Muktamar NU & Muhammadiyah didesak bahas isu kekerasan perempuan
Merdeka.com - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mengharapkan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang, Jawa Timur dan Muktamar ke-47 Muhamadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan, menghasilkan sikap untuk menghentikan kekerasan pada perempuan.
"Mengingat peran strategisnya, baik memberi pandangan kepada negara maupun membentuk sikap umat dan bangsa, kami harap dalam muktamar kedua organisasi masyarakat keagamaan terbesar di Indonesia ini, dapat memberi prioritas maupun perhatian pada sejumlah isu kekerasan terhadap perempuan," kata Ketua Komnas Perempuan Azriana, Jumat (31/7).
Menurutnya, Komnas Perempuan berharap kepada kedua organisasi Islam terbesar ini antara lain, pertama, membuat penyikapan, pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan terutama kekerasan seksual. Hal itu karena menurut mereka dalam kurun waktu 10 tahun, terdapat 93 ribu kasus kekerasan seksual.
-
Bagaimana Zulhas mempersatukan NU dan Muhammadiyah? “Saya berusaha mendudukkan NU dan Muhammadiyah mulai dari Kabupaten Lampung, lalu ke tempat lain terus menerus. Dulu di Surabaya juga pernah dipimpin Muhammadiyah dalam satu forum duduk bareng (dengan NU),“
-
Apa perbedaan utama NU dan Muhammadiyah? NU merupakan organisasi yang menganut paham Islam Sunni yang mengikuti tradisi keagamaan yang telah ada sejak masa kolonial. Mereka menghargai dan menghormati tradisi-tradisi keagamaan seperti tahlil, doa arwah, dan ziarah kubur. Di sisi lain, Muhammadiyah memiliki pandangan yang lebih puritan dan lebih menekankan pada ibadah yang benar dan tegas dalam kerangka yang sederhana, dengan menekankan pentingnya pemahaman ajaran agama yang murni.
-
Mengapa Zulhas berupaya keras mempersatukan NU dan Muhammadiyah? “Jadi begini, memang parpol itu fungsinya memajukan peradaban. Oleh karena itu PAN berusaha keras agar umat Islam memperkuat persatuan, bersatu walaupun berbeda,“
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah punya pandangan berbeda? Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari. Keduanya merupakan representasi ulama nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.
-
Siapa yang mendirikan NU dan Muhammadiyah? NU atau Nahdlatul Ulama, didirikan oleh ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Surabaya pada 31 Januari 1926. Sementara itu, Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912.
Kekerasan seksual ini, terutama menyasar usia remaja dengan 70 persen pelaku adalah orang yang dekat atau dikenal baik oleh korban. Namun, hingga saat ini tindak kekerasan seksual di Indonesia semakin berkembang dan beragam, sementara perangkat hukum yang mengaturnya sangat terbatas.
"Dari 15 jenis kekerasan seksual yang dikenali oleh Komnas Perempuan, baru 3 yang diatur dalam Undang-Undang," ujar Azriana.
Lanjut dia, kedua, turut aktif dalam mencegah lahirnya kebijakan diskriminatif atas nama agama dan moralitas yang menurut Komnas Perempuan, hingga 2014 sudah ada 365 kebijakan yang mengkriminalkan, membatasi mobilitas dan identitas serta mendiskriminasi perempuan maupun minoritas agama.
"Kami berharap NU dan Muhammadiyah aktif bersikap dan mengonsolidasikan sikap anti-diskriminasi, menjaga perdamaian dan kebhinekaan dalam kebijakan lembaga," tutur Azriana.
Maih kata dia, ketiga, memberi prioritas pembelaan dan perlindungan pada perempuan rentan pemiskinan dan kekerasan seperti, buruh migran, pekerja rumah tangga (PRT), korban perdagangan orang dan perempuan yang sebagian di antaranya terancam hukuman mati di dalam maupun di luar negeri.
"Korban perdagangan orang dan kementerian, menurut data Kemlu RI, hingga saat ini mencapai 229 orang," ucap Azriana seperti dilansir Antara.
Masih kata dia, keempat, Komnas Perempuan mengharapkan kedua ormas keagamaan tersebut mengeluarkan pandangan-pandangan keagamaan yang adil dan ramah terhadap perempuan baik ketika memberi pertimbangan negara, penyikapan publik maupun memastikan komitmen dan tauladan para pemimpin-pemimpin agama dalam menghapuskan kekerasan terhadap perempuan.
Sementara itu, Wakil Ketua Komnas Perempuan, Yuniyanti Chuzaifah memandang langkah pro-aktif kedua organisasi masyarakat ini untuk melindungi dan mencegah kekerasan terhadap perempuan, langsung atau tidak langsung akan melindungi warga NU dan Muhammadiyah sendiri.
"Langkah pro-aktif NU dan Muhammadiyah akan melindungi warganya sendiri, di samping warga negara lain yang berharap dapat perlindungan dan dukungan dari kedua organisasi masyarakat yang berpengaruh ini," ujar Yuniyanti.
Dari informasi yang dihimpun, Nahdlatul Ulama akan menggelar Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur pada 1-5 Agustus 2015. Sedangkan Muhammadiyah akan menggelar Muktamar ke-47 di Makassar, Sulawesi Selatan pada 3-7 Agustus 2015.
(mdk/efd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedua tokoh tersebut adalah Maria Ulfah Santoso dan Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito.
Baca SelengkapnyaCak Imin mempertanyakan ke-NU-an Khofifah karena lebih memilih mendukung Prabowo-Gibran dari pada pasangan AMIN.
Baca SelengkapnyaMuktamar Luar Biasa NU direncanakan berlangsung di Cirebon.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaZulhas ingin memperkuat persatuan dengan merangkul semua golongan, termasuk Nadhlatul Ulama (NU).
Baca SelengkapnyaGrace menyatakan kegiatan dilakukan untuk merayakan perbedaan, toleransi, dan perdamaian.
Baca SelengkapnyaPuan pun mengingatkan, Indonesia memiliki berbagai regulasi hukum melindungi masyarakat dari tindak kekerasan seksual.
Baca SelengkapnyaFilm Ini bertujuan awernes campain atau membangun kesadaran publik agar bisa menerima aliran keyakinan lain
Baca SelengkapnyaPresidium mengapresiasi dukungan pengasuh-pengasuh pondok pesantren di Jateng terhadap Gerakan Penyelamatan Organisasi dan Muktamar Luar Biasa NU.
Baca SelengkapnyaAda sembilan poin yang dapat dijadikan pedoman berpolitik bagi warga NU.
Baca SelengkapnyaWarga Nahdliyin yang tergabung komunitas Jaringan Nahdliyin Pengawal Khitthah Nahdlatul Ulama (JNPK-NU) prihatin terhadap kisruh PBNU dan PKB.
Baca SelengkapnyaKetua DPR RI Puan Maharani menyoroti masih banyaknya kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi yang masih diabaikan pihak kampus
Baca Selengkapnya