Orang Sunda jangan lakukan hal ini, pamali!
Merdeka.com - Jika di masyarakat Jawa ada ungkapan 'Ora Elok', di masyarakat Sunda pun juga ada. Di tengah-tengah masyarakat Sunda, dikenal ungkapan atau istilah 'Pamali' yang artinya juga tak jauh beda dengan tidak bagus, tidak baik dan tidak etis yang sifatnya larangan.
Pamali atau tabu yang ada di lingkungan masyarakat orang Sunda jaman dahulu juga masih banyak mengakar kuat dalam kehidupan sekarang. Terlepas dari masalah mitos, tak sedikit orang Sunda yang patuh akan nasihat orang tua dengan menggunakan istilah 'Pamali'.
"Pamali itu tak bagus, larangan dan jangan dilakukan. Ada maksudnya orang tua dulu memberikan nasihat," kata Ufi yang merupakan orang Sunda, kepada merdeka.com.
-
Dimana pantang larang ini berasal? Mitos Pantang Larang Desa Padang Genting yang terletak di Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, Sumatra Utara memiliki tradisi berharga yang berperan penting dalam membentuk cara hidup dan pandangan masyarakat.
-
Siapa yang percaya dengan pantang larang? Pantang larang merupakan mitos yang dipercaya masyarakat Melayu.
-
Kapan tradisi dianggap berbahaya? Perilaku perundungan dalam tradisi sebenarnya hanya menciptakan trauma, merusak hubungan antar anggota, dan membentuk budaya kekerasan yang berbahaya.
-
Apa maksud pantang larang di Desa Padang Genting? Pantang larang merupakan mitos yang dipercaya masyarakat Melayu. Mitos tersebut mengenai ajaran-ajaran terhadap perilaku masyarakat berbentuk larangan terkait apa yang tidak boleh dilakukan. Jika larangan tersebut dilanggar maka dipercaya akan memiliki kesan yang buruk.
-
Kenapa tradisi Ngalor Ngulon dilarang? Tradisi ini diyakini kebenarannya oleh masyarakat. Jika tetap memaksakan diri untuk melangsungkan pernikahan dan melanggar tradisi, maka akan menimbulkan musibah bagi bahtera yang akan dilalui ataupun keluarga pihak mempelai.
-
Bagaimana cara menghindari dampak buruk dari pantang larang? Jika larangan tersebut dilanggar maka dipercaya akan memiliki kesan yang buruk.
Ufi berpandangan, pamali alias pantangan-pantangan memang tak terlepas dari kebiasaan dan adat pada masyarakat Sunda. Apalagi, pantangan-pantangan dan pamali tersebut kebanyakan sudah dipercaya secara turun temurun sejak dulu kala. Tanpa ada hukum dan aturan yang baku mengenai hal tersebut, pamali dan pantangan terus dipegang teguh dan dipercayai oleh penduduk dari suku Sunda.
"Menarik memang, bahkan pamali sekecil apa pun akan membuat orang Sunda merasa segan untuk melanggar. Apalagi yang memberikan petuah orang tua atau dituakan," ucapnya.
Adapun macam pamali dalam ungkapan orang Sunda seperti 'Ulah tatalu ti peuting' (Pamali memukul-mukul sesuatu pada malam hari), 'ulah neukteukan kuku ti peuting' (Pamali memotong kuku pada malam hari), 'Ulah ngaheot ti peuting' (Pamali bersiul pada malam hari) dan ungkapan pamali lainnya.
Bukan tanpa sebab orang tua Sunda melarang 'Ulah tatalu ti peuting' (Pamali memukul-mukul sesuatu pada malam hari). Memukul-mukul sesuatu pada malam hari, seperti pasang paku pakai palu dianggap pamali karena malam identik dengan gelap. Dikawatirkan, bila memukul di malam hari dapat menganggu orang lain yang sedang beristirahat. Selain juga membahayakan diri sendiri.
Selanjutnya, pamali juga ulah neukteukan kuku ti peuting (Jangan memotong kuku pada malam hari). Jika dilakukan di malam hari, dikhawatirkan bisa teriris atau terpotong bagian lain kuku.
"Jadi kenapa tidak dilakukan di siang hari saja," tegasnya.
Orang tua Sunda juga melarang ulah ngaheot ti peuting (Jangan bersiul pada malam hari). Bersiul di malam hari dianggap pamali. Bersiul di malam hari selain menandakan sedang ceria, juga menandakan kesombongan atau keangkuhan.
Selain itu, orang Sunda pamali ulah meuli uyah ti peuting (Membeli garam pada malam hari), ulah meuli cengek ti peuting (Membeli cengek pada malam hari), Silisiaran ti peuting (Mencari kutu rambut malam hari) dan pamali meuli barang seukeut ti peuting (Membeli barang tajam pada malam hari, seperti pisau, silet). Adapun salah satu alasannya, dikhawatirkan dilakukan penyalahgunaan barang tersebut dan lebih baik pada malam hari yang gelap digunakan untuk istirahat.
Bagi orang Sunda, pamali juga ulah niup suling ti peuting (Jangan meniup suling pada malam hari). Pesan moral yang disampaikan, pada malam hari sesuai syiar Islam lebih baik membaca Al Qur’an atau tidur saja.
"Dan masih banyak lagi lainnya yang semuanya punya makna penuh dengan kehati-hatian, kewaspadaan, saling menghormati terhadap orang lain dan pesan moral lainnya," tandasnya.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pamali sudah dipegang sebagai kebiasaan dari nenek moyang, terutama di masyarakat Sunda, dalam menerapkan batasan di kehidupan.
Baca SelengkapnyaPanyaraman jadi salah satu kearifan lokal khas Jawa Barat
Baca SelengkapnyaPantang larang berisi ajaran-ajaran apa yang tidak boleh dilakukan.
Baca SelengkapnyaMenurut tokoh setempat, akan ada hal yang tidak diinginkan terjadi jika aturan tersebut dilanggar.
Baca SelengkapnyaPantangan ini biasanya dilestarikan sebagai sebuah kearifan lokal.
Baca SelengkapnyaOrang Sunda biasa melakukan hal ini sebagai bentuk sopan santun
Baca SelengkapnyaMasyarakat di Desa Margopatut Nganjuk memiliki tradisi Ngalor Ngulon terkait dengan syarat seseorang yang akan menikah.
Baca SelengkapnyaDalam bahasa Jawa, mlumah berarti terlentang dan murep artinya tengkurap.
Baca SelengkapnyaIni penting dipahami bagi siapapun yang ingin ke Baduy Dalam. Jangan sampai melanggar.
Baca SelengkapnyaMengapa sejumlah budaya sama-sama mengganggap tabu untuk membuka payung di dalam ruangan? Ketahui penjelasannya mengapa hal ini terjadi.
Baca Selengkapnya