Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mushroom, mabuk wine dan ekstasi 'KW2' di Legian

Mushroom, mabuk wine dan ekstasi 'KW2' di Legian Ilustrasi wanita mabuk. ©2012 Shutterstock/Kzenon

Merdeka.com - Jarum jam baru saja menunjuk pukul 17.00 WITA Sabtu pekan kemarin. Namun turis bule itu asyik menenggak bir dalam botol sambil jalan di kawasan Legian. Di sebuah Bar pemandangan serupa lumrah ditemui, pelancong Bule menikmati Bir. Sesekali mereka bercengkrama dengan temannya sambil mengepulkan asap rokok dan menatap ke arah Jalan Legian.

Pemandangan itu juga tidak kalah dengan di Pantai Kuta. Seraya menatap ke arah pantai, turis-turis bule baik lelaki maupun perempuan dengan asyik menenggak bir dalam botol. Tidak hanya turis bule, penenggak bir juga banyak turis lokal asal Indonesia. Bukan hal yang aneh jika tempat sampah di kawasan Legian hingga pantai Kuta kebanyakan berisi botol maupun kaleng bekas bir. Bahkan, di pinggir pantai juga banyak berserakan minuman dengan kadar alkohol 5 persen itu.

Begitu kehidupan di kawasan Legian hingga pantai Kuta. Malam menjelang mereka beralih untuk mendengarkan musik dan minum di Bar. Tak sedikit, banyak dari mereka yang juga sampai mabuk. Di Legian hingga Kuta, minuman Bir boleh dikatakan paling laris. Selain Bir, pelancong juga bisa menikmati mabuk Mushroom. Segelas harganya Rp 100 ribu.

Jangan kaget jika di sepanjang jalan, ada saja tukang ojek menawarkan untuk menggunakan Mushroom. Meski dilarang, nyatanya peredaran itu masih banyak di Legian hingga Pantai Kuta.

"Ayo mas, Mushroom mas," kata tukang ojek di bibir Gang Poppies Land II menawarkan merdeka.com.

Selain Mushroom peredaran narkotika di Jalan Legian juga banyak. Caranya sembunyi-sembunyi, tergantung bagaimana si penjual menawarkannya. Lana, 30 tahun mengaku di Legian banyak beredar ekstasi alias inek palsu. Sebutir harganya Rp 200 ribu. Dia mengaku bisa menyediakan ekstasi asli di sebuah club di Daerah Denpasar. Satu butir harganya Rp 500 ribu. "Kalau di sini kebanyakan palsu," kata Lana saat berbincang dengan merdeka.com di Jalan Legian Senin dinihari lalu.

Selain ekstasi, Lana menawarkan untuk memakai sabu. Di Bali, memakai sabu disebut sayur. "Ayo kalo mau nyayur, tenang aja aman makenya di tempat," kata Lana. Sekali pakai sabu, Lana mematok Rp 400 ribu. "Ayo beneran ini nggak bohong," timpalnya sambil memaksa.

Begitu peredaran barang haram di Legian. Selain narkotik, jangan kaget jika minum 10 gelas Wine harganya Rp 50 ribu. Wine tersebut diakui asli. Namun siapa percaya jika harga 10 gelasnya cuma Rp 50 ribu. Tengok saja di sebuah gang di kawasan legian, disana penjual Wine oplosan itu menjajakan dagangannya.

Sekilas, tempat minumnya itu tidak seperti Bar. Tapi di depan pintu gerbang. Lukman, salah seorang pekerja yang kebetulan sudah 14 tahun tinggal di Bali mengaku tak kaget dengan murahnya minuman berlalkohol di kawasan Legian. 

"Minuman itu oplosan," kata Lukman. Namun bagi pelancong Bule, minuman itu menjadi kegemaran. Bahkan pelancong bule minum hingga mabuk.

(mdk/ian)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP