Napak tilas Cendana, pusat kekuasaan Soeharto
Merdeka.com - Jalan Cendana, sebuah jalan dengan panjang yang kurang lebih hanya satu kilometer di kawasan Menteng, Jakarta Pusat itu tidak pernah dapat dihapus dalam lembar catatan sejarah republik ini. Di jalan itu, terdapat saksi bisu bagaimana kisah seorang Jenderal bekas Sersan Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL), Soeharto , menjalankan kekuasaan negara.
Tidak banyak kendaraan melintas di jalan itu, yang menyebabkan suasana di sekitarnya begitu tenang meski di tengah kota. Jika dilewati dengan berjalan kaki, para pengguna jalan akan merasa nyaman karena dinaungi banyak pohon besar dan tinggi yang memberikan kesan sejuk.
Nama Cendana untuk jalan di depan rumah itu konon disematkan sendiri oleh Soeharto . Ini karena dia sangat menyukai pohon Cendana yang memiliki aroma khas dan dapat membuat orang mencium aroma itu terpaku.
-
Mengapa Soeharto mengundang teman masa kecilnya ke Cendana? Walau sudah menjadi penguasa Orde Baru, Soeharto ternyata tidak lupa pada temannya saat susah dulu.
-
Apa yang dilakukan Soeharto saat bertemu dengan sahabatnya di Cendana? Pertemuan keempat orang itu berlangsung hangat. Sudah puluhan tahun tidak bertemu. Mereka berpisah tahun 1940, saat Soeharto mendaftar masuk tentara KNIL. Kamin Bercerita Dia Pernah Mimpi Bertemu Singa Besar 'Ternyata saya dipanggil oleh Presiden,' katanya disambut tawa Soeharto dan yang lain.
-
Di mana proyek tol Jogja-Solo melewati desa kelahiran Soeharto? Pembangunan jalan tol Solo-Jogja hingga diteruskan ke Bandara YIA berdampak pada desa-desa yang dilalui proyek itu.
-
Siapa yang menghormati Presiden Soekarno dengan nama Jembatan Soekarno? Dulunya Jembatan Soekarno Sebelum berubah nama menjadi Jembatan Ampera yang dikenal sekarang, nama jembatan ini awalnya bernama 'Jembatan Soekarno'. Mengapa? hal ini karena sebagai bentuk penghormatan kepada presiden pertama Indonesia dari masyarakat Suamtera Selatan.
-
Siapa saja teman Soeharto yang diundang ke Cendana? Soeharto juga mengundang mantan guru mengajinya Kamsiri.Tiga orang dari desa itu khusus diundang ke rumah Presiden di Jalan Cendana.
-
Kenapa Soeharto tidak mau diistimewakan di jalan? “Kalau Mereka Dibiarkan Jalan Pelan-Pelan kan Tidak Mengganggu Rombongan.“ Wiranto terkejut mendengar kalimat itu diucapkan oleh seorang presiden yang punya previlege keamanan dan pengawalan khusus di Jalan Raya.
Menyisir jalan itu sepanjang 100 meter dari arah Jalan Tanjung, di sana terdapat sebuah rumah lama. Rumah yang berlokasi di Jalan Cendana Nomor 6-8 itu merupakan rumah Presiden kedua RI sekaligus penguasa Orde Baru.
Rumah itu masih tampak anggun. Tetapi, mata dapat menangkap kesan sebuah bangunan militer yang begitu kuat. Kesan ini muncul lantaran rumah milik keluarga Soeharto sengaja menggunakan kombinasi warna hijau, warna khas militer.
Pada pintu gerbang untuk akses keluar masuk rumah itu, berdiri kokoh sebuah pos penjagaan yang terbuat dari papan kayu dengan cat berwarna abu-abu. Laiknya sebuah markas militer, pos itu hanya berukuran panjang sekitar 60 cm dan lebar 60 cm dengan ketinggian 200 cm. Hanya posisi berdiri yang bisa dilakukan jika berada dalam pos itu, karena memang difungsikan untuk pasukan jaga saat Soeharto masih menjadi Presiden.
