Nasib Juragan Garam di Denpasar Tergerus Corona
Merdeka.com - Imbas wabah virus corona atau Covid-19 berdampak kepada penurunan produksi garam tradisional di wilayah Denpasar, Bali. Komaruddin (47), juragan garam tradisional menerangkan, akibat corona penjualan garam halusnya turun sekitar 70 persen.
"Turunya drastis, iya saat ini masih tetap bertahan," ujarnya, saat ditemui di rumah produksinya, Jalan By Pass Ngurah Rai, Gang Ulam Segara, Suwung, Denpasar Selatan, Jumat (17/4).
Ia menyampaikan, penurunan penjualan garam sudah terjadi sekira satu bulan lalu. Biasanya, ia menjual satu kuintal garam dengan harga Rp200 ribu. Kini harganya anjlok menjadi Rp120 ribu.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Di mana UMKM Bontang terdampak pandemi? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
-
Kenapa konsumsi beras di Indonesia turun? Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, mengatakan jika diselisik lebih jauh, data konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia mengalami penurunan.
-
Kenapa jamu hampir punah? Namun seiring perkembangan waktu warisan leluhur itu mulai luntur berganti dengan pengobatan modern saat ini.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
Dalam hari normal, dia bisa menjual 8 hingga 9 karung. Namun kini pemesanan hanya mencapai 5 karung. Komaruddin memesan garam dari Madura, Jawa Timur. Komaruddin masih harus mengolah garam tersebut menjadi halus sebelum dijual kembali.
"Kalau pemesanan garam (kasarnya) dari Madura. Dulu waktu normal satu ton saya pesan. Sekarang tidak mesti, kadang-kadang 5 karung ngirim kita ke (warung) desa-desa, satu kali seminggu," imbuhnya.
Usai garam dimasak, pria asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini juga mengirim kepada para pelanggan. "Pelanggan yang biasa cari 5 karung sekarang hanya 3 karung, yang biasa cari 10 sekarang cari 5 karung," ujarnya.
Faktor lain yang memukul usaha Komaruddin adalah pembatasan waktu jualan di pasar semenjak adanya wabah corona. "Karena orang waktu penjualan itu kan terbatas tidak bebas kayak dulu. Iya, kita harapkan tetap kembali seperti yang semula seperti dulu bisa lancar," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Nengah Surna (45), yang juga memproduksi garam tradisional. Ia mengaku, semenjak ada wabah corona penurunan penjualan garam halusnya turun hingga 50 persen.
"Kalau sekarang pengasilan perhari itu Rp200 ribu tapi masih kotor. Kalau dulu waktu normal itu perhari Rp300 ribu (bersih). Iya sekarang sepi dan berkurang," ujar pria asal Kabupaten Karangasem itu.
Menurut Surna, penjualan garam halusnya saat waktu normal bisa terjual 300 kilogram. Ia menjajakan garam halusnya di kawasan daerah Gianyar dan Denpasar. Namun untuk saat ini penjualan garamnya tidak mesti. "Penjualan berkurang, kalau sekarang tidak mesti jalani saja," ujarnya.
Surna memilih mendapat untung tipis ketimbang pelanggan lari ke pedagang lain. "Tergantung pasaran orang lain. Kalau dulu satu kilo bisa Rp8 ribu atau Rp7 ribu, sekarang sampai Rp6 ribu dan Rp5 ribu. Iya dikasih biar tidak hilang langganan saja. Tipislah (untungnya). Cuman rasa capeknya tidak terbayang, istilahnya ongkos kerjanya tidak ada cuma makan saja, kalah di dapur," ungkapnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
SKK Migas menyebut sejumlah alat pengeboran (rig) di industri sektor hulu minyak dan gas (migas) banyak yang tidak laik pakai.
Baca SelengkapnyaUsaha dulang batok ini sempat meraup omset hingga 35 juta perbulan.
Baca SelengkapnyaDia heran, mengapa harga beras naik sangat tinggi, belum lagi ketersediaan beras di toko-toko ritel yang terbatas.
Baca SelengkapnyaOmzet pedagang beras di sejumlah pasar di Garut, Jawa Barat, diketahui mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Baca SelengkapnyaDi panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca SelengkapnyaSebelumnya pada awal tahun harga per kwintal gabah senilai Rp500 ribu.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menyebabkan daya beli turun dan omzet berkurang.
Baca SelengkapnyaSelama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaMendag mengaku pagi ini telah melakukan kunjungan ke Pasar Palmerah Jakarta Pusat untuk memantau stabilitas harga
Baca SelengkapnyaBahkan, pelanggan terpaksa merogoh uang lebih dari biasanya untuk menambah porsi nasi agar menjadi lebih banyak.
Baca SelengkapnyaPemerintah sedang melihat ketersediaan stok bawang merah yang berada di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Baca SelengkapnyaKenaikan harga cabai di tingkat petani sudah terjadi sejak pekan lalu.
Baca Selengkapnya