Objek Wisata di Bali Diperkirakan Kembali Dibuka Akhir September
Merdeka.com - Pemerintah masih menutup obyek wisata di Bali sejak PPKM Darurat. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa memperkirakan pembukaan kembali objek wisata menunggu kasus Covid-19 di wilayah itu melandai.
Saat ini kasus harian di Bali masih berada di atas 1.000. "Kalau saja bisa di angka ratusan, mungkin 150, ini kan kita bisa buka lagi," kata Astawa, Senin (16/8).
"Harapan kita, bisa menurun dari segi penularannya. Makanya, sekarang kebijakan Bapak Gubernur mulai isolasi terpusat itu. Tapi, kita sependapat antara menyeimbangkan kepentingan kesehatan dengan kepentingan ekonomi," lanjutnya.
-
Apa yang dibahas oleh industri pariwisata Bali saat bertemu Pj Gubernur? Selain membicarakan sejumlah isu di bidang pariwisata, pertemuan yang berlangsung di Ruang Adi Sabha Kantor Gubernur Bali itu juga membahas mekanisme pungutan wisatawan mancanegara (wisman) yang mulai diberlakukan 14 Februari 2024.
-
Apa yang terjadi di Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Kenapa Megawati meminta Bali tidak fokus hanya pada pariwisata? 'Boleh (memikirkan sektor pariwisata), tapi kan terukur dengan kecil pulaunya. Ini nggak, ayo diantem beeemm. Lalu rakyatnya nanti kan kasihan, tidak menikmati,' tutur Megawati.
-
Siapa pemilik hotel di Bali yang terbengkalai? Hotel yang memiliki luas wilayah yang sangat besar ini disebut-sebut sebagai kepunyaan Hutomo Mandala Putra yang juga dikenal sebagai Tommy Soeharto.
-
Bagaimana Pemprov Bali ingin wisatawan membayar pungutan? Alternatif pertama, Pemprov Bali mendorong wisman melakukan pembayaran sebelum tiba di Bali melalui aplikasi Love Bali. Alternatif kedua, Pemprov juga memfasilitasi pembayaran di bandara.“Alternatif ketiga yang akan kita intensifkan adalah pembayaran yang dilakukan ketika tamu tiba di tempat mereka menginap.
-
Kapan target Kutai Timur untuk menyambut wisatawan? Kutai Timur sendiri menargetkan menyambut 1 juta wisatawan di 2024.
Sementara itu, kunjungan wisatawan domestik ke Bali sejak PPKM Darurat terus mengalami penurunan. Hal itu terlihat dari jumlah Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) yang datang melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai selama PPKM.
PPDN yang tiba di Bali di masa PPKM hanya berkisar 800-900 orang per hari, dan itu tidak seluruhnya wisatawan. Dia memperkirakan hanya sekitar 500 di antaranya datang untuk menikmati suasana atau berwisata di Bali. Mereka didominasi warga Jakarta, Surabaya, Sulawesi, dan Lombok.
Astawa menerangkan, sebelum PPKM Darurat, wisatawan domestik yang datang ke Bali mencapai 7.000 hingga 8.000 per hari, bahkan pernah 10 ribu per hari.
Selain itu, pada program Work From Bali (WFB) angkanya mencapai 13 ribu per hari. Namun, setelah PPKM mengalami penurunan drastis hingga 88 persen. "Iya, 88 persen penurunannya dibandingkan sebelum PPKM," ungkapnya.
Ia juga memprediksi, wisatawan akan kembali ramai ke Bali setelah kasus Covid-19 menurun. Itu bisa dicapai dengan vaksinasi yang menargetkan 70 persen masyarakat Bali disuntik vaksin, kemungkinan pada September 2021.
"Saya, punya prediksi kalau menurut WHO apabila 70 persen masyarakat Bali sudah tervaksin akan terjadi herd imunity (atau) kekebalan kelompok. Kalau vaksinasi (tahap) kedua (rampung) sekitar akhir bulan September. Dan mudah-mudahan itu benar, sehingga masyarakat kita sudah 70 persen tervaksin pasti sudah turun Covid-19-nya," katanya.
Ia mengungkapkan, bila vaksinasi tahap kedua usai di akhir September dan kasus Covid-19 menurun, pihaknya akan mengupayakan pembukaan border untuk wisatawan asing.
"Kita ingin ada open border, selain itu kita menyiapkan SOP untuk kedatangan wisatawan dari bandara sampai ke hotel. Kemudian, juga penegakan Covid-19 dilakukan, lalu green zone juga kita buat di Nusa Dua, Sanur, dan Ubud. Harapan kita di akhir September vaksinasi kedua itu akan terjadi penurunan (kasus Covid-19)," harap Astawa.
Menurutnya, bila kasus Covid-19 telah melandai, kunjungan wisatawan mancanegara diperkirakan tidak akan seperti hari-hari normal. Namun, pihaknya akan membuka pariwisata di Bali secara bertahap.
"Kalau normal tidak, karena wisatawan ataupun kejadian Covid-19 di luar masih terjadi dinamika. Jujur, saya katakan memang agak susah memprediksi, tetapi kalau kita bicara menunggu nol Covid-19 rasanya agak berat," jelas Astawa.
"Solusinya, bagaimana ekonomi itu bisa jalan dan kesehatan juga harus diantisipasi. Iya, kita buka secara bertahap. Jangan semua negara kita buka untuk Bali, tapi negara-negara yang risiko Covid-19-nya rendah. Misalnya, negara yang sudah banyak tervaksin sehingga orang-orang yang ke Bali sudah menunjukkan surat keterangan vaksin. Bisa kita buka dulu secara bertahap melalui travel bubble," tutupnya.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
pihak pengelola Balai Taman Nasional Baluran mengambil kebijakan untuk menutup sementara destinasi wisata ini selama sebulan.
Baca SelengkapnyaPendakian Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur ditutup sejak 2020
Baca SelengkapnyaKebijakan yang disiapkan juga menyangkut fasilitas akomodasi pariwisata yang tidak memiliki aspek berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaLuhut mengaku tak akan rugi jika kehilangan 5.000 turis bermasalah di Bali.
Baca SelengkapnyaPembangunan museum diharapkan menjadi acuan bagi Pemprov Bali hingga ke depan bagaimana menangani pandemi Covid-19 seandainya kembali terjadi.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaPemerintah daerah tidak memiliki kewenangan melarang kendaraan luar daerah untuk masuk Bali karena diatur secara nasional.
Baca SelengkapnyaTemuan kasus Covid-19 kembali memantik kekhawatiran. Di Bali, ditemukan 43 kasus sejak awal Desember 2024.
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputri menyinggung pengelolaan pariwisata Bali yang tidak terkontrol.
Baca SelengkapnyaSektor pariwisata Indonesia diharapkan bisa mengejar ketertinggalan dari Thailand dan negara-negara lainnya.
Baca SelengkapnyaPungutan tersebut akan menjadi pemasukan daerah yang dimasukkan ke dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Baca SelengkapnyaSetelah sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19, pariwisata Bali telah bangkit kembali pada tahun 2023.
Baca Selengkapnya