Nasib miris petani di Limapuluh Kota, berkebun melintasi sungai dengan seutas tali
Merdeka.com - Menjadi keseharian petani menyeberangi sungai menggunakan jembatan seutas tali sling, di Bukikcubadak, Jorong Lompek, Nagari Halaban, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Tidak ada pilihan lain untuk mengangkut hasil perkebunan. Petani menantang resiko menyeberangi sungai Batangsinama dengan bentangan hingga 50 meter.
"Sejak lama warga petani berharap jembatan Bukikcubadak di Jorong Lompek bisa segera dibangun," kata Walinagari atau Kepala Desa Halaban, Limapuluh Kota, Fahrurozi, Selasa (20/2).
Sebelumnya, warga sudah melakukan pembukaan jalan agar bisa dilewati kendaraan roda empat untuk memudahkan akses ke lahan pertanian. Harapannya pengangkutan untuk kebutuhan pertanian mulai dari pupuk hingga hasil pertanian bisa lebih mudah .
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Apa tantangan terberat yang dihadapi petani di Sukomakmur? Salah satu tantangan terberat dalam bertani adalah, mereka menyediakan modal yang tinggi untuk masa tanam, namun saat panen, mereka mendapat hasil yang rendah.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Kenapa petani tembakau mengalami masa sulit? Aan mengakui untuk saat ini para petani tembakau sedang mengalami masa sulit. Apalagi harga cukai tengah naik. Apabila cukai naik, pabrik tidak akan membeli tembakau yang mahal. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi petani.
-
Mengapa petani di Banyumas terancam gagal panen? BMKG memprediksi musim kemarau 2023 akan lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya atau biasa disebut dengan fenomena El Nino. Adanya El Nino membuat para petani terancam gagal panen.
-
Apa kesulitan yang dialami Bapak Joko saat bertani? Joko tidak bisa memanfaatkan lahan di belakang rumahnya karena banyaknya hama yang tersebar. Hama-hama tersebut memakan semua padi milik Joko dan akhirnya membuatnya mengalami kerugian. Dari 1 hektar lahan yang ditanami padi oleh Joko, ia hanya bisa memanen beras sebanyak 25 kilo.
Uapaya pembangunan jalan sebenarnya sudah dilakukan Pemerintahan Nagari Halaban. Hanya saja, alokasi anggaran melalui dana desa cuma cukup untuk perkerasan dan rabat beton jalan hingga ke pinggir sungai. Sementara untuk jembatan sepanjang itu, pemerintan nagari berharap agar dialokasikan anggarannya oleh pemerintah daerah.
"Pada tahun 2017 lalu, menggunakan dana desa jalan sudah bisa dilapisi kerikil perkerasan jalan, sebagian bisa ditabat beton. Hanya saja pembangunan jalan baru sampai pinggiran sungai. Sebab selanjutnya membutuhkan jembatan dengan bentangan sekitar 50 meter," kata Fahrurozi, kemarin.
Masyarakat untuk saat ini, kata Walnag, tidak berharap muluk-muluk. Sebab cukup dibangun jembatan gantung saja untuk akses lahan pertanian. "Asalkan sudah aman dan bisa digunakan untuk menyeberangi sungai sebagai akses kelahan pertanian, sudah cukup," harap masyarakat yang disampaikan Walinagari.
Sebenarnya, kata Walnag, masyarakat sangat sadar besarnya resiko yang harus dilewati menggunakan seutas tali sling yang menjadi jembatan. Namun apa boleh buat, sebab pilihan lainnya menyeberangi sungai dengan berenang.
Terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kecamatan Lareh Sago Halaban, Jon Endris, akan melihat secara langsung kondisi jembatan yang disebutkan warga tersebut.
"Kita akan coba lihat dulu jembatannya, sebab kita rasanya belum mendapat informasi keberadaan jembatan. Kemungkinan ini berada menunu lahan pertanian warga," sebut Kepala UPT Dinas PUPR Kecamatan Lareh Sago Halaban, kemarin.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut potret dua TNI berjibaku selamatkan petani yang terseret arus deras sungai Lekukan.
Baca SelengkapnyaWarga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca SelengkapnyaMayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.
Baca SelengkapnyaPetani di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi terpaksa harus mengambil air dari kubangan sumur sedalam dua meter yang ia gali sendiri.
Baca SelengkapnyaPara petani di Sukasirna memang lebih memilih membuat kincir air untuk mengairi sawah-sawah dibanding menggunakan pompa air.
Baca SelengkapnyaBahkan dikabarkan pernah ada warga yang meninggal dunia usai terjatuh dari atas jembatan saat menyeberangi sungai tersebut.
Baca SelengkapnyaWalau dianggap paling eskstrem, jembatan ini punya pemandangan yang indah
Baca SelengkapnyaSejumlah warga menyeberangi sungai membawa jenazah yang akan dimakamkan di pemakaman itu viral di media sosial
Baca SelengkapnyaHujan dengan intensitas tinggi menyebabkan banjir lahar Semeru. Akibatnya, jembatan di perbatasan putus.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaWarga di berbagai daerah terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca Selengkapnya