MOS di Depok masih diwarnai kegiatan nyeleneh
Merdeka.com - Pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sejumlah sekolah di Depok masih nyeleneh. Siswa baru di beberapa sekolah masih terlihat mengenakan atribut aneh seperti kalung permen dan topi karton, kalung dari minuman dan name tag berukuran besar.
Di SMK Setia Negara misalnya yang meminta siswa baru mengenakan kalung permen dan topi karton. Pihak sekolah mengaku hal itu masih dipertahankan tanpa maksud lain. Dengan cara itu, maka mental siswa baru bisa teruji.
"Anak itu secara mental mau gak ke sekolah dengan pake atributnya name tag, kalung permen, topi yang terbuat dari karton, dan kaus kaki," kata Wakil Ketua Panitia MPLS SMK Setia Negara Kota Depok, Deni Haidin, Selasa (28/7/2015).
-
Kenapa bullying di sekolah berbahaya? Bullying di sekolah dapat memiliki berbagai dampak negatif yang serius, baik bagi korban maupun pelaku.
-
Kenapa kekerasan anak di sekolah semakin marak? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif. 'Kekerasan pada anak di satuan pendidikan cenderung dilakukan secara berkelompok akibat lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya circle yang berpengaruh negatif,' kata Anggota KPAI Aris Adi Leksono saat dihubungi di Jakarta. Demikian dikutip dari Antara, Senin (11/3).
-
Kenapa anak-anak jadi korban bullying di sekolah baru? Memulai sekolah baru bisa menjadi pengalaman yang menantang bagi anak-anak. Selain harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, mereka juga harus menghadapi kemungkinan menjadi korban bullying. Hal ini rentan dihadapi ketika mereka memasuki situasi baru yang tidak familiar sebelumnya.
-
Siapa pelaku aksi bullying tersebut? Kepolisian Resor Bulukumba telah mengamankan dua pelaku.
-
Apa dampak dari kekerasan di lingkungan sekolah? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas kekerasan di sekolah? Satuan pendidikan harus menyadari mereka memiliki tugas dan fungsi perlindungan anak, selain tugas layanan pembelajaran.
Pihak sekolah juga bukan tanpa alasan menyuruh siswa memakai kalung permen. Kalung itu juga sebagai indikator kedisiplinan. Jika siswa terlambat datang selama pelaksanaan MPLS maka satu permen akan dicopot satu per satu.
"Kalau ada anak telat 5 menit, kita akan ambil satu permen. Nah untuk kalung permen yang utuh berartinya dia tidak pernah melanggar," ucapnya.
Sementara itu, di SMAN 1 Depok justru penerapan MPLS berjalan normatif. Hal itu merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2014 tentang Masa Orientasi Peserta Didik Baru di Sekolah. Dalam aturan itu, sekolah dilarang melaksanakan masa orientasi peserta didik yang mengarah kepada tindakan kekerasan, pelecehan, dan tindakan destruktif lainnya yang merugikan peserta didik baru baik secara fisik maupun psikologis.
Wakil Seksi Bidang Kesiswaan SMAN 1 Depok, Teguh Syahrudin mengatakan, siswa yang masuk di Sekolah SMA 1, merupakan yang pintar, cerdas, dan kreatif. Pihaknya mengaku tetap melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan perkenalan dengan stand by, keliling kelas, dan evaluasi setiap sore. Tahun lalu, kata dia, pelaksanaan MPLS memang masih dilakukan dengan menyuruh siswa baru menggunakan atribut aneh pada masa perkenalan.
"Tahun kemarin sih ada pake-pake atribut aneh itu, terus banyak keluhan dari orang tua siswa. Jadi untuk tahun ini kita tidak memakai atribut yang aneh-aneh yang bikin orang tua bingung" katanya.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi D DPRD Kota Depok Rezky M Noor meminta sekolah tidak melaksanakan praktik perpeloncoan selama MPLS. Dia mengarahkan agar sekolah lebih melaksanakan kegiatan yang positif.
"Pelaksanaannya harus lebih bermakna dengan pengenalan terhadap sekolah agar lebih cepat dalam beradaptasi. Jadi siswa tidak canggung dan tidak takut selama belajar agar lebih cepat dalam menyerap materi pembelajaran di sekolah mereka," kata Rezky.
Dia juga menyarankan agar pihak kepolisian dilibatkan dengan memberikan materi yang berkaitan dengan siswa. Misalnya materi untuk mengatasi masalah tawuran, antisipasi kenakalan remaja dan bahaya narkoba.
"Sekolah baru ya memberikan rasa nyaman, jangan justru bikin siswa nggak nyaman. Sampai sekarang kami belum terima laporan soal keluhan siswa," katanya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi telah mengamankan sepeda motor dan barang bukti berupa 1 buah celurit dan penggaris besi.
Baca SelengkapnyaPuluhan pelajar salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) negeri di Garut, Jawa Barat, Minggu (21/1) dini hari digelandang ke Mapolres Garut.
Baca SelengkapnyaPerlombaan yang bersifat hiburan tersebut selain untuk memeriahkan HUT ke-79 Kemerdekaan RI juga sekaligus untuk menumbuhkan semangat nasionalisme, kebersamaan.
Baca SelengkapnyaMengimbau kepada pihak sekolah agar siswanya tidak menggunakan knalpot brong
Baca SelengkapnyaPonpes Baitul Quran Al Jahra Magetan mengklarifikasi foto viral para siswinya memegang senjata laras panjang. Begini penjelasannya.
Baca SelengkapnyaDiduga, barang serupa pulpen itu dijual pedagang keliling yang datang ke sekolah
Baca SelengkapnyaMenurutnya saat itu orang tua komplain karena anaknya tidak berkata jujur.
Baca SelengkapnyaPolisi mengidentifikasi asal sekolah pelajar yang diamankan. Dari 10 sekolah, hanya dua di antaranya yang berada di Kota Semarang.
Baca SelengkapnyaKejari Depok mencurigai ada dugaan tindak pidana korupsi dalam manipulasi persyaratan administratif.
Baca SelengkapnyaKapolda memastikan semua mahasiswa yang sempat diamankan sudah dibebaskan.
Baca SelengkapnyaAda-ada saja ulah murid-murid di setiap sekolah saat berada di depan guru.
Baca SelengkapnyaKemendikbudristek meluruskan kabar yang beredar mengenai perubahan seragam sekolah yang berlaku setelah Lebaran.
Baca Selengkapnya