Mulai Disuntik Vaksin Covid-19, Begini Tanggapan Para Lansia
Merdeka.com - Pemerintah mulai melakukan vaksinasi Covid-19 bagi orang lanjut usia (lansia) di atas 60 tahun hari ini. Vaksinasi diawali dari tenaga kesehatan lansia yang bertugas di fasilitas kesehatan.
Upaya pemerintah melakukan vaksinasi Covid-19 ini mendapat tanggapan dari lansia di Tanah Air. Abang, lansia asal Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan menolak untuk divaksinasi Covid-19 meskipun tidak memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
Dia beralasan khawatir mengalami efek samping usai divaksinasi Covid-19.
-
Siapa yang menekankan pentingnya skrining kesehatan lansia? Prof. Dante Saksono Harbuwono menekankan bahwa, 'Skrining kesehatan harus dilakukan secara maksimal, yaitu didukung oleh pengetahuan medis yang lebih baik.'
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Bagaimana lansia menjaga kesehatan? Lansia membutuhkan waktu istirahat yang cukup dan sebaiknya menghindari aktivitas fisik yang terlalu berat.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan lansia? Dengan menerapkan gaya hidup sehat, menjaga lingkungan, nutrisi yang baik, dan faktor sosial-ekonomi yang positif, lansia dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik hingga usia lanjut.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Kenapa skrining kesehatan penting bagi lansia? Skrining kesehatan dapat membantu mendeteksi penyakit secara dini sehingga pengobatan dan pencegahan dapat dilakukan lebih efektif.
"Tidak mau (divaksinasi). Takut kena efek samping, takut nanti daya tubuh lemah," kata wanita berumur 64 tahun ini saat dihubungi, Senin (8/2).
Selain khawatir terhadap efek samping, Abang menyebut mayoritas warga di wilayahnya menolak divaksinasi. Karena itu, dia merasa yakin untuk tidak ingin menerima vaksinasi Covid-19.
"Masyarakat di sini juga tidak mau disuntik vaksin Covid-19," ujarnya.
Hal serupa disampaikan Baria, warga Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia tak ingin divaksinasi Covid-19 karena takut merasakan efek samping usai divaksinasi Covid-19.
"Takut efek samping. Takut mati karena disuntik vaksin," katanya.
Wanita berumur 65 tahun ini juga mengaku memiliki komorbid sehingga menolak divaksinasi. Dia memiliki komorbid penyakit jantung dan hipertensi.
"Saya ada kolesterol, hipertensi, jantung," jelasnya.
Nani, warga Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat juga menolak untuk divaksinasi. Wanita berumur 64 tahun ini mengaku takut mengikuti vaksinasi kendati tidak memiliki komorbid.
"Nggak mau divaksinasi. Ngeri, takut kenapa-kenapa," ujarnya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan vaksin Covid-19 Sinovac untuk lansia di atas 60 tahun. Izin penggunaan vaksin Sinovac untuk lansia dikeluarkan pada 5 Februari 2021.
Penerbitan izin ini dilakukan setelah mendapat data hasil uji klinik fase 1 dan 2 vaksin Sinovac untuk lansia di China serta uji klinik fase 3 di Brasil. Data hasil uji klinik fase 1 dan 2 di China menunjukkan, imunogenisitas lansia berada pada angka 97,96 persen setelah dilakukan dua kali penyuntikan vaksin Sinovac dengan rentang waktu 28 hari. Uji klinis dilakukan kepada 400 lansia.
Sedangkan hasil uji klinik fase 3 di Brasil menunjukkan lansia berada dalam kondisi aman dan tidak menimbulkan efek samping serius derajat ketiga setelah dilakukan dua kali penyuntikan. Uji klinik fase 3 di Brasil melibatkan 600 lansia.
Kepala BPOM, Penny K. Lukito mengatakan vaksin Sinovac untuk orang lanjut usia lansia di atas 60 tahun memiliki efek samping.
"Efek samping umum yang terjadi adalah ringan yaitu nyeri, ruam, demam, bengkak, merah pada kulit dan sakit kepala," katanya dalam konferensi pers melalui YouTube BPOM RI, Minggu (7/2).
