Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Nestapa TKI ilegal diperas polisi Malaysia berjuta-juta rupiah

Nestapa TKI ilegal diperas polisi Malaysia berjuta-juta rupiah Agustinus (kedua dari kanan). ©2015 merdeka.com/mustiana lestari

Merdeka.com - Agustinus Nahak (50) kapok menjadi pekerja sawit ilegal di Malaysia. Betapa tidak sejak awal dirinya hijrah dari tanah kelahirannya di Malaka, NTT, kesulitan hidup terus menerus menerpa dirinya.

"Tahun 1998 berangkat ditampung di Pontianak setengah tahun di sana, diberi makan satu dua sendok saja. Bagi kami orang timur itu tidak biasa," jelas Agustinus saat berkumpul dengan paralegal di Desa Bakiruk, Malaka Tengah, NTT, Kamis (12/2).

Di Pontianak pun Agustinus dan rekan-rekannya pun terpaksa luntang lantung. Padahal dirinya telah mengantongi izin dan dokumen resmi yang dia anggap resmi.

"Di sana banyak angkut-angkut pasir kami bantu ikut," cerita lelaki yang buta huruf ini.

Setelah sampai di Malaysia, rupanya Agustinus tergoda oleh rayuan teman-temannya. Saat itu temannya mengajak dirinya kerja di perkebunan lain yang gajinya lebih besar.

"Saya saat itu sedang traning jadi uang hampir tidak cukup lalu diajak. Di rumah keluarga butuh 3 bulan kami jadi terpaksa pindah di mana tempat ada uang," sambung Agustinus.

Dia tahu lari dari pekerjaan berarti status Agustinus menjadi TKI ilegal karena paspor Agustinus ditahan perusahaan. Namun dia nekat mengambil peluang itu.

Mendapat pendapatan lebih besar, Agustinus lebih giat. Bahkan untuk mengirim uang melalui kota dia harus bolak balik 5 sampai 8 kilo.

"Kisaran satu task saya mendapat 800 sampai 1500 ringgit," lanjut dia.

Munjur pun berhenti saat dia ditangkap polisi Malaysia karena statusnya ilegal. "Saya ditangkap polisi saya kasih 600 ringgit tadinya dia minta 1.000 ringgit (sekitar Rp 2,5 juta pada waktu itu). Itu satu bulan gaji sisa dari kota. Saya minta nama dan nomor telepon nanti saya sudah gajian saya bayar tapi dia tidak mau," ungkap Agustinus.

Dari situ akhirnya dia kapok dan mulai kembali mengurus statusnya lagi agar dapat bekerja legal. Dia pulang ke Indonesia dan keuletan Agustinus berbuah hasil.

"Uang dari sana buat bikin rumah, beli tanah, anak sekolah. Saya beli tanah hampir satu hektar," ucap dia bangga.

Keinginan untuk kembali ke Malaysia mendulang uang dia turunkan kepada anak laki-lakinya. Kini anak laki-laki Agustinus telah bekerja sebagai mandor di perkebunan Malaysia dengan upah Rp 7 juta perbulan. Agustinus pun tak lupa mengingatkan anaknya untuk bekerja secara legal agar tidak bernasib serupa dengan Agustinus. (mdk/ian)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Cerita Pahit Lusi Korban TPPO di Negeri Jiran, Disekap Berbulan-Bulan dan Kerja Tanpa Digaji
Cerita Pahit Lusi Korban TPPO di Negeri Jiran, Disekap Berbulan-Bulan dan Kerja Tanpa Digaji

Cerita korban TPPO Disekap Berbulan-Bulan dan Kerja Tanpa Digaji

Baca Selengkapnya
Pedangdut Jebolan KDI Ditangkap Polisi, Tipu Warga Rp120 Juta Modus Bekerja di Australia
Pedangdut Jebolan KDI Ditangkap Polisi, Tipu Warga Rp120 Juta Modus Bekerja di Australia

Modus tersangka memberangkatkan calon pekerja migran tidak sesuai prosedur.

