Museum Aceh simpan 1600 naskah kuno bertuliskan bahasa Arab dan Jawi
Merdeka.com - Museum Aceh memiliki naskah kuno yang disimpan dengan baik sebanyak 1600 buah. Manuskrip kuno tersebut beraksara arab dan jawi yang dituliskan oleh para ulama tersohor pada abad 17 lalu.
Manuskrip kuno menjadi incaran semua pihak, baik untuk dijadikan koleksi maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Terutama manuskrip kuno yang dituliskan ulama terkenal seperti Hamzah Fansuri, Syech Abdurrauf dan juga Syech Nuruddin Ar-Raniry.
Kasi Koleksi dan Bimbingan Edukasi Museum Aceh, Edeh Warningsih mengatakan, manuskrip yang menjadi koleksi Museum Aceh umumnya bercerita tentang hikayat seperti Malimdiwa. Ada juga berisi tentang ilmu keagamaan seperti fiqh, tauhid dan tasawuf. Semuanya dituliskan dalam bahasa Melayu dan arab.
-
Mengapa artefak kuno itu penting? 'Bangkai kapal ini tenggelam pada masa kejayaan industri batu Purbeck dan lempengan kuburan yang kami temukan di sini merupakan monumen yang sangat populer bagi para uskup dan uskup agung di seluruh katedral dan biara di Inggris pada saat itu,' jelas Tom Cousins, seorang Arkeolog Maritim di Universitas Bournemouth yang memimpin pemulihan benda ini.
-
Dimana manuskrip kuno ini disimpan? Menurut Kessel dan timnya, hanya dua manuskrip yang diketahui berisi terjemahan kitab suci Suriah kuno. Keduanya disimpan dengan aman di Perpustakaan Inggris di London dan Biara St. Catherine di Gunung Sinai, Mesir.
-
Apa yang ditemukan dalam manuskrip kuno itu? Lembaran Injil ini ditemukan oleh spesialis abad pertengahan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria (OeAW), Grigory Kessel. Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6. Rupanya, dua halaman manuskrip itu berisi bagian yang hilang dari injil, yang diterjemahkan dalam bahasa Suriah kuno.
-
Mengapa artefak tersebut penting? 'Artefak ini adalah karya unik Bogazkoy. Untuk pertama kalinya, kita dihadapkan pada sebuah karya yang dihias dengan pemandangan yang dibuat dengan begitu rumit dan indah.
"Semua manuskrip ditulis dengan tulisan arab. Namun ada yang berbahasa Arab, bahasa Aceh, dan bahasa Melayu," sebut Kasi Koleksi dan Bimbingan Edukasi Museum Aceh, Edeh Warningsih, Senin (20/4) di Banda Aceh.
Menurut Edeh, tidak semua orang mampu membaca naskah kuno tersebut. Selain dituliskan dalam bahasa Arab tanpa baris, arab jawi hingga dituliskan dalam bahasa Aceh asli, hingga agak sulit untuk dibaca.
"Oleh karena itu kami tidak memberikan naskah untuk sembarang orang, seperti peneliti atau mahasiswa jika dia dari jurusan sastra Arab dan bisa membaca naskah, kami berikan," katanya.
Namun tidak semua naskah yang tersimpan di Museum Aceh utuh. Seperti kitab Bustanussalatin karya Syech Nurruddin Arraniry yang sudah sulit untuk dibaca lagi, dan ada sebagian yang sudah hilang dan tidak lagi berada di Aceh.
Dia mengatakan, tidak lengkapnya masnuskrip yang bercerita tentang kerajaan Aceh Darussalam ini, dikarenakan banyak naskah yang sudah berpindah tangan dan ada yang sudah disimpan di museum Belanda.
"Kitab Bustanussalatin kita cuma punya satu pasal saja, yaitu pasal 13. Lain tidak ada," ungkapnya.
Manuskrip lain yang khusus tentang pelaksanaan hukum adalah Saminatul Hukam. Manuskrip ini mengungkapkan baik hukum dan hukum adat tertulis dalam naskah kuno ini.
Manuskrip lain yang juga tidak mempunyai judul, Edeh mengkategorikan teks kuno dalam sebuah kumpulan teks yang didalamnya berisi ilmu tauhid, adat-adat Aceh, serta hukum.
"Untuk menandakan ada kumpulan teks, kami melihat jika dalam satu naskah tersebut terdapat dua cerita atau lebih," ujarnya.
Sampai saat ini, Edeh mengatakan pihaknya belum membuat pengadaan untuk menambah koleksi naskah kuno untuk disimpan di museum Aceh. Selain terkendala dana, Edeh mengatakan pengadaan koleksi baru tersebut akan dilakukan jika masih ada naskah yang dirasa perlu dan belum terdaftar dalam koleksi museum.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Museum Nasional mengalami kebakaran kemarin malam.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kabupaten Jember bekerja sama dengan Paguyuban Barang Antik Jember menggelar pameran benda-benda kuno.
Baca SelengkapnyaIni salah satu manuskrip Alquran paling terkenal, yang dikenal dengan nama Alquran Biru.
Baca SelengkapnyaRuang pamer benda purbakala dari Kawasan Cagar Budaya Gunung Sewu sejak pleistosen tengah hingga holosen
Baca SelengkapnyaDi Museum Bayt Al-Qur'an, terdapat berbagai salinan Al-Qur'an dari berbagai belahan dunia.
Baca SelengkapnyaKeberadaan naskah itu membuktikan bahwa dulu di lereng Merapi-Merbabu terdapat komunitas sastrawan yang besar
Baca SelengkapnyaRibuan artefak Balambangan kuno tersaji di Omahseum.
Baca SelengkapnyaPeninggalan yang menarik adalah situs batu yang dipercaya merupakan kendaraan Dewa Siwa dalam kebudayaan Hindu di India.
Baca SelengkapnyaMuseum Radya Pustaka merupakan museum tertua di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, koleksinya mulai dari masa kerajaan hingga masa penjajahan.
Baca SelengkapnyaTotal berat dari seluruh temuan ini mencapai 531 kilogram.
Baca SelengkapnyaMasjid tua itu konon merupakan peninggalan Ki Ageng Pandanaran
Baca SelengkapnyaDi sini, jejak masyarakat Sunda sejak zaman prasejarah tersimpan apik.
Baca Selengkapnya