Orang tua aktivis 1998 berkisah jelang pemutaran Film Wiji Thukul
Merdeka.com - Film Wiji Thukul: Istirahatlah Kata Kata akan segera diputar serentak di sejumlah bioskop di Indonesia, Kamis (19/1) besok. Momentum pemutaran film yang disutradarai Yosep Anggi Noen ini dimanfaatkan Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya dan Ikohi (Ikatan Orang Hilang) Jawa Timur untuk menggelar diskusi.
Acara digeber di Kantor KontraS Surabaya, Jalan Lesti 45, Rabu (18/1). Hadir dalam diskusi itu, Dionysius Oetomo Rahardjo, ayah kandung Bimo Petrus, aktivis yang juga hilang misterius.
Bimo dikabarkan hilang pada bulan Maret 1998 atau sebelum kerusuhan Mei pecah. Selain Bimo, masih ada 13 aktivis lainnya, termasuk Wiji Thukul asal Jawa Tengah yang juga dikabarkan hilang misterius.
-
Siapa yang menghilang selama 15 tahun? ‘Saya pernah hilang sekitar 15 tahun. Terutama ketika saya pulang dari Mesir. Ini benar-benar seperti hilang total ya,’ ungkapnya.
-
Bagaimana cara menemukan Ondo Budho? Saat ini, Ondo Budho ditemukan terpisah-pisah. Banyak bagiannya yang masih tertutup dengan tanah. Seperti menyusun teka-teki, tugas berat menanti para arkeolog yang akan mengungkap misteri keberadaan tangga kuno ini.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Siapa yang ditemukan di makam kuno itu? Arkeolog Sinthya Cueva menuturkan, sisa-sisa sebelas individu, diperkirakan berusia sekitar 800 tahun, ditemukan terkubur dengan kalung, anting, dan gelang.
-
Dimana Samosir dan ibunya menghilang? Di tengah danau terdapat pulau besar yang dinamakan Pulau Samosir, yang dipercaya merupakan tempat Samosir dan ibunya menghilang.
-
Siapa yang ditangkap sebagai buronan? Jajaran Direktorat Reserse Umum Kepolisian Daerah Jambi menangkap satu orang buron atau daftar pencarian orang (DPO) pelaku perusakan kantor gubernur beberapa waktu lalu.
Semasa aktif di pergerakan, Bimo tercatat sebagai mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya angkatan 1990. Sebagai mahasiswa jurusan komunikasi, Bimo ikut aktif di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) dan PRD (Partai Rakyat Demokrat).
Sebelum hilang, Bimo diketahui pindah ke Jakarta dan melanjutkan kuliahnya di STF Driyakara. "Entah siapa yang lebih dulu ketemu, Bimo dulu atau saya dulu yang mati, yang penting saya akan terus berusaha," kata Oetomo membuka diskusinya.
Pria 71 tahun ini mengaku, akan terus melakukan pencarian putranya itu. "Kalau masih hidup, di mana anak saya? Tapi kalau sudah mati di mana makamnya? Saya akan terus mencari, dan akan terus berusaha," ucap warga Kota Malang ini.
Bahkan, saking ingin tahunya keberadaan sang anak, pensiunan pegawai rumah sakit jiwa di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang ini mengaku tak pernah absen mengikuti forum terkait orang hilang yang digelar LSM, baik di Surabaya maupun di Jakarta.
Menurut Oetomo, hukum harus ditegakkan. Siapa pun yang terlibat kasus penghilangan aktivis di masa rezim Soekarto itu harus ditindak.
Sayang, kata Oetomo, hukum masih tumpul ke bawah. Sejumlah nama yang diduga terlibat penculikan para aktivis belum tersentuh hukum. "Seperti Hendro Priyono dan Sutiyoso. Sampai saat ini, mereka masih bercokol," sesalnya.
Di acara yang sama, Koordinator Badan Pekerja KontraS Surabaya, Fatkhul Khoir mengatakan, belum ditemukannya para aktivis 98 yang hilang hingga saat ini, membuktikan kegagalan pemerintah di era reformasi, tak terkecuali Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Fatkhul menilai, Jokowi yang selalu menggembar-gemborkan Program Nawacita, juga gagal menyelesaikan masalah pelanggaran HAM di masa lalu.
"Hingga saat ini, pemerintah gagal menyelesaikan masalah pelanggaran HAM. Buktinya, mereka gagal mengembalikan Wiji Thukul kepada keluarganya," tegas Fatkhul.
Sekadar tahu, Film Istirahatlah Kata Kata yang akan diputar serentak pada 19 Januari besok, mengisahkan perjalanan Wiji Thukul yang dituduh berada di balik kerusuhan 27 Juli 1996 atau dikenal dengan Kasus Kuda Tuli, yang pecah di Jakarta.
Sejak saat itu, budayawan dan aktivis ini melarikan diri ke Pontianak selama delapan bulan. Dalam pelariannya, dengan menggunakan nama lain, Wiji Thukul tetap menulis puisi dan cerita pendek.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyair dan aktivis HAM itu hilang secara misterius sejak 1998. Orang-orang masih terus melawan lupa soal Wiji Thukul.
Baca SelengkapnyaAdik Wiji Thukul mengaku kecewa dengan masa kepemimpinan Jokowi.
Baca SelengkapnyaDengan suara bergetar dan menangis, Rudi mengatakan terus mencari para tersangka yang telah mengambil nyawa sang anak
Baca SelengkapnyaIa melanjutkan perjuangan ayahnya sebagai negarawan yang sangat mencintai Indonesia.
Baca SelengkapnyaWahyu mengaku kedua orang tuanya meninggal dunia akibat tsunami dan gempa yang menerjang Kota Palu pada tahun 2018..
Baca SelengkapnyaIa ditemukan setelah ada laporan soal orang hilang dari Dinas Sosial.
Baca SelengkapnyaRupanya alih-alih hanya video call karena gagal mudik, Nambunan memilih membawa orang tuanya ke perantauan.
Baca SelengkapnyaListyo menyebut, penyidik masih mencari informasi dengan menelusuri titik-titik yang diduga jadi tempat persembunyian Dito Mahendra.
Baca SelengkapnyaBudayawan Butet Kertaredjasa menyinggung penculikan penyair dan aktivis Wiji Thukul.
Baca SelengkapnyaSaskia bertanya kepada warga setempat di mana jejak keluarga leluhurnya yang bernama Wiryodilopo
Baca SelengkapnyaUnggahan Brigjen Adi Vivid bagikan foto lawas bersama sang ayah.
Baca SelengkapnyaAyah Irjen Krishna Murti Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto dimakamkan secara militer.
Baca Selengkapnya