Baca Selengkapnya
Penampungan Pekerja Migran Ilegal Dibongkar Polisi di Dekat Bandara Soekarno-Hatta, Begini Kronologinya
Penampungan Pekerja Migran Ilegal Dibongkar Polisi di Dekat Bandara Soekarno-Hatta, Begini Kronologinya

AWS berperan sebagai pemilik penampungan dan juga penyalur pekerja migran Indonesia secara ilegal atau non prosedural.

Baca Selengkapnya
Emak-Emak di Malang Coba Selundupkan Puluhan Orang jadi Pekerja Migran
Emak-Emak di Malang Coba Selundupkan Puluhan Orang jadi Pekerja Migran

Tersangka diduga bekerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk PJTKI yang sementara dalam pendalaman oleh pihak kepolisian.

Baca Selengkapnya
Viral TKI asal NTT Disiksa dan Tak Digaji Selama 3 Tahun di Malaysia, Ini Langkah Polisi
Viral TKI asal NTT Disiksa dan Tak Digaji Selama 3 Tahun di Malaysia, Ini Langkah Polisi

Seorang TKI asal Nusa Tenggara Timur (NTT) bernasib malang saat bekerja di Malaysia.

Baca Selengkapnya
UNHCR Blak-blakan Buka Suara soal Penyelundupan Rohingya di Aceh
UNHCR Blak-blakan Buka Suara soal Penyelundupan Rohingya di Aceh

Satu orang sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus penyelundupan Rohingya ke Aceh.

Baca Selengkapnya
Polisi Tangkap Wartawan Gadungan Terlibat Perdagangan Orang di Batam
Polisi Tangkap Wartawan Gadungan Terlibat Perdagangan Orang di Batam

Sementara itu, ketiga korban yakni BN (29) asal Tasikmalaya, O (40) asal Subang dan A (28) asal Subang. Kedua pelaku disinyalir untung Rp2 juta per korban.

Baca Selengkapnya
Ingin Cari Gaji Besar di Malaysia, Dua Warga Banyuwangi Justru Pulang dalam Kondisi Depresi tanpa Sepeser Uang
Ingin Cari Gaji Besar di Malaysia, Dua Warga Banyuwangi Justru Pulang dalam Kondisi Depresi tanpa Sepeser Uang

Mereka diduga berangkat dengan cara ilegal dan menjadi korban perdagangan manusia.

Baca Selengkapnya
Sepak Terjang Muhammad Amin, Tersangka Penyelundup Pengungsi Rohingya di Aceh
Sepak Terjang Muhammad Amin, Tersangka Penyelundup Pengungsi Rohingya di Aceh

Muhammad Amin tak bekerja sendiri menyelundupkan pengungsi Rohingya.

Baca Selengkapnya
Bareskrim Ungkap Jaringan Perdagangan Orang WNI di Malaysia: Kisah Mengerikan Terungkap!
Bareskrim Ungkap Jaringan Perdagangan Orang WNI di Malaysia: Kisah Mengerikan Terungkap!

Setelah korban bekerja sebulan, ia menerima upah yang tak sesuai dengan kesepakatan awal.

Baca Selengkapnya
Viral Mantan Petinggi Salah Satu Maskapai Pilih Dakwah On The Road Sambil Jualan, Begini Kisahnya
Viral Mantan Petinggi Salah Satu Maskapai Pilih Dakwah On The Road Sambil Jualan, Begini Kisahnya

Pria ini menceritakan kisah hidup yang tak mudah dan membuatnya hijrah.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Polisi dan Pegawai Imigrasi Terlibat di Kasus Jual Beli Ginjal di Bekasi
VIDEO: Polisi dan Pegawai Imigrasi Terlibat di Kasus Jual Beli Ginjal di Bekasi

Keduanya beraksi bersama 10 tersangka lainnya yang merupakan sindikat penjualan ginjal internasional.

Baca Selengkapnya