Nelayan udang di Serang ikut jadi korban reklamasi teluk Jakarta
Merdeka.com - Akibat penambangan pasir laut, nelayan Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, kini kesulitan mencari sumber penghidupan.
Seperti musim udang saat ini, para nelayan mengaku mengalami penurunan tangkapan akibat dampak aktivitas penambangan pasir laut yang digunakan untuk kebutuhan reklamasi di Jakarta.
"Padahal ini sedang musim udang. Biasanya kami bisa dapat tangkapan banyak. Sejak kemarin ada kapal sedot pasir lagi kita kehilangan tangkapan," kata Misri, nelayan di daerah tersebut.
-
Dimana kapal transit? Pukul 14.09, kapal feri tiba di Pelabuhan Tarebung, Pulau Sapudi. Di pulau ini, kapal akan transit selama satu jam.
-
Kapan kapal berangkat dari Jangkar? Pukul 09.30, kapal feri tujuan akhir Pelabuhan Kalianget diberangkatkan.
-
Mengapa kapal tersebut penting? Penelitian ini bagian dari misi untuk melestarikan dan melindungi dua bangka kapal ini yang dinilai sangat penting bagi arkeologi dunia, menurut pengumuman Badan Warisan Kebudayaan Nasional China.
-
Bagaimana cara pengerukan kolam pelabuhan? Namun diperkirakan proyek pembangunan itu akan melampaui target awal karena pengerukan kolam pelabuhan mengalami kendala karena keberadaan batuan yang keras. Bahkan semakin dalam pengerukan, ditemukan sumber mata air tawar yang besar. Hal ini membuat metode pengerukan yang sebelumnya dilakukan secara mekanik beralih menggunakan teknik peledakan pada batuan.
-
Dimana kapal melayang terlihat? Sebuah kapal muatan barang besar bernama Achilleas terlihat melayang di lepas pantai Yunani ketika melakukan pelayaran di antara pulau Yunani.
-
Dimana kapal tersebut ditemukan? Dua bangkai kapal kuno ditemukan di kedalaman sekitar 1.500 meter di Laut China Selatan.
Begitu pun yang dirasakan nelayan lain bernama Tura. Dirinya mengeluhkan aktivitas penambangan tersebut.
"Lah susah kang. Gimana kita mau dapat udang wong yang disedot jaraknya enggak sampai satu mil dari pantai. Itu kan tempat ikan kumpul," ujar Tura.
Informasi yang berhasil dihimpun, dalam beberapa bulan ini kapal berkapasitas 15.000 ton pasir hilir mudik ke Lontar mengangkut pasir untuk proyek reklamasi di teluk Jakarta. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proyek reklamasi di teluk Jakarta berdampak pada banyak hal, salah satunya membuat hidup nelayan Muara Angke semakin susah. Berikut potretnya:
Baca SelengkapnyaHasil tangkapan nelayan Dadap mengalami penurunan drastis akibat gencarnya pembangunan di pesisir utara Jakarta.
Baca SelengkapnyaKurangnya penanganan sampah secara maksimal, ditambah dengan pencemaran limbah yang membuat air laut semakin hitam telah merugikan para nelayan.
Baca SelengkapnyaSeorang kru yang selamat mengaku sempat melihat temannya meninggal dunia di tengah lautan
Baca SelengkapnyaInvestasi besar-besaran dari China mengancam kehidupan warga Pulau Rempang yang telah berada di pulau itu lebih dari seabad lalu.
Baca SelengkapnyaKapal yang memuat 40 ton beras dan 30 tabung elpiji tenggelam usai dihantam ombak saat berada di Perairan Selayar.
Baca SelengkapnyaGalangan kapal Muara Angke menjadi salah satu ujung tombak industri kemaritiman di Jakarta.
Baca SelengkapnyaKapal pengangkut barang, KM Lintang Timur Selatan, karam di Selat Malaka, Senin (31/7) sekitar pukul 07.30 WIB. Sebelas awaknya pun hilang.
Baca SelengkapnyaMasuknya modal asing dan kapitalisme modern mendorong munculnya pranata ekonomi baru di kalangan masyarakat nelayan.
Baca SelengkapnyaPantai Teluk, Pandeglang, Banten, disebut-sebut sebagai salah satu pantai paling kotor di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDaratan sampah di Marunda Kepu, Cilincing, Jakarta Utara kian menumpuk.
Baca SelengkapnyaPara nelayan mengaku ikan semar tangkapannya semakin melimpah di tengah fenomena El Nino.
Baca Selengkapnya