Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Nalar kritis rendah buat masyarakat mudah terbakar hoaks

Nalar kritis rendah buat masyarakat mudah terbakar hoaks Diskusi media soal hoaks. ©2018 Merdeka.com/Hari Aryanti

Merdeka.com - Produksi dan penyebaran hoaks pada masa kampanye Pilpres 2014 lalu cukup tinggi. Bahkan tak hanya hoaks, ujaran kebencian berdasarkan SARA juga banyak ditemukan beredar di lini masa media sosial. Eskalasi ini makin meningkat saat Pilkada DKI Jakarta pada 2017 lalu.

Maraknya penyebaran hoaks pada musim-musim kampanye ini dipicu karena para pemilih tak lagi tertarik dengan visi misi yang dipaparkan para calon. Pasalnya setelah menang, visi misi ini kerap tak sesuai dengan program dari pemenang Pilkada atau Pemilu.

Hal ini disampaikan pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti dalam diskusi 'Hoaks Tumbuh Subur, Karena Partai Oposisi Tidak Kredibel' yang diselenggarakan Indonesia Democracy Watch (IDW) di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (9/3).

"Karena faktanya begitu berkuasa, visi misi diabaikan. Ada kesan visi misi tak terlalu penting. Misalnya rumah DP nol rupiah, tahu-tahunya apa. PKL masuk ke jalan raya, trotoar, ini dianggap keberpihakan. Jadinya (masyarakat) hopeless," jelasnya.

Dengan demikian, para pemilih tak lagi bisa diyakinkan dengan visi misi calon maupun parpol. Pemicu lainnya terkait penyebaran hoaks saat musim Pilkada maupun Pilpres ini karena politik uang tak lagi berhasil mendongkrak suara.

"Pengaruh politik makin rendah, politik uang saya rasa. Pengaruhnya tak lebih 30 persen," ujarnya.

Rendahnya nalar kritis masyarakat juga mempercepat penyebaran hoaks. Penyebaran hoaks tak selalu berkaitan dengan kemampuan literasi. Karena belakangan banyak kalangan intelek yang juga terpengaruh berita hoaks.

"Nalar kritis, karena yang literasinya tinggi, tapi terbakar hoaks. Bukan soal literasi, nalar kritis enggak muncul. Padahal sederhana sekali memverifikasi itu kalau kita mempunyai nalar kritis," jelasnya.

Menggabungkan isu SARA dan hoaks menurutnya perpaduan yang serius dan apik. Karena hoaks yang dinilai berhasil ialah hoaks yang dicampur isu SARA. Apalagi tujuannya untuk kepentingan politik.

Tujuan berita hoaks menurut Ray ialah upaya mendeligitimasi wibawa seseorang, dan menahan elektabilitas seseorang untuk naik. "Semua ini awalnya lumrah dalam demokrasi. Ini faktor keempat, politisi, pemain, yang happy dengan demokrasi, tapi ingin berkuasa lewat jalur demokrasi," tutupnya.

(mdk/fik)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Masyarakat Diajak Bijak dan Kritis Hadapi Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024
Masyarakat Diajak Bijak dan Kritis Hadapi Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024

Masyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.

Baca Selengkapnya
Tangkal Hoaks Terkait Pilkada dengan Literasi Digital
Tangkal Hoaks Terkait Pilkada dengan Literasi Digital

Peningkatan akses informasi lebih mudah, memilih sumber informasi yang kredibel, hingga menganalisis data dari berbagai sudut pandang dirasa sangat penting.

Baca Selengkapnya
Sepekan Jelang Pencoblosan, Kampanye Hitam Pilkada Sumsel Masih Marak di Medsos
Sepekan Jelang Pencoblosan, Kampanye Hitam Pilkada Sumsel Masih Marak di Medsos

Fenomena ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kualitas proses demokrasi hingga berpotensi menimbulkan konflik antar pendukung calon kepala daerah.

Baca Selengkapnya
Waspadai Kelompok Tebar Hasutan & Kebohongan saat Ada Demonstrasi di Berbagai Daerah
Waspadai Kelompok Tebar Hasutan & Kebohongan saat Ada Demonstrasi di Berbagai Daerah

Situasi panas yang terjadi di ruang publik berpotensi disusupi agenda politik tertentu

Baca Selengkapnya
Perludem Kritik Debat Kedua Pilpres 2024: Pendukung Bikin Riuh, Panelis Tak Dalami Gagasan Cawapres
Perludem Kritik Debat Kedua Pilpres 2024: Pendukung Bikin Riuh, Panelis Tak Dalami Gagasan Cawapres

Menurut Khoirunnisa, keberadaan pendukung dengan jumlah yang banyak justru membuat suasana di lokasi debat menjadi riuh.

Baca Selengkapnya
Riset Ini Ungkap Indonesia Masih Rawan Gangguan Informasi Jelang Pemilu
Riset Ini Ungkap Indonesia Masih Rawan Gangguan Informasi Jelang Pemilu

Hoaks masih menjadi ancaman nyata jelang pemilu. Masyarakat pun masih banyak yang "terjangkit" hoaks.

Baca Selengkapnya
Mafindo: Hoaks Politik Paling Banyak di TikTok
Mafindo: Hoaks Politik Paling Banyak di TikTok

Pegiat Mafindo Niken Setyawati berharap berita palsu dapat diminimalisasi mengingat calon-calon peserta pilkada kali ini jauh dari kontroversi.

Baca Selengkapnya
Kapolda Metro Jaya Sebut Berita Hoaks Cepat Menyebar, Paling Banyak Soal Politik
Kapolda Metro Jaya Sebut Berita Hoaks Cepat Menyebar, Paling Banyak Soal Politik

Berita hoaks didominasi oleh isu kesehatan, pemerintahan, penipuan dan politik di luar pada isu-isu lain

Baca Selengkapnya
Ini Daerah Rawan Konflik Pilkada 2024, Apa Saja Pemicunya?
Ini Daerah Rawan Konflik Pilkada 2024, Apa Saja Pemicunya?

Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) mengungkap potensi kerawanan konflik di daerah yang menggelar Pilkada serentak 2024.

Baca Selengkapnya
Survei LSI Terbaru Ungkap Penyebab Kepercayaan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pemilu 2024 Menurun
Survei LSI Terbaru Ungkap Penyebab Kepercayaan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pemilu 2024 Menurun

Kepuasan masyarakat itu turun apabila dibandingkan saat exit poll dilakukan LSI pada 14 Februari 2024 dengan 5 sampai 10 hari setelah Pemilu.

Baca Selengkapnya