Nasib Ahok di Pilgub DKI tak jauh beda saat Pilgub Babel
Merdeka.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) diserang berbagai isu termasuk agama saat mulai resmi menjadi calon gubernur DKI petahana. Dari mulai larangan memilih pemimpin muslim sampai penolakan saat kampanye ditujukan kepada pasangan nomor urut dua itu.
Ahok yang mengeluhkan soal pelarangan itu menjadi bumerang bagi dirinya. Ahok dianggap melecehkan agama karena membawa-bawa Surat Al Maidah ayat 51 dan harus duduk menjadi terdakwa.
Ternyata bukan di Pilgub DKI seperti saat ini saja Ahok mendapat serangan seperti itu. Saat Pilgub Bangka Belitung 2007 lalu, Ahok juga mengalaminya. Peristiwa itu terungkap saat sidang Ahok.
-
Siapa ayah Ahok? Diketahui, pria kecil ini merupakan anak dari Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsing keturunan Tionghoa .
-
Bagaimana Ahok memulai karier politik? Ahok pun memutuskan untuk masuk ke politik. Ia memulai karier politiknya sebagai anggota DPRD DKI Jakarta setelah terpilih pada tahun 2004.
-
Dimana Ahok menghabiskan masa kecil? Masa kecil Ahok sendiri dihabiskan di Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
-
Apa yang membuat Pilkada 2007 berbeda? Undang-undang ini dikeluarkan dua tahun setelah pengenalan Pilkada, mengintroduksi beberapa perbaikan dalam tata laksana Pilkada untuk memilih pemimpin daerah.
-
Apa yang membuat Ahok heran tentang koruptor? Dia menyoroti hukum dan sanksi para koruptor. Saking lemahnya hukum, Ahok heran melihat bekas tahanan koruptor yang justru semakin kaya. Beberapa di antaranya bahkan tak segan pamer kekayaan.
-
Kenapa Ahok prihatin dengan korupsi? Ahok pun merasa prihatin dengan nasib generasi muda di masa mendatang.
Penasihat hukum terdakwa kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama menghadirkan tiga orang saksi yang meringankan kliennya. Di mana saksi pertama dihadirkan dalam persidangan adalah Eko Cahyono yang dulunya adalah calon Wakil Gubernur Bangka Belitung tahun 2007.
Usai disumpah, Eko menyakini Ahok tidak bersalah sidang kasus dugaan penodaan agama. Karena apa yang disampaikan di Pulau Pramuka pada 27 September 2016 lalu tersebut ternyata bukan soal pemimpin agama melainkan pemimpin negara
"Saya yakin, Pak Ahok ngomong begitu tidak menodai agama. Saya sudah tanya ke tokoh-tokoh agama, termasuk ke Gus Dur, bahwa konteks Surat Al-Maidah bukan memilih pemimpin di pemerintahan, tetapi pilih pemimpin agama," katanya.
Eko pun menceritakan gencarnya serangan isu agama dalam Pilgub Bangka Belitung tahun 2007 kala itu. Eko mengatakan, banyak ajakan agar masyarakat Bangka Belitung jangan pilih pemimpin nonmuslim saat musim Pilkada. Bahkan, seruan itu banyak disampaikan melalui selebaran di seluruh daerah.
"Ada banyak di Provinsi Bangka Belitung. Mereka (warga) dilarang pilih pemimpin nonmuslim. Disampaikan juga di masjid saat Solat Jumat sama ditulis di selebaran-selebaran. Itu hal biasa di sana," katanya.
Dia mengungkapkan, kebanyakan penduduk di Bangka Belitung beragama Islam dan mereka menghormati sosok Ahok berikut keluarganya di sana. Namun, baru saat Pilgub Bangka Belitung tahun 2007 isu agama tersebut ramai menjadi bahan pembicaraan.
"Karena waktu Pak Ahok di Belitung Timur, banyak membawa perubahan. Warga senang dengan Pak Ahok. Soal jangan pilih pemimpin nonmuslim baru ada pas Pilkada itu," katanya.
Bahkan pada masa kampanye, Eko mengaku terjadi banyak aksi penolakan sebagaimana terjadi di Jakarta dalam Pilkada DKI 2017 ini. "Ya (ada penolakan warga), cumakan tidak seheboh di Jakarta, karenakan kita di Babel tidak ada yang menyorotkan, tetapi kita juga mengadu ke Panwaslu," katanya.
