Musim kemarau, Warga Gunung Kidul cari air sampai Jawa Tengah
Merdeka.com - Minimnya sumber mata air di Kecamatan Rongkop dan Girisubo, Gunung Kidul, DIY membuat penjual air untuk kebutuhan masyarakat harus mencari air hingga ke Pracimantoro, Jawa Tengah. Dengan menggunakan mobil tangki swasta, para penjual air ini berburu air hingga keluar wilayah DIY.
Seorang pedagang air, Margoto (51) mengatakan, setiap hari dirinya berangkat sekitar pukul 04.30 WIB untuk menjajakan air bersih di Kecamatan Rongkop dan Girisubo. Biasanya, Margoto baru pulang ke rumah sekitar pukul 21.00 WIB.
Margoto setiap harinya berjualan air bersih kepada warga yang membutuhkan. Mereka biasanya akan menghubungi nomor ponselnya atau warga akan mencegat truk tangki yang dikemudikannya.
-
Bagaimana Sendang Geulis Kahuripan menyediakan air? Keberadaan mata air ini dianggap sebagai sumber kehidupan, dengan aliran air yang tak pernah surut, bahkan di musim kemarau sekalipun.
-
Bagaimana warga Sambeng dapatkan air di awal kemarau? Pada awal musim kemarau, warga mengandalkan sumber air yang terletak di pinggir desa. Namun karena musim kemarau berlangsung panjang, sumber air ikut mengering.
-
Dimana saja di Gunungkidul mengalami kekeringan? Terlebih sebanyak 14 dari 18 kecamatan di sana mengalami kesulitan air bersih.
-
Dimana warga Lebak mengambil air? Terlihat beberapa warga yang didominasi kaum ibu tengah menuju sumber air resapan di sudut desa.
-
Di mana warga Grobogan mencari air bersih? Warga Desa Penadaran, Kecamatan Gubug, Grobogan, harus menyusuri kawasan hutan untuk mendapatkan air bersih.
-
Bagaimana Prabowo mencari sumber air bersih di Desa Pamabulan? 'Jadi kita bersyukur bahwa di Universitas Pertahanan ada ahli-ahli pakar-pakar yang mempelajari bagaimana mencari air. Jadi untuk ngebor itu tidak murah, sekali bor itu ratusan juta rupiah. Jadi kalau ngebor kosong, berarti hilang ratusan juta rupiah,' kata Prabowo.
"Setiap hari bisa menjual 10 rit. Harganya bervariasi. Bisa Rp 100 ribu sampai Rp 120 ribu per tangki (tangki berisi 5000 liter). Tergantung jauh dekatnya rumah," papar Margoto, Kamis (3/8).
Margoto menjelaskan, biasanya tangki truk punyanya mengambil air di sekitar Pelabuhan Sadeng dan Pracimantoro, Jawa Tengah. Untuk sumber air di Sadeng, dia mengungkapkan, tergantung dari kondisi air laut. Jika air pasang maka air akan pasang juga sedangkan jika air surut maka air akan surut juga.
Seorang pedagang air lainnya, Sakiran (47) menerangkan, setiap hari dirinya mengambil air di Pracimantoro, Jawa Tengah dan Pelabuhan Sadeng untuk dijual kembali di Gunung Kidul, utamanya di Kecamatan Rongkop dan Girisubo.
"Mata air di daerah Rongkop dan Girisubo tidak banyak. Di Pracimantoro ada sumur bor. Sehingga jumlah airnya cukup banyak," ungkap Sakiran.
Kurangnya ketersediaan air bersih di kawasan Rongkop dan Girisubo membuat warga di saat musim kemarau seperti saat ini kesulitan mengakses air bersih. Tak adanya pipa air PDAM yang menembus ke kawasan itu membuat warga selama bertahun-tahun habya bergantung pada air hujan yang ditampung di bak penampungan maupun menggunakan air telaga.
Jika musim kemarau seperti saat ini, warga pun terpaksa harus membeli air. Pasalnya air di telaga maupun di bak penampungan sudah habis digunakan. Droping air yang diberikan oleh pemerintah pun belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi seluruh warga. Sehingga mau tak mau warga pun harus membeli air bersih lewat para penjual air. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.
Baca SelengkapnyaWilayah pesisir Jakarta Utara bukan hanya menjadi langganan banjir rob sebagai dampak krisis iklim, tetapi juga menghadapi krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaWarga Desa Prigi di Grobogan, Jawa Tengah, mengalami krisis air bersih akibat kemarau panjang yang membuat sumur mereka mengering.
Baca SelengkapnyaSudah tiga bulan puluhah desa di Ngawi dilanda kekeringan, warga harus berjalan jauh demi mendapatkan air untuk mencuci dan mandi.
Baca SelengkapnyaMereka sudah merasakan dampak kekeringan sejak Mei.
Baca SelengkapnyaSetiap harinya puluhan ibu-ibu di Kecamatan Cikulur, harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkan sumber air.
Baca SelengkapnyaWarga Desa Sumberkare terpaksa menggunakan air sungai untuk berbagai kebutuhan.
Baca SelengkapnyaPara petani di Sukasirna memang lebih memilih membuat kincir air untuk mengairi sawah-sawah dibanding menggunakan pompa air.
Baca SelengkapnyaWarga terpaksa mengais kubangan air di sungai demi mencukupi kebutuhan sehari-hari
Baca SelengkapnyaKrisis air bersih menjadi bencana tahunan yang seolah belum ditemukan solusinya.
Baca SelengkapnyaKondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaSumur ini jadi satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat.
Baca Selengkapnya