Nestapa Dokter di Daerah, Minim APD dan Masker Tangani Corona
Merdeka.com - Sejak wabah Covid-19 merebak ke Indonesia beberapa produk kesehatan diburu masyarakat. Tak terkecuali kebutuhan masker yang vital bagi para tenaga kesehatan.
Seorang dokter di salah satu rumah sakit daerah mengeluhkan sulitnya rumah sakit menyediakan masker dan alat perlindungan diri tenaga kesehatan. Dokter yang tak mau identitasnya diungkap itu menceritakan bahwa saat ini persediaan masker di rumah sakit begitu terbatas.
"Sekelas rumah sakit yang biasanya sudah pesan dari distributor besar, gak dapat gitu loh," kata dokter itu kala dihubungi, Senin (30/3).
-
Bagaimana cara menggunakan masker? Setelah semua bahan masker tercampur dengan baik, aplikasikan masker secara merata ke seluruh wajah yang telah dibersihkan sebelumnya. Pastikan untuk menghindari area sekitar mata dan bibir, karena kulit di daerah tersebut lebih sensitif terhadap bahan-bahan yang digunakan.
-
Siapa yang bisa menggunakan masker ini? Masker ini biasanya sesuai untuk kebanyakan jenis kulit, tetapi bagi mereka yang memiliki kulit sensitif, sangat disarankan untuk melakukan tes patch terlebih dahulu.
-
Kapan sebaiknya masker ini digunakan? Untuk mendapatkan hasil yang optimal, disarankan untuk menggunakan masker ini 2-3 kali dalam seminggu.
Dokter anestesi itu mengungkapkan, barang-barang seperti masker begitu diperlukan dalam ruangan operasi. Biasanya para tenaga kesehatan bisa dengan leluasa mengambil masker untuk dipergunakan dalam ruang operasi, namun saat ini dia mengaku pihak rumah sakit hanya menyediakan 10 buah masker setiap ruang operasi perharinya.
"Jadinya dibatasinya satu ruangan operasi itu hanya untuk 10 masker. Belum ganti perawat, dokternya, yang lain. Kalau break makan ini gimana? Kan mesti diganti. Gak masuk akal," ungkapnya.
Terlebih lagi, menurutnya sudah ada imbauan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) karena merebaknya wabah Covid-19 meminta setiap dokter yang memeriksa pasien harus menggunakan masker.
"Untuk kita aja yang kerja di dalam (ruang operasi) susah," tegasnya.
Dokter itu mengungkapkan, biasanya setiap hari satu ruangan operasi bisa banyak melayani pasien Covid 19. Namun sejak kekurangan alat medis, setiap harinya hanya melayani beberapa saja.
"Akhirnya kita minta bagi operasi yang bisa ditunda ya ditunda dulu, kecuali operasi melahirkan ya kan itu sudah jauh-jauh hari, gak bisa ditunda juga," tukasnya.
Pemerintah Diminta Genjot Produksi Masker
Dokter itu mengusulkan supaya pihak pemerintah mendatangi pabrik masker untuk menggenjot produksinya. Mengingat saat ini begitu dibutuhkan.
"Kenapa sih gak pemerintah datangi aja pabrik, gimana caranya. Kenapa gak bisa sih, datangi saja pabriknya. Pabriknya kan bayak, nanti (minta) produksi aja yang banyak pemerintah yang beli," usulnya.
Dalam situasi seperti ini, kata dokter itu pemerintah mestinya mengkoordinasi penyebaran masker ke seluruh Indonesia dan memprioritaskan rumah sakit terlebih dahulu.
"Kami kasih lah perlindungan. Kaya kasus yang banyak itu, kaya Covid-19 ya banyak dokter (kena) sejujurnya karena kami pun yang menolong pasien dari awal itu gak mendapat perlindungan maksimal. Harus gimana? Gak ditolong gimana, ditolong kita mati konyol," tegas dokter.
Selain kekurangan masker, dokter juga mengaku begitu kesulitan mendapatkan alat perlindungan diri atau APD. Baju APD yang begitu utama digunakan untuk memeriksa pasien Covid-19 persediaannya begitu terbatas.
Dia pun mengusulkan supaya pemerintah memberdayakan anak-anak panti untuk menjahit APD.
"Gak bisa apa ngumpulin 100 tukang jahit produksi itu (APD). Gimana apa kaya konveksi itu di Bandung, pusatkan aja di Bandung," katanya.
Ia juga mengusulkan supaya pemerintah semestinya mengubah pabrik konveksi untuk memproduksi APD. Dan hasilnya bisa dibeli oleh pemerintah guna didistribusikan ke seluruh rumah sakit di Indonesia.
"Ya saya rasa mereka (pabrik) mau lah. Kemarinkan nunggu barang dari China ternyata barang Indonesia juga, pengen marah rasanya tapi marah sama siapa?" ia menandaskan.
Reporter: Yopi MakdoriSumber: Liputan6.com
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
6.333 Puskesmas yang belum memiliki jumlah tenaga kesehatan yang sesuai standar.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di 2022.
Baca SelengkapnyaKekurangan dokter dirasakan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Gunungkidul. Lantas berapa jumlah dokter yang dibutuhkan di sana?
Baca SelengkapnyaIkatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.
Baca Selengkapnyaian juga menyoroti persoalan pendistribusian tenaga kesehatan.
Baca SelengkapnyaKasus pertama cacar monyet terjadi pada Agustus 2022 lalu. Pasien itu pun sudah dinyatakan sembuh.
Baca SelengkapnyaPro dan kontra terjadi karena pemerintah ingin mengambil dokter asing untuk mengabdi di Indonesia
Baca SelengkapnyaPengacara menduga ada kelalaian yang dilakukan petugas jaga saat itu.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaNurdin mengungkapkan, kondisi ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaDari 45,64 persen tersebut, sebanyak 4,17 persen atau 190 puskesmas di Indonesia tak memiliki dokter.
Baca Selengkapnya