Moncernya bisnis kotak rokok, akali gambar 'horor' bungkus rokok
Merdeka.com - Kebijakan pemerintah mewajibkan kepada semua produsen rokok untuk memperingatkan bahaya rokok melalui gambar pada bungkus rokok yang resmi berlaku Juli 2014 lalu, cukup berpengaruh. Mayoritas penikmat rokok mengaku takut melihat gambar yang cukup menyeramkan itu.
Situasi ini dimanfaatkan bisnis kotak rokok sehingga pecandu rokok bisa mengakali bungkus horor tersebut. Berikut moncernya bisnis kotak rokok seperti dirangkum merdeka.com, Minggu (24/8):
Kotak kayu jati diminati
-
Apa dampak buruk merokok? Zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok merusak kolagen pada kulit, yang mengakibatkan kulit menjadi kusam dan munculnya keriput.
-
Siapa yang harus tahu bahaya rokok? Orang tua memiliki pengaruh besar terhadap perilaku anak.
-
Siapa yang terkena dampak buruk dari merokok? Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif juga terkena dampak serius dari paparan asap rokok.
-
Siapa yang terdampak zat berbahaya rokok? Rokok telah lama dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, dan bukan tanpa alasan.
-
Apa efek buruk merokok bagi kesehatan? Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, mulai dari kanker paru-paru, penyakit jantung, hingga stroke.
-
Siapa yang paling terpengaruh oleh iklan rokok? Kementerian Kesehatan melalui Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Eva Susanti, mengungkapkan bahwa industri tembakau memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk menjangkau audiens muda.
Kotak tempat rokok dengan bahan kayu jati produksi perajin dari Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, diminati konsumen luar daerah, karena dampak dari gambar 'horor' di bungkus rokok sejak sebulan terakhir.Seorang pedagang kotak rokok di Bojonegoro, Mustaqim, mengaku dirinya mampu menjual 400 kotak tempat rokok kayu jati produksi Desa Batokan ke Surabaya dalam sepekan."Setelah di kotak rokok ada gambar horornya, saya berjualan kotak tempat rokok kayu jati ke Pusat Kerajinan di Surabaya, sebab banyak peminatnya dibandingkan dengan pembeli lokal," kata dia.Ia memperkirakan konsumen lokal tidak terlalu berminat membeli kotak tempat rokok dengan bahan kayu jati, karena sudah bosan, selain pasar lokal sudah jenuh."Konsumen lokal tidak terlalu tertarik membeli tempat rokok kotak kayu jati, sebab dianggap biasa. Tapi konsumen luar daerah seperti Surabaya sangat tertarik dengan kotak rokok bahan kayu jati," jelasnya.Namun, katanya, konsumen lokal justru tertarik membeli tempat rokok yang bukan bahan kayu jati, sejak produksi rokok diberi gambar 'horor'.
Harga Rp 20-35 ribu per kotak
Seorang pedagang kotak rokok di Bojonegoro, Mustaqim, menjelaskan bahwa di Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, yang menjadi pusat kerajinan kayu jati di daerahnya, terdapat tiga perajin yang khusus membuat kotak tempat rokok dengan bahan kayu jati.Menurut dia, pemesan kotak tempat rokok ada di tiga perajin itu. Selain dirinya, juga sejumlah pedagang lainnya yang menjual kotak rokok kayu jati dengan cara keliling."Saya bisa menjual ke konsumen lokal sekitar 10 kotak/hari, tetapi sebagian besar kotak produksi pabrik bukan kotak tempat rokok dengan bahan kayu jati," paparnya.Ia mengaku menjual tempat rokok kayu produksi Desa Batokan ke Surabaya, dengan harga Rp20.000/kotak, sedangkan tempat rokok produksi pabrik berkisar Rp30.000 - Rp35.000/kotak."Perajin di Batokan memproduksi kotak tempat rokok kayu jati dengan jumlah banyak berdasarkan pesanan pembeli seperti saya, juga pedagang yang lainnya," jelasnya.Seorang warga Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro Bono mengatakan gambar 'horor' di tempat rokok tersebut cukup efektif untuk menakut-nakuti perokok."Jangankan perokok, saya yang tidak merokok saja melihat gambar yang ada di rokok ngeri," ujarnya.
