Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

'Orang yang Frustrasi dan Merasa Berdosa Lebih Mudah Direkrut Jadi Teroris'

'Orang yang Frustrasi dan Merasa Berdosa Lebih Mudah Direkrut Jadi Teroris' Nasir Abbas. ©Istimewa

Merdeka.com - Mantan Ketua Jamaah Islamiah (JI) Wilayah Timur, Nasir Abas mengungkapkan, orang yang frustrasi dengan masalah hidupnya di dunia akan lebih mudah dipengaruhi paham radikal. Jaringan teroris akan dengan mudah merekrut orang-orang yang terlihat frustrasi dan depresi, serta anak dari keluarga broken home. Orang-orang itulah yang nantinya ditargetkan menjadi eksekutor atau pelaku bom bunuh diri.

"Ketika dia sudah frustrasi dunia atau yang broken home, itu lebih cepat merekrutnya," kata Nasir dalam diskusi virtual Terorisme yang diselenggarakan oleh Universitas Budi Luhur, Selasa (6/4).

Pengamat terorisme yang pernah menjadi bagian dari jaringan terorisme itu secara terang-terangan membeberkan seperti apa ajakan para perekrut itu.

"Biasanya perekrut itu akan bilang, ya sudahlah (kalau kamu capek) kalau kamu masuk surga, kamu bisa ajak bapak-ibumu bersatu di Surga," kata Nasir mengikuti ucapan para perekrut jaringan terorisme.

Bukan hanya orang-orang yang merasa frustrasi saja, orang yang merasa bahwa dirinya memiliki banyak dosa pun akan mudah untuk direkrut menjadi pelaku bom bunuh diri. Sehingga, kata dia, moment di mana orang-orang yang banyak melakukan kesalahan dalam hidupnya dan ingin bertaubat merupakan moment yang paling tepat untuk menyebarkan paham radikalisme.

"Lalu orang-orang yang merasa banyak dosa. Salah satu pelaku bom bunuh diri Bali itu preman dari Serang. Dia merasa banyak dosa. 'Dosamu bisa diampuni kalau kamu mati syahid'. Ya bahasa (perekrut) begitu lah," ujarnya.

Selama ini, yang biasanya menjadi eksekutor atau pelaku bom bunuh diri, kata Nasir, kebanyakan orang-orang dengan kriteria yang ia sebutkan di atas. Sementara itu, untuk para anggota jemaah jaringan terorisme yang sangat kaya, mereka tidak akan dijadikan eksekutor, namun akan terus diberikan pemahaman agar tetap menjadi donatur tetap.

Uang dari para donatur tetap itu diperuntukkan membeli segala kebutuhan mulai dari bahan pembuat bom, dan sebagainya.

Sehingga, kata Nasir, faktor ekonomi dan pendidikan bukanlah satu-satunya faktor seseorang bisa terpapar paham radikal dan mengikuti jaringan terorisme.

"Faktor ekonomi itu hanya faktor tambahan. Kalau dia kaya dan dia setuju dengan pemahaman ini, dia akan diarahkan terus supaya infak yang banyak. Kalau dia broken home, dia bagus jadi eksekutor atau jadi pengantin lah istilahnya," ujarnya.

Dia kembali menegaskan bahwa saat ini, penyebaran paham radikal bukan hanya disebarkan kepada orang-orang dengan kategori ekonomi kelas menengah atau kelas bawah saja. Apalagi saat ini, kata dia, penyebaran paham radikal itu sangat marak dilakukan di ranah digital.

"Mereka ibarat tebar jaring, jaring yang ditebar yaitu paham. dari paham yang disebarkan. Misalnya ternyata orang yang tertarik itu seorang insinyur, nah kita arahkan dulu (supaya jadi donatur)," pungkasnya.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pelajar Terduga Teroris di Batu Terpapar Radikalisme di Medsos, Sudah Beli Bahan Peledak untuk Bom Bunuh Diri
Pelajar Terduga Teroris di Batu Terpapar Radikalisme di Medsos, Sudah Beli Bahan Peledak untuk Bom Bunuh Diri

Tim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.

Baca Selengkapnya
Kepala BNPT Ungkap Pola Serangan Terorisme Kini Berubah, Generasi Muda jadi Sasaran
Kepala BNPT Ungkap Pola Serangan Terorisme Kini Berubah, Generasi Muda jadi Sasaran

Kepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kasus Terduga Teroris Karyawan BUMN, Waspadai Jaringan Sosial untuk Cegah Radikalisme
Kasus Terduga Teroris Karyawan BUMN, Waspadai Jaringan Sosial untuk Cegah Radikalisme

Noor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.

Baca Selengkapnya
5 Faktor Pelaku Melakukan Bullying, Salah Satunya Balas Dendam
5 Faktor Pelaku Melakukan Bullying, Salah Satunya Balas Dendam

Seseorang yang menjadi pelaku pembulian biasanya memiliki alasan baik dari dalam dirinya, keluarga atau bahkan lingkungan pertemanan.

Baca Selengkapnya
Temuan BNPT: Budaya Patriaki Beri Andil Penyebaran Paham Radikal pada Perempuan
Temuan BNPT: Budaya Patriaki Beri Andil Penyebaran Paham Radikal pada Perempuan

Budaya patriaki memiliki andil cukup besar dalam penyebaran paham radikal pada kaum perempuan.

Baca Selengkapnya
Tanda-Tanda Psikopat pada Anak, Perlu Diwaspadai Orang Tua
Tanda-Tanda Psikopat pada Anak, Perlu Diwaspadai Orang Tua

Psikopat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak memiliki emosi, perasaan, dan hati nurani.

Baca Selengkapnya
Efek Psikologis Anak Korban Perang, Kecemasan hingga Trauma Kehilangan
Efek Psikologis Anak Korban Perang, Kecemasan hingga Trauma Kehilangan

Anak-anak korban perang menerima dampak psikologis yang memprihatinkan

Baca Selengkapnya
Kapolri Jenderal Sigit Bicara Bahaya Narkoterorisme: Begitu Ada Teman Ubah Kebiasaan, Tolong Ikuti
Kapolri Jenderal Sigit Bicara Bahaya Narkoterorisme: Begitu Ada Teman Ubah Kebiasaan, Tolong Ikuti

Jenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.

Baca Selengkapnya