Orangtua Wajib Dampingi Anak Saat Belajar di Rumah dan Mengakses Internet
Merdeka.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati meminta guru, orangtua, dan anak-anak beradaptasi dengan kebijakan Belajar dari Rumah. Kebijakan ini diambil di saat kondisi pandemi Virus Corona atau Covid-19.
"Untuk itu, diperlukan perhatian ekstra dalam memastikan hak-hak anak, termasuk hak perlindungan, agar tetap terpenuhi," katanya, Minggu (3/5).
Bintang berpesan kepada para guru agar lebih fleksibel dalam melaksanakan kebijakan belajar dari rumah. Para guru harus memahami kemampuan di daerah anak didik masing-masing. Selain itu, dia mengajak para guru berinovasi dalam metode belajar.
-
Kenapa orang tua perlu lindungi anak dari kekerasan seksual online? Dampak dari pelecehan seksual virtual sangat serius. Korban dapat mengalami trauma psikologis yang berkepanjangan, seperti depresi, kecemasan, dan perasaan rendah diri. Mereka juga berisiko menjadi sasaran perundungan atau diskriminasi.
-
Bagaimana orang tua bisa lindungi anak dari kekerasan seksual online? Orang tua perlu memantau aktivitas online anak-anak, memberikan pendidikan mengenai keamanan di internet, serta menciptakan suasana yang aman dan terbuka untuk berdiskusi.
-
Apa saja yang perlu diperhatikan dalam keamanan online anak? Fokus pada Satu Tugas Saja Batasi Penggunaan Layar Sebelum Tidur Jauhkan Gawai dari Area Belajar Selama waktu belajar atau saat anak-anak harus berkonsentrasi, pastikan semua perangkat digital berada di luar jangkauan.
-
Siapa yang wajib melindungi anak di dunia digital? Penyedia platform di dunia digital dituntut proaktif untuk mencegah anak-anak bisa mengakses konten yang tidak sesuai umur mereka.
-
Bagaimana cara melindungi anak dari kekerasan? 'Ajari anak untuk berteriak dan lalu menghindari pelaku atau cari orang dewasa lain untuk minta perlindungan,' jelas Vera saat dihubungi di Jakarta, dilansir Antara, Rabu (31/7). Selain itu, ajarkan anak untuk selalu bercerita jika ada yg menyakiti dirinya.
-
Apa saja bahaya media sosial untuk anak? Belum lagi prevalensi cyberbullying, diskriminasi, ujaran kebencian, dan postingan yang mempromosikan tindakan menyakiti diri sendiri yang dapat berinteraksi secara teratur dengan remaja, menurut APA.
"Misalnya dengan memasukkan permainan sederhana bagi anak dalam materi pembelajaran agar anak tidak merasa jenuh," kata Bintang.
Selain itu, dia juga melihat pentingnya perlindungan anak saat mengakses internet di tengah kondisi belajar dari rumah. Mengingat, banyaknya bentuk kekerasan terhadap anak yang terjadi dan berkembang di ranah internet.
Menurut data KPAI pada 2017 hingga 2019, jumlah kasus pornografi dan kejahatan online terhadap anak baik yang menjadi korban ataupun pelaku mencapai 1.940 anak.
"Hal ini perlu menjadi perhatian kita semua, kuncinya adalah pendampingan dari guru dan orangtua saat anak mengakses internet," tegasnya.
Anak juga harus dibekali dengan literasi digital sejak dini. Sehingga mengetahui dan memahami hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di internet. Menurutnya ini penting karena tugas yang diberikan guru selama belajar dari rumah, banyak berkaitan dengan penggunaan internet.
Bertepatan dengan hari pendidikan nasional, Menteri Bintang menyoroti data KPAI. Data itu menunjukkan tindak kekerasan banyak dilakukan berbagai pihak di sekolah. Sebanyak 44 persen kekerasan terhadap anak di sekolah dilakukan guru atau kepala sekolah, 30 persen kekerasan terjadi antar siswa, 13 persen dilakukan siswa kepada guru, dan 13 persen dilakukan orang tua siswa kepada guru. Hal ini menunjukkan, evaluasi sistem perlindungan anak di lingkungan sekolah masih dibutuhkan.
"Sekolah yang kita anggap sebagai tempat aman, ternyata berpotensi menempatkan anak pada situasi salah. Tugas besar kita bukanlah saling menyalahkan dan menghukum pihak yang melakukan kekerasan, melainkan menciptakan sistem pendidikan yang aman, nyaman, dan harmonis bagi guru, orangtua, dan siswa," jelasnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kunci utama dalam melindungi anak di era digital adalah membangun lingkungan yang aman dan protektif, terutama dari orang tua dan keluarga.
Baca SelengkapnyaPada era digital ini, anak perlu dilindungi dari permasalahan digital yang muncul akibat gawai.
Baca SelengkapnyaPembatasan penggunaan gawai pada anak bisa dimulai dari orangtua yang juga membatasi penggunaannya.
Baca SelengkapnyaLiterasi digital diharapkan mampu berperan penting untuk memberikan sosialisasit terkait pencegahan dan penekanan lonjakan angka judi online.
Baca SelengkapnyaMencegah anak terlibat dalam pergaulan bebas juga bisa dilakukan orangtua walau dari jauh.
Baca SelengkapnyaMencegah dan melindungi anak dari perundungan bisa dilakukan oleh orangtua dengan sejumlah cara berikut:
Baca SelengkapnyaBagi orangtua pekerja, perhatian yang diberikan pada anak merupakan hal penting untuk dilakukan.
Baca SelengkapnyaMenjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaDalam mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak, orangtua memiliki peran yang penting.
Baca SelengkapnyaUntuk mencegah kecanduan gadget pada anak secara efektif, orangtua perlu menetapkan beberapa langkah ampuh. Simak di artikel ini!
Baca SelengkapnyaPenggunaan gawai atau gadget yang terlalu berlebih bisa menimbulkan sejumlah dampak bagi perkembangan anak.
Baca SelengkapnyaOrangtua perlu mengatur strategi dengan tepat demi perkembangan anak di era digital ini.
Baca Selengkapnya