Nenek 90 tahun ini hidup sebatang kara di gubuk reyot bersama anjing
Merdeka.com - Seorang nenek berusia 90 tahun tinggal di sebuah gubuk reyot kecil berukuran 2x3 meter di lereng Merapi, dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem Sleman. Nenek yang bernama Jirah tersebut tinggal dengan ditemani seekor anjing bernama Semut.
Di gubuk reyot yang terbuat dari bambu dan dinding dari spanduk bekas tersebut, Mbah Jirah berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya hujan. Di dalam gubuk hanya ada sebuah meja, kursi dan tempat tidur yang hanya beralas tikar.
-
Apa yang ada di rumah terpencil itu? Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga. Mereka tergabung dalam keluarga Bapak Wiyono.
-
Siapa yang tinggal di gubuk reyot itu? Seperti inilah gubuk yang ditempati Samudi, seorang kakek berusia 66 tahun warga Kampung Cipalid, Desa Banjarsari, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Di mana letak rumah terpencil itu? 'Kalau membangun rumah di sini bahan materialnya diusung pakai motor,' kata salah satu penghuni rumah itu. Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga.
-
Dimana tunawisma itu beristirahat? Seorang wanita tunawisma membungkus tubuhnya dengan selimut tebal saat beristirahat di pinggir jalan di New Delhi, India, Selasa (2/1/2024).
-
Apa yang ada di ruang tamu Kurnia Meiga? Jersey yang terpajang di ruang tamu Jersey yang terpajang di ruang tamu adalah milik Achmad Kurniawan, mantan kiper tim Arema dan kakak serta senior Meiga yang pernah bermain bersama untuk Arema.
Kondisinya pun lembab. Perabotan berserakan di lantai gubuk. Di depan pintu gubuk ada sebuah tungku dari tanah liat yang biasa digunakan Mbah Jirah untuk memasak.
"Saya lupa kapan di sini, sudah lama, orang dulu nggak tahu tahun-tahunan, jadi lupa. Sejak kecil sudah di sini, sama Semut," kata perempuan yang kerap dipanggil Mbah Jinem oleh warga sekitar saat ditemui merdeka.com di gubuknya, Minggu (15/3).
Sehari-hari Mbah Jirah berkebun. Dia menanam salak dan juga tanaman lainnya untuk kebutuhan sehari-harinya.
"Maaf ini tidak bisa menyuguhi apa-apa, salaknya nggak berbuah, padahal Mbah yang tanam salak, sukun, nangka. Sehari-hari ya cuma ke kebun," ujarnya.
Sementara itu untuk beras, Mbah Jirah kerap mendapat bantuan dari warga sekitar. Kadang dia hanya mendapat bantuan beras satu atau dua kilo untuk makannya dan juga Semut.
"Lauknya nggak pakai, cuma sayur, kadang gori, daun ubi, yang bisa dimasak. Kalau Semut, saya makan apa dia pasti pengen," ungkapnya.
Mbah Jirah sebenarnya memiliki seorang anak. Namun anaknya meninggal saat berusia dua bulan. Saat ditanya soal suaminya dia hanya diam dan mengulangi jawaban tentang anaknya.
"Anak saya sudah meninggal, waktu masih kecil, baru dia bulan sudah nggak ada," tuturnya. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Untuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaKini tak lagi didampingi suami, wanita itu tinggal di gubuk sederhana sekaligus hidup menggunakan uang tabungan senilai puluhan juta.
Baca SelengkapnyaMirisnya, keduanya tinggal di rumah tua peninggalan sang bekas pejabat desa. Kini, kediaman itu pun nampak kian termakan usia.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2021, rumahnya terbakar. Sehingga dibangunlah gubuk reyot yang kundisinya sangat tidak layak itu.
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaKisah pilu seorang lansia bernama Guritno (70) ditemui di kawasan Kabupaten Bandung.
Baca SelengkapnyaKisah Vina tinggal di gubuk jauh di tengah hutan bersama kedua orang tuanya.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang kakek yang tinggal di pos kamling dan diberikan bantuan oleh polisi.
Baca SelengkapnyaBegitu miris, ia hanya bisa memakan menu nasi dan micin serta tinggal di gubuk tak layak
Baca SelengkapnyaAda banyak cara bagi seseorang untuk hidup tenang dan bahagia. Misalnya saja seperti yang dilakukan oleh pasangan lansia di Kampung Curug.
Baca SelengkapnyaWalaupun keluarganya sudah membujuknya untuk tinggal bersama mereka, namun Mbah Subeno tetap memilih tinggal menyendiri di sana.
Baca Selengkapnya