asli Liputan6.com. Satu di antaranya yaitu perbedaan font tulisan, struktur tanda baca, serta tata letak penulisan, nama penulis, dan tanggal unggahan artikel.
-
Kenapa banyak berita hoaks di AS? Jumlah tersebut berbanding 1.213 surat kabar harian yang beroperasi di seluruh AS, demikian menurut laporan tahun 2023 dari Universitas Northwestern.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
"Tolong ini jangan dimanfaatkan wartawan, pemerintah dihadapkan pada efek post truth, ujaran kebencian hingga pola kekerasan di ruang publik, efeknya bisa kita hitung sampai seberapa jauh ruang publik itu tetap sehat," ucapnya.
Moeldoko mengingatkan peran wartawan saat ini tidak mudah. Dia meminta para jurnalis lebih menggembleng diri.
"Tentang peran jurnalis saat ini menghadapi situasi yang tidak mudah, itu tadi saya katakan perlunya kita semakin menggembleng diri," urai Moeldoko.
Selain itu, Moeldoko berpandangan era disrupsi telah mengubah tatanan kehidupan media dan ekonomi media.
"Disrupsi teknologi atau digital sekarang ini memang menjadi game changer karena mengubah perilaku ekosistem informasi," kata mantan Panglima TNI ini.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi menyebut masih banyak media online yang tidak memiliki dewan redaksi.
Baca SelengkapnyaMengajak masyarakat khususnya para pemilih pemula untuk tidak mudah percaya dengan informasi hoaks
Baca SelengkapnyaHoaks masih menjadi ancaman nyata jelang pemilu. Masyarakat pun masih banyak yang "terjangkit" hoaks.
Baca SelengkapnyaPersoalan politik uang menempati posisi pertama di angka 37,2 persen.
Baca SelengkapnyaBerita hoaks didominasi oleh isu kesehatan, pemerintahan, penipuan dan politik di luar pada isu-isu lain
Baca SelengkapnyaKepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyebut isu mundurnya sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) hanya desas-desus
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, dia mengakui bahwa temuan hoaks Mafindo jumlahnya lebih sedikit dari banyaknya hoaks yang tersebar.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaHal ini juga berpotensi membuat masyarakat menghakimi orang-orang atau yang belum tentu bersalah.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengaku pernah mendapati dirinya disebut memaki-maki, padahal dia merasa tidak pernah melakukan hal tersebut
Baca SelengkapnyaDisinformasi yang bersumber dari platform media sosial merembes ke forum-forum personal seperti whatsapp group.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca Selengkapnya