Operasi Kopassus bebaskan sandera di belantara Papua
Merdeka.com - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) baru saja merayakan HUT ke-61. Banyak cerita menarik seputar operasi militer yang dilakukan pasukan baret merah ini.
Senin 8 Januari 1996 menjadi mimpi buruk untuk 12 peneliti Tim Lorentz yang sedang mengumpulkan data di Mapenduma, Papua. Ratusan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Daniel Yudas Kogoya menculik mereka dari base camp.
Selama 130 hari, OPM menyandera mereka. Komandan OPM Kelly Kwalik berusaha menukar 12 sandera itu dengan kemerdekaan Papua. Karena melibatkan warga negara asing, peristiwa ini jadi sorotan internasional. Selama dalam penyanderaan, para sandera digiring blusukan ke belantara Papua. Mereka tak mendapat cukup makanan, sehingga beberapa orang sakit.
-
Siapa yang menangkap OPM? 'Saya kasih tahu, dia bukan kriminal, dia cuma OPM. Kapan lagi ini satu anak Timur membantu Polisi menangkap OPM,'
-
Siapa yang memimpin penculikan para jenderal? Doel Arif mendapat tugas menculik para Jenderal Angkatan Darat di malam kelam itu. Doel Arif menjadi Komandan Pasukan Pasopati dalam Gerakan 30 September.
-
Kenapa para jenderal diculik? Para Jenderal Angkatan Darat dituding sebagai Dewan Jenderal, mereka tidak loyal dan berniat mengkudeta Presiden Sukarno.
-
Siapa yang ditangkap? Personel Brimob menangkap pria berinisial I, P, G yang diduga sebagai pemakai dan WA sebagai bandar dan perempuan N sebagai pemakai pada Rabu (19/6) dini hari.
-
Bagaimana penangkapan para pelaku TPPO? Pengungkapan kasus tersebut bermula dari laporan dari masyarakat sekitar mengenai adanya aktivitas mencurigakan oleh ketiga pelaku.
-
Dimana penangkapan dilakukan? Dari hasil patroli tersebut, diamankan lima orang yang diduga penyalahgunaan narkoba yakni pria berinisial I, P, G, WA sebagai bandar dan perempuan N di Jalan Lembah Berkah, Lingkungan 11.
6 Operasi pasukan elite dunia yang tuai pujianSersan Kopassus cantik kaget fotonya beredar luas
Mabes TNI menggelar satgas untuk membebaskan sandera di Mapenduma. Komandan Jenderal Kopassus Brigjen Prabowo Subianto ditunjuk menjadi komandan. Tim Kopassus yang dikerahkan berasal dari Grup 5 Antiteror. Di antara pasukan TNI lain, mereka mudah dikenali karena berpakaian hitam-hitam.
Selain itu ada pasukan Batalyon Lintas Udara Kostrad 330 dan pasukan penjejak yang terdiri dari putra-putra Irian milik Kodam Cendrawasih. Total pasukan yang dikerahkan mencapai 600 orang.
Tapi sesuai permintaan dunia internasional, Prabowo mempersilakan Tim International Committee of the Red Cross (palang merah internasional), melakukan perundingan. Awalnya Kelly Kwalik menunjukkan itikad baik. Mereka berniat membebaskan beberapa sandera yang sakit, termasuk Martha Klein yang sedang hamil.
Namun saat detik-detik pelepasan sandera, tiba-tiba Kelly Kwalik berubah. Dia berpidato dengan keras.
"Saya minta ubi harus dapat ubi, bukan minta ubi dikasih ketela." Artinya jelas, kemerdekaan harga mutlak untuk Kelly. Para sandera dan tim ICRC lemas, mereka sadar perundingan yang berliku ini menempuh jalan buntu.
Maka Brigjen Prabowo langsung menggerakkan pasukan begitu mendengar lampu hijau. Pengintaian lewat udara dilakukan terus menerus. Sebuah pesawat tanpa awak yang bisa mendeteksi panas tubuh ikut digunakan. Bukan perkara mudah melacak jejak sandera di tengah belantara Papua. Tapi TNI terus menekan mereka.
OPM yang terdesak terus bergerak masuk hutan. Dalam keadaan panik, tanggal 15 Mei OPM membunuh dua anggota Tim Lorentz, Navy dan Matheis dibantai dengan kampak. Rupanya mereka berniat membunuh seluruh sandera yang berasal dari Indonesia dan hanya menyandera warga negara asing.
Untungnya sisa tim bisa melarikan diri. Mereka bertemu pasukan Linud 330 Kostrad yang telah mengikuti mereka berhari-hari. Pasukan pimpinan Kapten Agus Rochim tersebut menemukan permen dan pembalut wanita yang tercecer di hutan. Dua benda tersebut menambah keyakinan mereka tak jauh lagi dari sandera.
Tim berkekuatan 25 orang itu bermalam di hutan semalaman. Kapten Agus memanggil bala bantuan. Keesokan pagi, Tim Kopassus datang. Mereka bertugas mengamankan lokasi dan mengevakuasi jenazah Navy dan Matheis.
Setelah 130 hari disandera, para peneliti bisa menghirup napas lega. Mereka bisa pulang ke rumah dengan selamat. Prabowo dan pasukannya panen pujian dari internasional. Bukan perkara mudah membebaskan sandera di tengah hutan Papua yang begitu lebat.
Baca juga:Jl RA Fadillah, mengenang pertempuran heroik kapten Kopassus6 Pasukan elite dunia dengan latihan paling sadis7 Pasukan elite dan mematikan di dunia (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menhan Prabowo Subianto bertemu dengan mantan anak buahnya yang terlibat dalam Operasi Mapenduma di Papua.
Baca Selengkapnyaerbagai macam misi dijalankan Kopassus, dimulai dari operasi-operasi militer di awal kemerdekaan.
Baca SelengkapnyaTNI menerima kunjungan Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Kevin Jeffery Burnet di kawasan Timika Papua Tengah, Selasa (6/2).
Baca SelengkapnyaPatridge menilai, personel TNI-Polri dalam Satgas Damai Cartenz ini layak menerimanya.
Baca SelengkapnyaPilot Susi Air berkewarganegaraan Selandia Baru bernama Philip Mark Merhtens diketahui sudah setahun disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)
Baca SelengkapnyaMenurutnya, kabar pembebasan Kapten Philip tidak cuma sekali dihembuskan KKB Papua.
Baca SelengkapnyaPasukan TNI terus melakukan pengejaran terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Baca SelengkapnyaLaksamana Yudo Margono mengatakan upaya pembebasan tersebut tidak ada batas waktu.
Baca SelengkapnyaDia pun menilai, penyelesaian polemik Pilot Susi Air dengan KKB berjalan tanpa kekerasan karena kerja sama semua pihak.
Baca SelengkapnyaMeskipun bisa melaksanakan operasi tempur, aparat TNI-Polri mengantisipasi jatuhnya korban jiwa dalam pembebasan Kapten Philips Mark Merthens.
Baca SelengkapnyaHampir satu tahun pilot Susi Air disandera KKB Papua.
Baca SelengkapnyaPilot Susi Air Philip Mark Merthens disandera OPM Papua sejak tanggal 7 Februari 2023
Baca Selengkapnya