Orangtua Tak Mampu Kelola Masalah Pribadi, Anak Jadi Korban Penganiayaan
Merdeka.com - Perlakuan seorang ayah berinisial WH (37) yang tega melakukan penganiayaan kepada anak kandungnya di Tanggerang Selatan (Tangsel) menyita perhatian banyak orang. Bahkan, WH tak ragu merekam aksinya yang telah viral di media sosial ketika menganiaya anak perempuannya yang baru berusia lima tahun.
Melihat kejadian tersebut, komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Putu Elvina menilai, seorang anak memang rentan mengalami tindak kekerasan yang kerap kali dilakukan oleh orang-orang terdekat, seperti halnya kasus yang dilakukan oleh WH.
Sehingga, dia melihat bila kasus penganiayaan tersebut terjadi lantaran faktor eksternal dimana orangtua anak yang secara emosional belumlah matang dan tidak bisa mengatasi masalah pribadi yang dihadapinya.
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Siapa yang terdampak membentak anak? 'Anak yang sering dibentak bisa tumbuh dengan harga diri yang rendah serta kekurangan rasa percaya diri,' jelas Dr. Mehta.
-
Siapa yang melakukan penganiayaan? Seorang bocah berusia 8 tahun di Semarang diduga dibakar teman sepermainannya.
-
Bagaimana pria itu membunuh anak tirinya? 'Mereka cekcok sehingga tersangka SE ini menusuk SR dan anaknya menggunakan pisau sehingga anak tidak tertolong lagi,' kata Kapolres Merangin AKBP Ruri Roberto.
-
Siapa yang diduga melakukan penganiayaan? Leon Dozan diduga melakukan penganiayaan terhadap Rinoa Aurora Senduk setelah foto dan video dalam tangkapan layar obrolan di Whatsapp terbongkar.
-
Siapa yang memperkosa anak kandungnya? Ali Arwin, ayah kandung yang tega memperkosa putrinya hingga hamil dan melahirkan akhirnya dimunculkan ke publik.
"Artinya masalah-masalah dalam konteks kasus Tangsel ya, bahwa keluarga atau orang tua itu memiliki masalah, namun mereka tidak memiliki kemampuan dalam mengelola masalah yang mereka hadapi. Jadi Secara emosional mereka tidak matang," kata Putu saat dihubungi merdeka.com, Jumat (21/5).
Alhasil, ketika orangtua dihadapi suatu masalah solusi yang dianggap mudah untuk meluapkan kesulitannya langsung mengarah kepada sang anak. Terlebih pada kasus di Tangsel sang ayah yang tega melakukan penganiayaan, didasari rasa cemburu pelaku terhadap istri yang menceraikannya dan berada di luar negeri.
"Secara umum harusnya penyelesaiannya dilakukan oleh kedua orangtua secara dewasa, tapi berbagai faktor dan kendala apalagi misalnya dalam kondisi tertentu tekanan-tekanan secara emosional keluar untuk melakukan kekerasan," ujarnya.
Padahal, Putu menegaskan, aturan hukum di Indonesia sendiri sebenarnya telah mengatur perlindungan kepada anak, termasuk melindungi anak dari sasaran kekerasan yang dilakukan oleh keluarga atau orangtua kandung dengan hukuman yang lebih berat.
"Apalagi anak di sini hanya sebagai sasaran ayah kepada ibunya, atau sebaliknya. H itu sudah pidana. Adapun kemudian dalam Undang-Undang juga dikatakan, apabila pelaku kekerasan orangtua atau keluarga maka ancaman pidananya diperberat sepertiga dari ancaman pada umumnya," tegasnya.
Dengan skema aturan tersebut, Putu menilai, seharusnya sudah bisa memberikan peringatan kepada orangtua agar tidak melakukan kekerasan dengan beragam alasan apapun yang menjadikan anak sebagai tempat pelampiasannya.
Akan tetapi, walau aturan sudah diperberat, masih saja terkadang ada pemikiran orangtua yang kerap salah mengartikan seorang anak adalah hak sepenuhnya milik orangtua. Dengan menganggap anak adalah haknya, sehingga bebas melakukan hal apapun seenaknya.
"Nah inilah, yang kemudian terjadi justru anak dianggap sebagai hak milik ayah atau ibu jadi bebas melakukan apapun yang penting kekesalan terlampiaskan yang kemudian inilah yang kita sesalkan. Makanya kemudian pemberatan kekerasan terhadap anak, pelakunya adalah orangtua anak itu justru diperberat. Sehingga harapan kami ini diproses secara serius," imbuhnya.
Peran Pemerintah Daerah
Lebih lanjut, Putu menyampaikan, saat ini tugas Pemerintah Daerah, khusunya Pemkot Tangsel yaitu memastikan kondisi anak baik fisik maupun psikis baik dengan memberi layanan trauma healing maupun psiko sosial.
"Jangan sampai kemudian tidak ada layanan untuk trauma healing, anak malah menjadi korban kekerasan by system, jadi jangan sampai itu terjadi," imbaunya.
