Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Nekat serbu markas Jepang, Slamet Riyadi diberi pangkat mayor

Nekat serbu markas Jepang, Slamet Riyadi diberi pangkat mayor Slamet Riyadi. ©2015 merdeka.com/istimewa

Merdeka.com - Pembacaan naskah proklamasi menumbuhkan kegembiraan bagi rakyat Indonesia. Setelah terbelenggu oleh penjajahan selama ratusan tahun, gema kemerdekaan mulai membahana hampir di seluruh penjuru, termasuk rakyat Solo.

Para pemimpin dan tokoh masyarakat mulai memberanikan diri untuk mengambil alih kekuasaan Kekaisaran Jepang atas Indonesia. Langkah persuasif dilakukan, tindakan ini membuat penguasa Jepang luluh dan rela menyerahkan kedaulatannya kepada pemerintah Indonesia yang masih sangat muda.

Di Solo, penyerahan kedaulatan berlangsung secara damai. Pemerintah Jepang yang diwakili Watanabe menyerahkan kekuasaannya kepada Indonesia. Upacara serah terima berlangsung sangat sederhana, tidak ada penandatangan dokumen, atau acara protokoler. Yang ada hanya saling bersalaman.

Serah terima tersebut dipenuhi sejumlah komandan polisi rahasia (Kempeitai) Jepang yang beroperasi di Solo. Mereka dengan sukarela menyerahkan senjatanya masing-masing kepada para pejuang. Tapi tidak semua, Kapten Sato menolak menyerahkan gudang senjata yang dijaganya kepada rakyat Indonesia.

"Saya hanya bersedia menyerah setelah mendengar langsung perintah Tenno Heika," tegas Kapten Sato, seperti dikutip dari buku 'Ign Slamet Riyadi: Dari Mengusir Kempeitai Sampai Menumpas RMS', karya Julius Pour terbitan Gramedia tahun 2008.

Meski begitu, rakyat tak menyerah. Mereka tetap melakukan pendekatan kepada Kapten Sato untuk menyerahkan persenjataan yang dimilikinya. Tapi, seluruh upaya tetap gagal, Sato tetap bergeming dengan pendiriannya.

Kerasnya sikap yang ditunjukan Sato membuat rakyat Solo kesal. Tepat pada 13 Oktober 1945, para pemuda mulai mengepung markas Sato. Meski dijaga cukup ketat, namun mereka tak gentar menghadapi peluru Jepang.

Tanpa dikomando, para pemuda langsung menyerbu markas tersebut. Tanpa ada komando, ribuan massa mulai memasuki markas dari tangan Jepang. Aksi para pemuda ini disaksikan langsung oleh Benny Moerdani saat usianya masih 13 tahun, kelak dia bakal menjadi jenderal berpengaruh selama Orde Baru berkuasa.

"Saya sendiri tidak tahu siapa yang memberikan perintah untuk menyerbu. Mungkin saja memang keluar dengan spontan. Tetapi yang pasti, markas kempeitai langsung diserbu massa," kenang Benny.

Dengan penuh semangat, Slamet Riyadi langsung menyerbu masuk ke dalam markas. Tembakan pertama dari tempat persembunyiannya telah menewaskan seorang serdadu Jepang.

"Slamet Riyadi didampingi Roedjito menyerang dari arah barat markas. Dari tempat persembunyian Slamet Riyadi berhasil menembak mati seorang anggota Kempeitai yang sedang berjaga di lantai atas," tulis sebuah laporan.

Tanpa bermodal senjata yang memadai, aksi nekat yang dilakukan para pemuda Solo berhasil menaklukkan markas tersebut. Dalam waktu singkat, Sato dan anak buahnya memilih menyerah dengan mengibarkan bendera putih. Markas Kempeitai pun jatuh ke tangan rakyat.

Gara-gara aksi nekatnya tersebut, pemerintah memberikan pangkat mayor. Pangkat itu diterimanya saat usianya masih 19 tahun, sekaligus menjadi Komandan Batalyon II TKR. (mdk/tyo)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pemuda Gagah dan Tampan Kini Sukses jadi Jenderal Polisi, Punya Jabatan Mentereng
Pemuda Gagah dan Tampan Kini Sukses jadi Jenderal Polisi, Punya Jabatan Mentereng

Perwira muda yang dulu pose di lapangan monas ialah Brigjen Suyudi Ario Seto.

Baca Selengkapnya
Kecil Cari Uang Menyemir Sepatu Tentara, Ternyata Nasibnya Jadi Jenderal Bintang Empat
Kecil Cari Uang Menyemir Sepatu Tentara, Ternyata Nasibnya Jadi Jenderal Bintang Empat

Ini perjuangan sosok jenderal legendaris TNI. Siapa sangka bocah penyemir sepatu itu menjadi Panglima.

Baca Selengkapnya
Sosok Sultan Syarif Kasim II, Raja Termuda dan Terakhir yang Menjabat di Kerajaan Siak
Sosok Sultan Syarif Kasim II, Raja Termuda dan Terakhir yang Menjabat di Kerajaan Siak

Sultan Syarif Kasim II menduduki kekuasaan Kesultanan Siak saat usianya 16 tahun. Selain jadi raja termuda, dirinya juga menjadi raja terakhir.

Baca Selengkapnya
Tak Semua Orang Tahu, ini Potret Jenderal Maruli Simanjuntak saat Masih SMA hingga Letda, Mirip Aktor Mandarin
Tak Semua Orang Tahu, ini Potret Jenderal Maruli Simanjuntak saat Masih SMA hingga Letda, Mirip Aktor Mandarin

Sebuah video memperlihatkan potret Jenderal Maruli Simanjuntak saat masih duduk di bangku SMA dan menjadi anggota berpangkat Letda.

Baca Selengkapnya
Kisah Hidup Mayor Jenderal Djatikusumo, KSAD Pertama Republik Indonesia
Kisah Hidup Mayor Jenderal Djatikusumo, KSAD Pertama Republik Indonesia

Merupakan seorang keturunan ningrat, ia rela ikut berjuang bersama rakyat demi kemerdekaan Indonesia

Baca Selengkapnya
Ada di Mana Soeharto Saat  Momen Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945?
Ada di Mana Soeharto Saat Momen Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945?

Ini kesaksian Soeharto saat revolusi terjadi. Apa yang sedang dikerjakannya?

Baca Selengkapnya
Dulu Jualan Air di Stasiun, Tak Disangka Jadi Jenderal Bintang Empat
Dulu Jualan Air di Stasiun, Tak Disangka Jadi Jenderal Bintang Empat

Masa kecilnya dihabiskan dengan membantu orang tua mencari nafkah. Siapa menyangka kelak gemilang di TNI.

Baca Selengkapnya
Perwira Muda TNI Ada Harumkan Nama Bangsa di Tiongkok, Sosoknya Gagah Berwibawa
Perwira Muda TNI Ada Harumkan Nama Bangsa di Tiongkok, Sosoknya Gagah Berwibawa

Seorang prajurit perwira muda TNI AD berhasil meraih medali emas dalam kursus sniper yang diadakan di negara Tiongkok.

Baca Selengkapnya
Gagah Berseragam Didampingi Istri, Intip Potret Lawas Jenderal Besar TNI, Sosoknya Selalu Dikenang
Gagah Berseragam Didampingi Istri, Intip Potret Lawas Jenderal Besar TNI, Sosoknya Selalu Dikenang

Potret lawas mendiang Jenderal Besar AH Nasution saat masih berseragam militer bersama istrinya.

Baca Selengkapnya