Penjelasan Menkes
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin justru menyatakan tidak ada efek samping khusus yang ditimbulkan oleh para lansia setelah disuntikkan vaksin Sinovac.
"Sama saja, tidak ada (efek samping khusus yang ditimbulkan). Lalu terkait pendampingan khusus saat divaksin, tidak perlu ada pendampingan khusus selama yang bersangkutan masih sehat. kalau tidak bisa jalan, ya perlu ada yang bawakan tongkatnya atau bawakan kursi rodanya," kata Budi saat konferensi pers virtual terkait Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia, Minggu (7/2).
Menkes melanjutkan, lansia yang memiliki riwayat diabetes ataupun penyakit komorbid lainnya tidak perlu kembali melakukan pengecekan kondisi kesehatan sebelum disuntik vaksin. Sebab, para lansia yang akan divaksin itu tentunya sudah mengetahui terkait riwayat penyakitnya.
"Nanti bisa di-share langsung ke dokternya di meja 2 (di lokasi vaksinasi)," kata Budi.
Meskipun kelompok lansia saat ini menjadi sasaran vaksinasi, jumlah sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia tidak berubah. Tetap 181 juta orang, tepatnya 181.554.465.
"181 juta itu dihitungnya di atas 18 tahun, jadi angka 181 juta sudah termasuk usia di atas 60 tahun," ujarnya.
Untuk saat ini, target pertama penyuntikan lansia memang dikhususkan bagi tenaga kesehatan. Namun setelah tuntas menyuntik 11.600 tenaga kesehatan lansia, Kemenkes akan mengusahakan menyuntik vaksin ke warga lansia.
"Prinsipnya, berdasarkan izin BPOM, kita akan langsung memvaksinasi semua orang Indonesia di atas 60 tahun. Kita bersyukur sesudah BPOM mengeluarkan UEA Sinovac untuk usia di atas 60 tahun. UEA dikeluarkan berdasarkan uji klinis negara di luar Indonesia dan menganalisis datanya," jelasnya.
Sebelumnya, 10 persen penyumbang kasus positif Covid-19 di Indonesia adalah lansia. Angka kematian lansia menyumbang hampir 50 persen dari seluruh kasus kematian di Indonesia.
Penerbitan izin vaksinasi untuk lansia dilakukan setelah mendapat data hasil uji klinik fase 1 dan 2 vaksin Sinovac untuk lansia di China serta uji klinik fase 3 di Brazil.
Data hasil uji klinik fase 1 dan 2 di China menunjukkan, kadar antibodi atau imunogenisitas lansia berada pada angka 97,96 persen setelah dilakukan dua kali penyuntikan vaksin Sinovac dengan rentang waktu 28 hari. Uji klinis dilakukan kepada 400 lansia.
Sedangkan hasil uji klinik fase 3 di Brasil menunjukkan lansia berada dalam kondisi aman dan tidak menimbulkan efek samping serius derajat ketiga setelah dilakukan dua kali penyuntikan. Uji klinik fase 3 di Brasil melibatkan 600 lansia.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Vaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaMulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.
Baca SelengkapnyaKemenkes menyatakan Indonesia mulai memasuki era penuaan penduduk atau aging population
Baca SelengkapnyaHidup Lansia diatur dengan baik di PP Kesehatan yang baru diteken Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaPemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19 sampai dosis kelima atau booster ketiga.
Baca SelengkapnyaNegara perlu menerapkan law enforcement untuk menjamin hari tua bisa tersedia.
Baca SelengkapnyaPakar mengungkap sejumlah kiat agar masyarakat dapat menjalani liburan Natal dan Tahun Baru dengan aman di tengah kasus Covid-19 yang meningkat.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSpesialis Orthopedi menjadi salah satu booth pelayanan kesehatan terpadu yang paling diminati Lansia.
Baca SelengkapnyaJokowi mengingatkan agar anak-anak harus mendapatkan vaksin polio sebanyak empat kali.
Baca Selengkapnya