Napoleon Sempat Marahi Tommy: Anda Tak Berhak Tanya Red Notice Djoko Tjandra
Merdeka.com - Mantan Kadiv Hubinter Polri Irjen Napoleon Bonaparte mengaku tidak pernah menerima permintaan Tommy Sumardi untuk menghapus red notice buronan korupsi cessie bank Bali, Djoko Tjandra.
Napoleon bercerita, dia pertama kali bertemu dengan Tommy Sumardi pada tanggal 2 April. Pada saat itu, kata Napoleon, Tommy mengenalkan dirinya sebagai teman Djoko Tjandra dan datang untuk melihat status red notice Djoko Tjandra. Napoleon pun langsung menolaknya.
"Saya lupa, awal April sekitar tanggal 2. Itu pertama kali saya berkenalan dengan Tomy Sumardi. Dia diantar Brigjen Prasetijo Utomo. Dia bilang, dia temannya Djoko Tjandra. Kalau begitu anda tidak berhak bertanya status red notice," kata Napoleon saat menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (8/2).
-
Siapa yang mengaku memberikan senjata kepada koboi itu? Pelaku mengaku mendapatkan senjata dari seorang Kapolda.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Siapa yang membantu Trunojoyo? Di Kajoran, Trunojoyo berteman dengan putera Amangkurat yakni Raden Mas Rahmat.
-
Siapa yang menolong pria tersebut? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @bgd.info memperlihatkan seorang Polisi sedang menolong pemuda yang berjalan kaki di jalan tol Cipularang KM 127.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
Menurut Napoleon, sesuai peraturan yang tertulis dalam Interpol, yang boleh melihat status red notice hanyalah orang yang bersangkutan itu sendiri ataupun pengacara dan keluarganya.
Akhirnya, Napoleon pun menyuruh Tommy untuk menemuinya kembali dan mengirimkan surat resmi dan pada tanggal 16 April. Tommy kembali menemui Napoleon dan membawa surat secara resmi.
"Dia menemui saya di ruangan saya dengan membawa surat dari istrinya Djoko Tjandra. 9 Lembar surat di paper bag, itu ditandatangani dengan perihal permohonan penghapusan red notice nomor sekian atas nama Djoko Tjandra," kata Napoleon.
"Saya tanya ke Tommy, pertama anda datang ngecek status red notice, sekarang di suratnya anda minta red notice dihapuskan. Itu 2 hal berbeda, kata saya," ujar Napoleon.
Tommy pun kembali mengirimkan surat pada tanggal 28 April. Tujuan suratnya pun masih sama. Napoleon mengatakan, dia tidak bertemu dengan Tommy di hari itu.
"27 April Tommy datang ke saya. Kalau 28 April tidak bertemu, tapi saya tahu dia datang. Dia mengirim surat isinya cerita perjalanan kasusnya. Tapi ujung-ujungnya sama. Dengan perihal meminta penghapusan. Saya lupa penghapusan atau pencabutan," kata Napoleon.
Napoleon pun merasa, Tommy tidak mengerti perihal apa yang dia lakukan. Dia pun langsung menggelar rapat internal bersama NCB Interpol untuk membahas surat dari Tommy. Sebab, kata Napoleon, dia dan timnya mengetahui status red notice Djoko Tjandra.
"Setelah Tommy pulang, saya panggil NCB 3 orang. Silakan tindaklanjuti nomor suratnya cek lagi, lapor lagi. Rapat hari itu," kata dia.
"Menurut saya, Tommy tidak ngerti apa yang dia bawa. Tahunya dia, dia hanya bantu temannya yang namanya Djoko Tjandra seperti yang dia sampaikan di awal April," ujarnya.
Sehingga, Napoleon menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menerima permintaan Tommy untuk mencabut red notice Djoko Tjandra.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rahmanudin mengaku dapat mengurus surat mengatasnamakan TNI dan mengaku dari Badan Intelijen Strategis (BAIS)
Baca Selengkapnya