Ridwan Kamil Sebut Belasan Ribu Data Kasus Corona di Jabar Belum Diumumkan Pemerintah
Merdeka.com - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menuturkan ada belasan ribu data kenaikan kasus Covid-19 yang sudah dilaporkan kepada pemerintah pusat, namun belum dirilis. Pria yang akrab disapa Emil ini mengaku tidak mengetahui pertimbangan mengapa ada penundaan pengumuman.
"Data (kasus Covid-19) naik turun tapi yang belum diumumkan di atas 10 ribu, kalau 20 ribu saya kira tidak, nanti datanya lebih detail, jadi di belasan ribu lah. Itu mau diumumkan sekaligus dan bikin kaget, saya enggak ngerti juga karena kewenangan bukan di kami," kata Emil di Mapolda Jabar, Selasa (2/2).
Dia khawatir dengan penundanya pengumuman oleh pemerintah, membuat data yang sudah dilaporkan mengalami perubahan.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Mengapa Ridwan Kamil tidak mau menanggapi survei? 'Namanya elektabilitas itu naik turun kan. Dulu waktu Wali Kota Bandung h-2 bulan saya cuma 6 persen. Pas hari-h 45 persen. Jadi enggak bisa mengukur takdir dengan survei hari ini,' kata Ridwan Kamil kepada wartawan di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu (10/7).
-
Siapa yang mencatut nama Ridwan Kamil? Dilansir dari akun Instagram resminya @ridwankamil, Ridwan Kamil telah membantah dan mengklarifikasi nomer WhatsApp tersebut.
-
Mengapa Ridwan Kamil membantah akun WhatsApp? 'Pokoknya mah, kalo ada ridwan kamil kirim pesan mau pinjam-pinjam duit, fixed itu hoax ya,' tulis Ridwan Kamil.
-
Kapan Ridwan Kamil akan mengumumkan timsesnya? Sebelumnya, Ridwan Kamil memang menyebut akan mengumumkan susunan timsesnya untuk Pilgub DKI Jakarta pekan ini.'Insya Allah minggu ini beres (bakal diumumkan),' kata Ridwan Kamil di daerah Jakarta Pusat, Kamis (5/9).
"Kami takutnya diumumkan ternyata orangnya susah sembuh gitu kan turunan analisisnya kan jadi kurang tepat. Kasus mayoritas yang telat diumumkan itu H-3 Minggu coba, kan susah lewat 14 hari. Acuannya nanti saya akan cari cara namanya hasil lab ya," terangnya.
Dia menegaskan tidak akan mengambil kebijakan lockdown. Namun, ia menyoroti sistem pelaporan kasus yang harus diperbaiki oleh pemerintah pusat.
Menurut dia, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat indikator penanggulangan pandemi Covid-19 di Jawa Barat membaik. Salah satunya adalah tingkat keterisian rumah sakit ada di angka 69 persen setelah sempat berada di angka 80 persen.
"(Kasus harian) yang ditetapkan oleh lab itu sebenarnya sudah turun, artinya apa? Artinya, kasus yang disebut meningkat (oleh pemerintah pusat untuk wilayah Jawa Barat) itu banyak sekali kasus lama," ucapnya.
"Dilaporkan kasus (Covid-19) harian di Jabar naik tapi rumah sakit menurun, kan enggak nyambung. Minggu lalu, 3.300 kasus heboh, padahal 1.900-nya kasus lama ya yang kasus barunya 1.200, nah ini mohon jangan menilai PPKM hanya dari kasus aktif, itu poin saya karena kasus aktif mengandung data yang kurang akurat," ia melanjutkan.
Dimensi lain untuk ukuran kinerja PPKM, ia mengakui ada yang masih belum efektif atau perlu dievaluasi dari sisi indeks mobilitas. Lainnya, dari sisi kedisiplinan warga menerapkan protokol kesehatan terjadi peningkatan signifikan.
Dari data yang ia sampaikan, pada Januari kepatuhan warga secara kumulatif memakai masker ada di angka 50 persen, sekarang sudah 83 persen. Kemudian, kepatuhan jaga jarak awal Januari tersurvei 47 atau 48 persen, sekarang sudah 81 persen.
Petugas di lapangan total sudah menegur 9,7 juta warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan di tempat publik selama PPKM.
"Yang paling disiplin masker sekarang ini adalah Kota Cimahi, dan paling tidak disiplin adalah Kabupaten Bekasi. Yang jaga jarak juaranya adalah kabupaten Bandung juga di atas 90 persen, yang paling tidak bisa jaga jarak juga kabupaten Bekasi," terang dia.
Melihat data tersebut, ia menyatakan bahwa sejauh ini tidak pernah berpikir untuk membuat kebijakan karantina yang sifatnya seperti lockdown. Ia pun kembali menyoroti input data harian aktif yang menjadi acuan, namun tidak akurat.
"Iya, kalau PPKM membaik kenapa harus ngambil situasi terburuk gitu ya, makanya supaya omongan saya ini jelas, nanti saya share data yang diumumkan ketemu dengan data lab. Dan pemerintah janji keterlambatan data ini mestinya tidak terjadi lagi," tukasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ridwan Kamil masih enggan menanggapi rumor mengenai peta politik jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil (RK) mengaku tidak ingin membicarakan terkait dengan elektabilitas atau survei.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil menyentil Dharma Pongrekun karena salah data soal Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaGolkar tengah mempertimbangkan Emil maju di Jawa Barat lagi
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil tegas membantah Dharma terkait Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi yang dianggap miskin usai Covid-19.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil akan melepas jabatan sebagai Gubernur Jawa Barat pada 5 September 2023.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil akan memutuskan maju Pilgub Jabar atau Jakarta pada bulan Juni
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, proses penggantian atau pergantian kepemimpinan di Pemerintah Provinsi Jawa Barat masih terhitung lama.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga merespons isu reshuffle kabinet dan daftar nama menteri kabinet Prabowo-Gibran yang santer berkembang di masyarakat.
Baca SelengkapnyaGubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku bersyukur dirinya disebut memiliki elektabilitas tinggi sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil menilai komentar tersebut menunjukkan tipikal netizen yang enggan mencari tahu informasi di internet.
Baca SelengkapnyaDPRD Jawa Barat segera mengirimkan berkas pemberhentian Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat kepada Kemendagri.
Baca Selengkapnya