Nilai Dolar AS meroket, pengusaha tempe di Solo terancam bangkrut
Merdeka.com - Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) sangat berpengaruh terhadap sektor industri rumahan bergantung pada bahan baku impor, seperti industri tempe. Sejumlah perajin tempe di Kota Solo, terancam gulung tikar menyusul kenaikan harga kedelai impor di tingkat pengecer yang menembus angka Rp 7.200 per kilogram.
Tak mau merugi, para pengusaha bahkan harus mengurangi ukuran tempe guna menyiasati supaya bisa terus beroperasi. Terus melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menembus angka Rp 14 ribu ternyata juga dirasakan oleh para pengrajin tempe rumahan. Seperti dialami oleh sejumlah pengrajin di kawasan Krajan, Kelurahan Mojosongo, Solo.
"Kami terpaksa harus mengurangi ukuran tempe agar tidak bangkrut. Ukuran kami kurangi, tapi harganya tetap, tidak kami naikkan. Harga kedelai naik, dari Rp 6.300 menjadi Rp 7.200 per kilogramnya," ujar Heru, salah satu pengrajin tempe, di Krajan, Selasa (25/8).
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Kenapa harga kedelai makin mahal? Hendro, salah seorang perajin tahu di Dusun Kanoman, mengatakan bahwa makin ke sini harga kedelai lokal semakin mahal. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengandalkan kedelai impor untuk membuat tahu. Tapi harga kedelai impor saat ini cenderung tinggi.
-
Dimana harga kedelai naik? Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat misalnya, melambungnya harga kedelai tersebut turut memengaruhi pola produksi para produsen tahu, salah satunya Nana Suryana di Kelurahan Nagri Kidul.
-
Kapan harga kedelai naik? Harga kedelai mengalami kenaikan sejak awal November lalu.
-
Bagaimana perajin tempe menghadapi kenaikan harga kedelai? Karena hal ini, para perajin tempe terpaksa mengurangi jumlah produksi tempe. Ada pula dari mereka yang mengecilkan ukuran tempe dan ada juga yang menaikkan harga jual.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
Menurut Heru, kenaikan harga kedelai saat ini cukup dirasakan pengaruhnya oleh para pengrajin tempe. Karena lonjakan harga kedelai saat ini lebih tinggi dari biasanya. Para pengrajin, lanjut dia, hanya dapat bertahan dengan kondisi yang ada, sambil terus memantau pergerakan nilai tukar Dolar AS yang tidak menguntungkan.
"Harga kedelai sudah mulai merangkak naik secara bertahap, dari RP 6.300 hingga Rp 6.700 per kilogramnya. Dan kini melonjak menjadi Rp 7.200 per kilogramnya. Kami pasrah dan bertahan dengan kondisi seperti ini," keluh Heru.
Dengan kondisi tersebut, para pengrajin tempe lainnya berharap pemerintah segera turun tangan menstabilkan harga kedelai. Tingginya harga kedelai cukup memberatkan, terlebih konsumsi tempe masyarakat Solo cukup tinggi.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan harga dolar AS ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah dan harga kedelai impor pun melonjak drastis.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga kedelai impor sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah kembali memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
Baca SelengkapnyaKondisi global turut berkontribusi naiknya harga sejumlah komoditas.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaKondisi ini yang kemudian menjadi tantangan bagi sektor ritel Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndustri tahu di Dusun Kanoman muncul sejak tahun 1956. Kini mereka mengalami masa-masa sulit.
Baca SelengkapnyaNaiknya harga kedelai sejak awal November membuat produsen tahu menjerit
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaHarga beras mengalami kenaikan sejak tanggal 1 September. Bahkan untuk harga beras kualitas premium saat ini sudah menyentuh Rp15.000/Kg.
Baca SelengkapnyaBahan baku makanan minuman masih didominasi oleh impor dari luar negeri, sehingga hal itu memberikan efek terhadap Industri tersebut.
Baca SelengkapnyaBahkan, pelanggan terpaksa merogoh uang lebih dari biasanya untuk menambah porsi nasi agar menjadi lebih banyak.
Baca SelengkapnyaBanyak dari produk tersebut mengandalkan bahan baku impor.
Baca Selengkapnya