Meskipun tidak lagi ditinggali oleh sang pemilik yaitu putra-putri Soeharto , rumah itu masih tampak rapi. Tidak terdapat bagian yang mengalami kerusakan. "Rumah ini masih milik keluarga Pak Harto. Fungsinya juga tetap sebagai rumah keluarga," ujar salah satu petugas keamanan, Imam, saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (17/5).
Namun demikian, Imam mengatakan, tidak satu pun anak-anak Soeharto menempati rumah itu. "Karena masing-masing punya rumah sendiri," kata dia.
Lokasi rumah anak-anak Soeharto tidak terlalu jauh dari rumah sang ayah. Misalkan saja, rumah anak bungsunya, Hutomo Mandala Putra atau lebih dikenal dengan Tommy Soeharto terletak bersebelahan dengan rumah itu. Sedangkan anak sulungnya, Siti Hardiyanti Rukmana atau lebih dikenal dengan Tutut tinggal di Jalan Yusuf Adiwinata Nomor 14, Menteng, tidak begitu jauh dari rumah Soeharto .
Sayangnya, rumah itu belum dapat bebas diakses oleh siapapun, bahkan sekadar melihat bagian dalam rumah seperti berkunjung ke museum. Hanya pada momen tertentu seperti halal bi halal saja, orang diperbolehkan masuk ke dalam rumah yang cukup fenomenal itu.
"Saya hanya satu kali masuk ke rumah Pak Harto, pas halal bi halal tahun 80-an. Waktu itu, saya dilarang pulang sama orang yang jaga. Katanya, bapak mau bagi-bagi kenang-kenangan," kata seorang pedagang bakso yang telah lama berjualan di Jalan Cendana, Andi (64), bercerita.
Ketika terjadi peristiwa Mei 1998, kawasan Jalan Cendana sama sekali tidak tersentuh oleh massa. Penjagaan begitu ketat kala itu. Hanya warga dan beberapa orang yang sering beraktivitas di situ yang diperkenankan masuk.
"Waktu itu saya juga sempat dilarang masuk ke sini (Jalan Cendana). Tapi, karena ada tentara yang kebetulan tahu dan kenal, saya dibolehkan masuk dan dagang di sini," kata pria asal Kuningan, Jawa Barat itu menuturkan.
Rumah itu kini semakin redam sepeninggal Soeharto . Tetapi, berbagai kisah masa Orba akan tetap terekam dalam bangunan itu.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ndalem Kalitan dibeli Soeharto dari keluarga atau ahli waris Pura Mangkunegara.
Baca SelengkapnyaBegitu menarik, di dalam rumah ini terdapat sebuah terowongan rahasia.
Baca SelengkapnyaHingga kini, masih banyak orang yang melakukan pertapaan di sana.
Baca SelengkapnyaDi pesanggrahan ini terpajang bingkai foto Presiden Soekarno saat melakukan pidato di tangga pintu masuk.
Baca SelengkapnyaDahulu nama Gondangdia konon berasal dari seorang kakek.
Baca SelengkapnyaPatok-patok proyek tol sudah dipasang di sekeliling desa
Baca SelengkapnyaKehidupan pribadi Jenderal Soeharto selalu menarik untuk diulas. Termasuk dengan kondisi kediamannya yang tak banyak diketahui orang.
Baca SelengkapnyaWarga setempat mengaku pernah melihat sesosok menyerupai Bung Karno di rumah tersebut
Baca SelengkapnyaBanyak hal unik yang bisa ditemui di Istana Cipanas
Baca SelengkapnyaNada bicara Soeharto meninggi saat menjawab tudingan soal Astana Giribangun yang diisukan dihiasi emas.
Baca SelengkapnyaSoeharto, sering membawa unsur kejawaannya dalam berpolitik, juga tidak lepas dari penamaan gedung-gedung parlemen dengan menggunakan bahasa Sanskerta.
Baca SelengkapnyaPertapaan di dataran tinggi Dieng Ini selalu ramai pengunjung karena dipercaya permudah urusan studi hingga menikah.
Baca Selengkapnya