Ngaku Aparat Keamanan, Sopir di Bali Rampok dan Telanjangi Remaja
Merdeka.com - Polres Buleleng, Bali, menangkap seorang sopir bernama Aditya Sapitra (42). Dia diringkus karena melakukan pemalakan dan merampas barang milik korban dengan modus mengaku seorang aparat keamanan.
Pelaku melakukan aksinya dengan membawa senjata tajam. Kedua korbannya masih di bawah umur.
"Pelaku melakukan perbuatannya untuk dapat memiliki barang tersebut dan uangnya dipergunakan untuk keperluan dan kebutuhan pelaku sehari-hari," kata Kasi Humas Polres Buleleng AKP Gede Sumarjaya, Selasa (31/1).
-
Bagaimana pelaku ditangkap? Pelaku ditangkap di tempat dan waktu berbeda. Pelaku LL warga Kelurahan Kefamenanu Selatan ditangkap di Weain, Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka pada Selasa (18/10) kemarin.
-
Siapa yang ditangkap? Personel Brimob menangkap pria berinisial I, P, G yang diduga sebagai pemakai dan WA sebagai bandar dan perempuan N sebagai pemakai pada Rabu (19/6) dini hari.
-
Siapa perampok dalam peristiwa ini? Empat orang disandera oleh perampok selama enam hari.
-
Bagaimana pria itu tertangkap? Penangkapan terjadi pada 8 Oktober saat subuh di Sindos, sebuah kota kecil yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Thessaloniki. Polisi menerima laporan setelah seorang tetangga mendapati terdakwa sedang mengendus sepatu keluarganya yang dijemur di halaman.
-
Siapa yang menyekap polisi? Tiga pelaku diamankan. AI, N dan S diduga pelaku percobaan pembunuhan terhadap anggota Pam Obvit Polda Metro Jaya, Bripka Topan Febriyanto.
Pelaku melakukan aksi pertamanya pada seorang gadis berinisial DIA (16) pada 19 Oktober 2022 sekitar pukul 22.00 Wita. Saat itu, korban sedang bermain di pinggiran pantai areal Pantai Penarukan, Kabupaten Buleleng, Bali.
Korban didatangi pelaku yang mengaku sebagai aparat keamanan. Ketika itu, pelaku membawa senjata tajam berupa sabit dan langsung meminta dengan paksa handphone Oppo A31 yang dibawa korban. Karena korban merasa takut akhirnya menyerahkan handphonenya.
"Tidak itu saja, korban juga dipaksa agar membuka semua pakaian yang digunakannya, sehingga korban dalam keadaan telanjang bulat. Akibat kejadian tersebut korban mengalami kerugian sebesar Rp3 juta dan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Singaraja," ujarnya.
Pelaku mengaku aparat untuk menakut-nakuti korbannya. Dia menyuruh korban telanjang agar tidak mengejarnya setelah dipalak.
"Dia bilang 'saya aparat' saja, dia tidak mengaku dari aparat mana. Tidak melakukan pencabulan, (alasannya) agar nanti pihak korban tidak mengejar pelaku saat ditinggalkan pelaku," jelasnya.
Aksi Kedua
Aksi pelaku kembali dilakukan di TKP yang sama pada Rabu (4/1) sekitar pukul 22.00 Wita. Kali ini korbannya berinisial PUNI (17). Saat itu, korban juga didatangi pelaku dan langsung merampas handphone Oppo Type A11K, dompet, KTP, kartu pelajar, dan uang tunai Rp30 ribu dan saat itu korban bersama dengan teman laki-lakinya.
Selain itu, pelaku mengambil jaket dan tas korban yang digantung di spion sepeda motor korban. Kemudian pelaku juga mengajak korban ke pematang sawah yang berjarak kurang lebih 15 meter dari pinggir pantai dan saat itu pelaku menyuruh agar teman laki-laki korban tidak boleh ikut.
Karena merasa takut, lalu korban berteriak sehingga datang dua orang yang mendekat. Pelaku langsung melarikan diri dengan membawa barang barang milik korban dan akibat kejadian itu korban mengalami kerugian sebesar Rp2.600.000.
Setelah dua peristiwa itu, polisi langsung melakukan penyelidikan dan meminta keterangan saksi-saksi. Keberadaan pelaku pun terlacak.
Selanjutnya, pada Jumat (27/1), polisi menangkap pelaku di indekosnya di Jalan Pulau Laut Penarukan, Buleleng. Pelaku diketahui berasal dari Gerung Apitaik, Mataram, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan bekerja sebagai sopir.
Barang bukti yang diamankan berupa satu handphone Oppo A31, Oppo A11K, sebilah senjata tajam jenis sabit, dan satu jaket hijau.
"Setelah dilakukan pemeriksaan, pelaku mengakui perbuatannya dan cara pelaku mendapatkan barang milik korban mengaku sebagai aparat untuk menakut-nakuti korbannya, dibarengi dengan perbuatan pengancaman dengan menggunakan senjata tajam untuk dapat mengambil barang-barang milik korban," ujarnya.
Akibat perbuatannya, pelaku disangka telah melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan sebagaimana dimaksud dalam rumusan Pasal 365 ayat (1) KUHP dengan ancaman hukuman 9 tahun penjara dan Pasal 368 KUHP tentang pemerasan dengan ancaman hukuman 9 bulan penjara.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi gadungan bawa kabur motor, ponsel hingga uang mahasiswi Palembang
Baca SelengkapnyaAsep mengaku sempat dipukul dan dikeroyok pelaku yang saat itu juga meminta uangnya.
Baca SelengkapnyaBukannya mengembalikan, sopir taksi tersebut malah membawa tas milik WNA Perancis ke rumah.
Baca SelengkapnyaKorban disekap saat kedua orangtuanya tidak ada di rumah. Pelaku menggasak sejumlah harta benda orangtua korban.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi di Ubud, Bali. Pelaku berjumlah tiga orang. Sopir nekat melompat keluar mobil saat ditodong.
Baca SelengkapnyaRekaman itu sebagai ancaman terhadap korban agar tidak mengadu ke orangtuanya.
Baca SelengkapnyaPolres Demak mengamankan AN (22) pemuda pelaku begal payudara mahasiswi di Demak
Baca SelengkapnyaFA pun langsung menodongkan pisau kepada SA untuk mencoba merampas barang berharga miliknya.
Baca SelengkapnyaArif mengaku hasil pencuriannya digunakan membeli narkoba.
Baca SelengkapnyaPelaku mengakui perbuatannya tersebut dan dalam pengaruh minuman keras.
Baca SelengkapnyaAlhasil, uang Rp1,5 juta di dalam tas miliknya terpaksa diberikan karena takut ditembak
Baca SelengkapnyaKondisi korban saat ini masih trauma. Kini berada di vila-nya di kawasan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Bali.
Baca Selengkapnya