Observatorium pengganti Bosscha bakal dibangun di NTT
Merdeka.com - Pemerintah Indonesia berencana membangun sebuah lokasi pengamatan langit dan antariksa baru di Gunung Timau, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabarnya, tempat itu bakal menjadi Observatorium Nasional di Indonesia pengganti Observatorium Bosscha.
Kepala Bagian Humas Pemda Kabupaten Kupang, Stefanus Baha mengatakan, Gunung Timau di Kecamatan Amfoang Tengah telah dibidik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), sebagai lokasi sangat strategis buat kepentingan observasi antariksa.
Pembangunan observatorium raksasa di Gunung Timau merupakan yang terbesar di Indonesia, sekaligus buat menggantikan Observatorium Bosscha di Lembang, Provinsi Jawa Barat, yang dianggap sudah uzur karena berusia 90-an tahun.
-
Bagaimana observatorium ini dibangun? Bangunan ini, yang terbuat dari batu bata lumpur dan mencakup area seluas 850 meter persegi, memiliki bentuk menyerupai huruf L. Pintu masuknya menghadap ke timur, arah terbitnya Matahari, sesuai dengan fungsi astronomisnya.
-
Apa yang ditawarkan Observatorium Bosscha? Observatorium Bosscha menjadi rujukan penting dalam penelitian astronomi dan sering menyelenggarakan pengamatan langit malam yang terbuka untuk umum.
-
Kapan observatorium ini dibangun? Bangunan ini diperkirakan berasal dari abad ke-6 SM, menjadikannya salah satu observatorium astronomi terbesar yang pernah ditemukan di Mesir.
-
Apa yang membuat wahana antariksa rusak? Tetapi pada Desember 2022, wahana antariksa yang membawa Rubio bersama dengan dua kosmonot Rusia Sergey Prokopvey dan Dmitri Petelin, mengalami kebocoran cairan pendingin ke orbit Bumi rendah saat terhubung dengan ISS.
-
Dimana observasi dilakukan? Observasi dilakukan tidak lain untuk mendapatkan data atau hasil temuan yang ingin dicari.
-
Bagaimana cara anak melihat tata surya di Observatorium Bosscha? Tempat wisata anak di Bandung ini merupakan tempat observasi tata surya yang terkenal dan bersejarah. Anak-anak bisa melihat teropong raksasa yang digunakan untuk melihat dan memantau hilal awal bulan Ramadhan dan Syawal. Pada malam hari, ada wisata khusus yang mengajak anak-anak untuk melihat tata surya dengan lebih dekat menggunakan teleskop.
"Sesuai pengamatan pihak LAPAN ketika datang meninjau lokasi di Timau, bahwa kondisi di Lembang itu sudah tidak memadai, dan kondisi bangunan dan lingkungan sudah terganggu dengan kepadatan pemukiman penduduk," kata Stefanus Baha di Oelamasi, Ibu Kota Kabupaten Kupang, Selasa (28/6).
Kepala LAPAN, Thomas Jamaludin, telah melihat kondisi Gunung Timau dan melakukan sosialisasi rencana pembangunan observatorium kepada masyarakat Kecamatan Amfoang Tengah.
"Pihak LAPAN sudah melakukan sosialisasi dan pembangunannya mulai dilaksanakan tahun 2017 mendatang dengan dana triliunan. Tentu kehadiran objek yang sangat vital ini akan berdampak secara langsung bagi pembangunan di daerah ini," ujar Baha.
Pembangunan observatorium di Timau direncanakan dimulai tahun depan. Proyek ditargetkan rampung pada 2019, dengan rentang usia penggunaan selama seratus tahun. Tujuannya buat mendukung kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan aktivitas penelitian tata surya.
"Para peneliti dari berbagai negara akan datang lokasi ini untuk melakukan penelitian terhadap aktivitas tata surya bagi kepentingan iptek. Sehingga dukungan masyarakat di daerah ini sangat penting, karena dampak kehadiran fasilitas ini maka geliat ekonomi masyarakat akan berkembang dengan pesat," tutup Baha. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rencana pemasangan Chattra di Candi Borobudur tuai pro dan kontra. Pada akhirnya rencana itu resmi dibatalkan
Baca SelengkapnyaPagu indikatif Ombudsman tahun 2025 lebih rendah dibandingkan pagu indikatif tahun 2024.
Baca SelengkapnyaBangunan sekolah hingga deretan rumah-rumah warga kini terpaksa kosong hingga mulai termakan usia.
Baca SelengkapnyaMandra memiliki rumah yang kondisinya terbilang memprihatinkan. Rumah yang nampak luas itu terlihat sudah lama tak dihuni.
Baca SelengkapnyaSelama bulan Juli ini hanya 8 hari pembangunan bandara bisa dilakukan secara masif.
Baca SelengkapnyaPatung Bung Karno di Banyuasin, Sumatera Selatan, menjadi sorotan publik karena tidak mirip sama sekali.
Baca SelengkapnyaKarena sudah lama tak terurus, kampus tersebut jadi terkesan seram.
Baca SelengkapnyaSecara kasat mata, Ardi Arpian menilai ada ketidakmiripan patung dengan aslinya sehingga menjadi sorotan publik.
Baca SelengkapnyaDimakan usia, Ndalem Sasono Mulyo Keraton Surakarta nyaris roboh
Baca SelengkapnyaAnggota DPR Fraksi PDIP Deddy Sitorus menilai target mega proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) tidak masuk akal.
Baca SelengkapnyaKarena kekurangan ruangan kelas sehingga harus digunakan bangunan yang tidak layak tersebut
Baca SelengkapnyaTerdapat sejumlah masalah lain yang mengancam kelestarian kawasan gumuk.
Baca Selengkapnya