Dia mengaku, telah melakukan proses-proses pengaduan pelanggaran tersebut kepada pihak terkait. Walaupun pada akhirnya hasilnya tidak terlalu nampak. Alhasil dirinya bersama Basuki atau akrab disapa Ahok tersebut tumbang di pesta demokrasi.
Eko mengaku, Ahok tidak terlalu banyak berbuat untuk melawan isu agama yang digunakan oleh pihak lawannya. Sebab, mantan Bupati Belitung Timur itu telah pasrah dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Kita hanya berserah diri saja kenapa kok bisa begini, mau marah sama siapa. Hanya kita bisa melaporkan ke Panwaslu, inikan masalah moral dan etika," tutupnya.
Selain itu, dia mengungkapkan, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menyampaikan pandangan secara langsung mengenai Surat Al-Maidah Ayat 51. Di mana penjelasan tersebut, disampaikan kala Presiden Indonesia ke-empat itu berkampanye untuk dirinya.
Majelis hakim yang mengetahui latar belakang Eko pertama-tama meminta tanggapannya mengapa bersedia mendampingi Ahok. Karena dia sendiri kala itu tengah menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung.
Eko menuturkan, dirinya bersedia mendampingi mantan politisi Gerindra itu lantaran telah ada bukti kerja yang dihasilkan. Sebab semenjak dipimpin Ahok, Bangka Belitung Timur menjadi jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
"Saya dapat kabar, semenjak dipegang Pak Basuki, Belitung Timur maju. Beliau juga bersih dan anti korupsi," tuturnya.
Selain itu, dia mengklaim, banyak masyarakat sudah membicarakan kinerja bapak tiga orang anak itu sebagai Bupati Belitung Timur. Melihat rekam jejak tersebut, Eko memutuskan untuk mendampingi Ahok maju pada Pilkada Babel 2007.
"Karena beliau banyak kerja dari daerah baru dimekarkan jadi maju," ucap Eko.
Namun, Ahok-Eko kalah pada Pilkada Babel 2007. Mereka berada di posisi kedua dengan perolehan suara tipis dengan posisi pertama.
"Serangan atas agama sedikit banyak mempengaruhi (terhadap kekalahan). Karena dilakukan secara Masif dan berulang-ulang," katanya.
Selain itu, dia mengaku banyak pemilihnya yang tidak menerima surat suara. Sehingga dampaknya menyebabkan mereka tidak bisa melakukan pemilihan saat pencoblosan.
"Saat itu juga banyak sekali pemilih kami yang tak menerima kartu panggilan. Di lapangan kami temukan hal itu," terangnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mantan Gubernur DKI Basuki T Purnama bercerita saat ditahan kasus penistaan agama.
Baca SelengkapnyaAlasan Ahok mengundurkan diri dari jabatan Komisaris Utama PT Pertamina agar fokus kampanye mendukung Ganjar-Mahfud dalam Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDIP Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyatakan siap maju Pilkada
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil menyinggung mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam menata kota.
Baca SelengkapnyaAhok sudah berkomunikasi dengan politisi PDIP Landen Marbun dan Ketua DPD PDIP Sumatera Utara Rapidin Simbolon.
Baca SelengkapnyaMenurut Bobby, seluruh partai berhak mencalonkan nama-nama di Pilkada Sumut 2024.
Baca SelengkapnyaAda asumsi Ahok turut berkontribusi atas pendirian PSI.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan penelusuran merdeka.com, ketika menjadi Wagub Jakarta mendampingi Jokowi, Ahok tercatat sebagai kader Gerindra.
Baca SelengkapnyaPersoalan di Jakarta menjadi konten perdana yang diunggah Ahok di 2024.
Baca SelengkapnyaAhok melihat keberadaan Kang Emil akan membuat kader Gerindra sulit untuk menangan di Tanah Pasundan
Baca SelengkapnyaPilkada DKI tahun 2017 berlangsung sangat menarik dan penuh dinamika. Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama dan etnis.
Baca SelengkapnyaWalaupun keputusan akhirnya tetap akan berada di Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Baca Selengkapnya