Momentum Idul Adha bisa dimaknai menyembelih nafsu binatang di dalam diri
Merdeka.com - Momentum Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Zulhijah sering diperingati dengan penyembelihan hewan qurban. Peringatan tersebut tidak hanya dipahami sebatas acara seremonial tanpa makna akan tetapi harus dipetik hikmahnya dengan mendalam.
Selain tentang solidaritas sesama umat, hikmah penyembelihan hewan qurban juga bermakna agar kita juga mampu menyembelih nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia sehingga setiap muslim bisa menjadi pribadi yang humanis, shaleh dan taqwa. Demikian disampaikan Ahmad Basarah Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan.
"Sifat-sifat binatang inilah yang harus kita sembelih atau kita buang jauh-jauh. Sifat licik, amarah dan berperilaku buas terhadap sesama dalam memenuhi ambisi inilah yang harus disembelih dan buang jauh-jauh. Jangan sampai sifat-sifat buruk binatang buas tersebut bercokol dalam alam pikiran dan hati umat muslim dan bangsa Indonesia," kata Basarah, Rabu (22/8).
-
Apa yang membuat manusia menjadi jahat? Manusia mungkin secara alami baik, namun di bawah pengaruh lingkungan yang buruk atau kekuasaan yang otoriter, sisi gelapnya bisa muncul dengan sangat kuat.
-
Bagaimana cara manusia menjadi jahat? Pada akhirnya, apa yang membuat manusia baik atau jahat sering kali dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kebijakan, dan cara kekuasaan diatur.
-
Kenapa sifat hasad dilarang? Hasad merupakan perbuatan tercela hingga dilarang untuk dikerjakan umat manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah berikut ini,'Jauhilah hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.' (HR Abu Dawud).
-
Apa yang terjadi bila kita biarkan nafsu menguasai? Ketika kita memberikan hawa nafsu kita panggung dalam kehidupan, maka bagian lain dari kehidupan kita akan dikuasai oleh hawa nafsu.
-
Siapa yang memiliki hawa nafsu? Malaikat tak memiliki hawa nafsu, sedangkan jin dan manusia memiliki hawa nafsu.
-
Apa saja macam-macam hawa nafsu dalam Islam? Tiga Macam Nafsu Sebelum dijelaskan cara mengendalikan hawa nafsu dalam Islam, perlu dipahami tiga macam nafsu. Dalam Al-Qur'an terdapat tiga macam nafsu yang perlu diketahui, sebagai berikut:Nafsu Muthmainnah (Nafsu yang Tenang):Nafsu Muthmainnah adalah tingkat nafsu yang paling tinggi dan ideal dalam ajaran Islam. Nafsu ini menggambarkan jiwa yang tenang, damai, dan sepenuhnya tunduk kepada Allah.
Formatur Pembentukan Baitul Muslimin Indonesia (BAMUSI) melanjutkan, bahwa syariat berkurban memiliki akar sejarah panjang yang bisa dilacak dari zaman Nabi Adam AS, kemudian di era Nabi Ibrahim AS hingga nabi besar Muhammad SAW. Qurban yang diterima oleh Allah SWT adalah qurban yang dilandasi dengan semangat keikhlasan dan ketaqwaan, sebagaimana hal tersebut ditunjukkan oleh Habil, yang menyiapkan seekor domba besar dan bagus untuk dikorbankan.
Sedangkan qurban Qabil ditolak, lantaran dilakukan tidak dengan ikhlas. Qabil yang terbakar dengan emosi kemudian membunuh saudaranya sendiri, Habil. Peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan kejadian pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia.
"Bahwa nafsu amarah, nafsu kedengkian telah membutakan mata hati manusia dapat membuat manusia menjadi buas terhadap sesama. Tidak jarang manusia tega mengorbankan manusia lainnya hanya untuk memenuhi syahwat dan ambisi kekuasaan. Jika nafsu dengki, amarah dan buas tersebut tidak disembelih, maka bukan mustahil kekacauan dan eksploitasi manusia terhadap manusia masih dan akan terus berlangsung serta dapat menimbulkan kekacauan suatu bangsa atau masyarakat dunia," kata Basarah.
Situasi yang terjadi di masyarakat Arab pra Islam adalah situasi yang memprihatinkan. Praktek dehumanisasi termasuk mengorbankan manusia hidup-hidup menjadi pandangan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW datang menghapus kebiasaan biadab tersebut. Bahwa tradisi mengorbankan manusia dengan dalih dan alasan apapun dalam peradaban umat manusia saat ini adalah perbuatan yang tidak berperikemanusiaan dan tidak dapat ditolerir.
Semangat berqurban juga bisa diterapkan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap komponen bangsa harus mengorbankan egoismenya dan tidak memaksakan kehendak apalagi bersikap buas terhadap sesama dengan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan dan ambisinya.
"Inilah spirit qurban yang harus kita pahami. Mudah-mudahan dengan spirit Idul Qurban 1439 Hijriyah ini bangsa Indonesia dapat menjalani kehidupan kebangsaan yang humanis dan penuh solidaritas sesama bangsa Indonesia dan warga dunia" demikian kata Wakil Ketua MPR RI itu.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam penggalan ceramah, Ketua KPU Hasyim dengan lugas menyampaikan makna penyembelihan dalam Iduladha.
Baca SelengkapnyaHari raya berkurban juga bukanlah ajang untuk saling pamer ukuran dan jumlah hewan yang dikurbankan.
Baca SelengkapnyaPenyembelihan kurban dapat diartikan sebagai upaya untuk menghilangkan ego dalam diri masing-masing individu
Baca SelengkapnyaSetiap umat muslim dianjurkan untuk mengendalikan nafsu agar tidak berbuat dosa dan melanggar agama.
Baca SelengkapnyaIdul Adha bertepatan dengan pelaksanaan haji dan tradisi kurban.
Baca SelengkapnyaKurban, kata Ma'ruf menjadi simbol solidaritas di Hari Raya Idul Adha.
Baca SelengkapnyaWarga Gaza di Khan Younis merayakan Iduladha meski tak seaman dan semeriah seperti tahun lalu.
Baca Selengkapnya