Pakai sistem e-katalog, Dinkes yakin Semarang bebas vaksin palsu
Merdeka.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang yakin meski ada dua tersangka distributor kasus pembuatan vaksin palsu ditangkap di Semarang namun tidak ada peredaran kota itu. Baik yang beredar di rumah sakit, 37 Puskesmas maupun di dokter praktik maupun bidan di seluruh Kota Semarang, Jawa Tengah.
Kepala Dinkes Kota Semarang Widoyono mengatakan selama ini proses pembelian, pendistribusian dan permintaan baik ke rumah sakit maupun puskesmas menggunakan sistem e-katalog.
"Sistem e-katalog ini merupakan sistem jaringan tertutup. Sehingga tidak mungkin akan bisa disusupi oleh para distributor di luar penunjukan Kementerian Kesehatan," terang Widoyono.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Uang palsu apa yang diedarkan? Disampaikan Kepala Polsek Leles, AKP Agus Kustanto, keduanya mengedarkan uang imitasi dengan pecahan Rp10 sampai Rp100 ribu.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
-
Dimana uang palsu diedarkan? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Apa yang dipalsukan oleh sindikat? 'Penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya telah menetapkan empat tersangka yakni YY (44), HG (46), PAW (38), dan IM (31). Untuk tersangka IM (31) saat ini masih dalam pencarian kita dan sudah masuk dalam daftar pencarian orang,' kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Samian dalam keterangannya, Rabu (20/12).Samian mengatakan, kasus ini terungkap dari informasi dari Divisi Propam Mabes Polri yang menindak terkait hal tersebut, kemudian dikembangkan ke pihak lainnya. Menurut pengakuannya, para tersangka telah 18 kali membuat dan menjanjikan membuat STNK khusus atau pelat nomor rahasia yang ternyata palsu.'
Selain itu, Widoyono meyakinkan jika vaksin palsu yang diproduksi oleh belasan tersangka adalah merek yang diimpor.
"Vaksin yang dipalsu adalah kebanyakan produksi impor. Kalau vaksin di Kota Semarang ini adalah dari Kementerian Kesehatan yang menggunakan sistem e-katalog dan vaksin ini gratis. Sehingga vaksin produksi Bio Farma kemungkinan kecil untuk palsu. Biasanya impor dipalsu," terangnya.
Selain rumah sakit dan puskesmas, Dinas Kesehatan Kota Semarang juga telah meminta kepada sebanyak 70-an dokter anak yang praktik supaya mengantisipasi adanya peredaran dan penggunaan vaksin palsu.
"Kota Semarang tenaga medis dokter anak ada sebanyak 70-an dokter. Mereka sudah IDAI Semarang sudah kami minta mulai hari ini untuk waspada dan mengantisipasi peredaran dan penggunaan vaksin palsu itu," tuturnya.
Dinas Kesehatan Kota Semarang juga sering melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke beberapa dokter tersebut. Widoyono bercerita jika zaman dulu saat melakukan sidak pernah menemukan dokter mencampurkan antara vaksin dan sayuran. Dokter yang melakukan aksi tersebut langsung dibina.
"Kita ada sidak. Ada pembinaan baik pembinaan rutin maupun pembinaan berkala. Zaman dulu kulkas campur sayuran. Kulkas diisi vaksin saja. Sayurannya untuk kita," ujarnya.
Meski vaksin palsu sudah beredar di beberapa kota di luar Kota Semarang, Widoyono yakin jika vaksin palsu tidak membahayakan. Apalagi, vaksin palsu seperti yang diberitakan media merupakan oplosan antibiotik dan cairan infus.
"Vaksin palsu tidak berbahaya kalau berbahaya mana mungkin bisa bertahan selama 13 tahun. Vaksin palsu yang dilaporkan media adalah hasil oplosan dari antibiotik dan cairan infus. Cairan infus terdiri dari Infus vitamin, natrium floride, glukosa gula. Tidak pengaruh. Cuma caranya membuat saja yang tidak steril. Ini (vaksin asli) semua di pabrik steril. Sampai sejauh ini tidak berbahaya. Jika kena penyakit kan bisa dicegah," ungkapnya.
Widoyono mengimbau jika ada orangtua anak yang merasa ragu atau merasa saat imunisasi menggunakan vaksin palsu maka langsung mendatangi dan memeriksakan anaknya ke Puskesmas.
"Tadi seperti disampaikan Pak Wali kalau merasa ragu datang saja ke Puskesmas kita periksa gratis," pungkasnya. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Senjata api ilegal itu dijualbelikan di marketplace setelah mendengarkan pengakuan para tersangka.
Baca SelengkapnyaRata-rata produk obat yang dilakukan penarikan diketahui Tidak Memenuhi Syarat (TMS) keamanan maupun izin edar.
Baca SelengkapnyaApakah benar ada miras kemasan sachet yang menghebohkan publik?
Baca SelengkapnyaLangkah pemerintah memberantas barang impor ilegal makin serius dengan melakukan riset khusus.
Baca SelengkapnyaPenyelundupan ini digagalkan Bea Cukai dan Bareskrim Polri
Baca SelengkapnyaKepala BPOM RI Taruna Ikrar menegaskan komitmennya untuk menindak tegas jaringan mafia skincare.
Baca SelengkapnyaYLKI pernah menemukan banyak produk impor yang tidak memenuhi standar masuk ke Indonesia pada ritel besar.
Baca SelengkapnyaPolda Riau membongkar produsen pil ekstasi palsu berbahan obat flu Procold di Pekanbaru.
Baca SelengkapnyaPenyidikan kasus dilakukan sejak Januari 2024 hingga Juli 2024. Dengan menetapkan delapan tersangka
Baca SelengkapnyaMendag menyebut saat ini marak warga negara asing yang berdagang di mal, pusat perbelanjaan atau pusat grosir besar.
Baca SelengkapnyaKeberadaan gudang ini diketahui setelah sebelumnya dilakukan penggerebeken terkait produksi pil koplo di Bekasi.
Baca Selengkapnya