Kemudian yang tidak kalah penting, Putu meminta kepada Pemda agar mengambil tindakan untuk pengasuhan lanjutan kepada anak. Karena sang ayah yang sudah dianggap tidak layak untuk mengurus.
"Nah posisi ibu yang katanya masih di luar negeri tentu harus diupayakan Oleh Pemda untuk segera mengkomunikasikan seperti apa pengasuhan lanjutan," katanya.
Kalau kemudian, kata Putu, sang ibu pun tidak memungkinkan untuk mengurus anak, maka keluarga terdekat lah yang harus diupayakan Pemda untuk mengurus anaknya nanti. Dengan memastikan keluarga terdekat tersebut layak menjadi orang yang mengasuh sang anak.
"Jangan sampai kemudian anak menjadi korban lagi di keluarga yang lain, itu harus dipastikan dalam assement keluarga yang mengasuh. Dan itu tugas Pemda untuk melakukannya, sehingga kita bisa pastikan pengasuhan itu yang aman bagi anak."
"Karena tidak mungkin anak berada di rumah singgah terus jadi harus dipastikan. Karena bagaimanapun tanggung jawab seorang anak ada di keluarga, maupun orang tua yang layak mengasuh," tambahya.
Selebihnya, Putu mengimbau kepada masyarakat agar bijak dalam menanggapi kejadian ini, dengan tidak menyebarkan video penganiayaan yang sempat viral tersebut. Guna memperbaiki kondisi trauma sang anak.
"Video-video yang tidak layak yang mengandung unsur kekerasan kita berharap agar masyarakat bijak untuk tidak menyebarluaskan video tersebut," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepolisian masih memeriksa intensif WH (35), pelaku kekerasan pada anak kandungnya yang baru berusia 5 tahun. Dari keterangan awal, pelaku tega melakukan hal tersebut, didasari rasa cemburu pelaku terhadap istri yang menceraikannya.
Kapolres Tangsel, AKBP Iman Imanudin menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan awal, WH mempunyai rasa cemburu terhadap ibu dari anak tersebut. Sehingga tersangka tega melampiaskan perbuatan penyiksaan itu ke sang anak.
Sementara, korban dan pelaku sebelumnya, hanya tinggal berdua di kamar kontrakan tersebut. Sedangkan ibu atau istri pelaku sedang bekerja di Malaysia.
"Untuk selama ini si anak berdasarkan wawancara korban, memang di rumah hanya berdua sama ayah kandung," kata Iman di Mapolres Tangsel, Jumat (21/5).
Dari pengakuan awal pelaku WH, anaknya itu telah ditinggal sang ibu selama dua tahun untuk bekerja di Malaysia. Saat ini, Kepolisian juga masih mendalami keterangan tersangka, yang tega menyiksa dan melakukan tindak kekerasan terhadap anak kandungnya tersebut.
"Sementara, tersangka dan ibu korban sudah bercerai, nanti didalami lagi kasat Reskrim," ujarnya.
Iman mengaku, pihaknya dibantu P2TP2A dan Dinas Sosial Kota Tangsel guna melakukan mitigasi trauma healing terhadap korban.
"Selanjutnya kami konsen mitigasi terhadap korban. Anaknya sampai saat ini dalam perawatan kami, kami pastikan korban mendapat keamanan, kenyamanan dan mitigasi baik dan benar dari pemerintah," jelasnya.
Karena pelaku dan korban hanya tinggal berdua, saat ini polisi tengah berusaha menghubungi nenek dari korban.
"Sedang kita hubungi. Neneknya di Bekasi. Kalau pelaku ini tidak bekerja," tutup Iman.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang pria berinisial W tega menganiaya anak kandungnya yang berusia 6 tahun dan merekam aksinya yang kemudian viral.
Baca SelengkapnyaAyah di Muara Baru Banting Anaknya di Tengah Keramaian hingga Meninggal
Baca SelengkapnyaPelaku kini telah mendekam di balik jeruji guna mempertanggung jawabkan perbuatan kejinya
Baca SelengkapnyaPelaku tak terima dilarang ayahnya mengikuti touring.
Baca SelengkapnyaKorban dianiaya dengan cara dicekik pelaku hingga meninggal dunia dan jasadnya langsung dibuang ke sawah yang ada di sekitar rumah tinggal pelaku dan korban.
Baca SelengkapnyaAtas perbuatannya itu, RY saat ini telah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana tersebut.
Baca SelengkapnyaKekerasan yang dilakukan oleh DI terhadap anak kandungnya MA terekam dalam rekaman CCTV di lokasi kejadian.
Baca SelengkapnyaMengetahui peristiwa itu, ibu korban melaporkan kepada keluarganya dan pihak kepolisian.
Baca SelengkapnyaKasus ini terbongkar setelah polisi mendapatkan laporan dari ibu korban.
Baca SelengkapnyaPelaku sengaja membuat video penyiksaan yang dilakukan terhadap ke tiga anaknya.
Baca SelengkapnyaPerbuatan pelaku terbongkar setelah video pengakuan putrinya viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaPenganiayaan terhadap RML (5) dilakukan berbulan-bulan. Akibatnya, korban luka-luka di sekujur tubuh.
Baca Selengkapnya