Kotak aluminium juga laku keras
Selain perajin kotak rokok kayu jati, pedagang kotak rokok aluminium pun juga meraup untung besar pasca beredarnya bungkus rokok dengan gambar seram.Salah seorang pedagang aksesoris rokok di Pasar Sekip Palembang mengaku, dalam sehari dagangannya bisa habis 30-40 kotak. Harga yang dijual bervariasi mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung kualitas dan jenis kotak rokok itu."Ya, laris manis ini setelah bungkus rokok bergambar itu. Lumayanlah, tiga kali lipat peminatnya," kata Rahadin (45).
Pengakuan perokok
Adi (35), seorang karyawan swasta mengaku sangat risih melihat bungkus rokok yang dijual saat ini. Sebab, tampilan gambarnya sangat menakutkan.Karena sudah menjadi pecandu rokok, Adi mencari cara jitu agar dia bisa kembali merokok seperti biasa. Caranya membuang bungkus rokok asli dan menggantinya dengan kotak rokok aluminium."Dari pada terlihat terus saat ambil rokok, mending bungkusnya dibuang saja. Saya masukkan rokok itu ke kotak rokok buatan (aluminium). Apalagi, kotak rokok itu banyak pilihannya, tergantung merek," ujarnya.Pernyataan serupa juga diutarakan Sunarto (40), pegawai salah bank di Palembang. Menurut dia, belakangan terakhir sangat sulit mencari rokok yang masih belum bergambar seram. Dia pun cukup terpengaruh terhadap bungkus rokok yang beredar saat ini."Kemarin-kemarin saya sempat ganti rokok yang tidak ada gambarnya, tapi sekarang tidak ada lagi. Jadi, mau tak mau harus dibuang bungkusnya," kata Sunarto yang mengaku sudah merokok sejak masih duduk di bangku kelas I SMP ini.
(mdk/gib)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tutum menilai aturan ini akan menimbulkan kerancuan saat pembelian produk tembakau dan akan menimbulkan berbagai faktor lain.
Baca SelengkapnyaIni juga dinilai akan berdampak negatif terhadap para pekerja lintas sektor dan industri, termasuk industri periklanan.
Baca SelengkapnyaSerikat pekerja berpendapat bahwa kebijakan ini berpotensi menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor tersebut.
Baca SelengkapnyaPenjualan Rokok Ketengan Bakal DIlarang, Pedagang Asongan Mengeluh
Baca SelengkapnyaBerbagai pelarangan soal industri hasil tembakau memberatkan industri kreatif dan periklanan.
Baca SelengkapnyaPemerintah semakin memperketat peredaran dan penjualan rokok melalui PP Nomor 28 Tahun 2024.
Baca SelengkapnyaBagi mereka, menjual rokok ketengan seperti memberi keringanan bagi perokok yang tak punya uang.
Baca SelengkapnyaAturan kemasan rokok polos tanpa merek menjadi polemik baru bagi perusahaan yang menjalankan usahanya secara legal.
Baca SelengkapnyaHal ini bisa menimbulkan dampak domino terhadap kinerja industri hasil tembakau (IHT).
Baca SelengkapnyaKerugian Rp9,1 Triliun Hingga PHK Massal Membayangi Industri Media Jika Iklan Rokok Dilarang
Baca SelengkapnyaSejumlah pedagang sembako juga menolak rencana pelarangan penjualan rokok eceran atau ketengan.
Baca SelengkapnyaFabianus menyatakan bahwa PP 28/2024 maupun RPMK memiliki potensi besar untuk mempengaruhi keberlangsungan industri media luar griya.
Baca Selengkapnya