Pakaian bekas lebih untung dijual secara online
Merdeka.com - Bayu (32) memiliki dua toko pakaian bekas di Malang, Jawa Timur yang dikelola bersama ayahnya, Muhammad Ali. Dua tokonya diberi nama The Bundel Secondhand yang berjarak agak jauh di Jalan Arief Margono No 5 Malang.
"Saya mau tutup kalau utang-utang saya, ada yang melunasi. Utang saya Rp 500 juta untuk membuka di dua lokasi. Tanggungan saya masih banyak mas," kata Bayu kepada merdeka.com, Senin (9/2).
Ada puluhan orang yang nasibnya bergantung kepadanya. Ada 12 orang bekerja membantunya melayani para pembeli di dua tokonya itu, belum lagi beberapa tukang pakir yang sehari-hari juga hidup dari para pengunjung lapaknya.
-
Dimana jual beli baju bekas impor? Jual-beli pakaian bekas impor marak terjadi di berbagai kota di Indonesia, seperti Bandung, Surabaya, Malang dan banyak lagi lainnya. Bisnis pakaian bekas impor menggiurkan Selain banyak permintaan dari pembeli, keuntungan yang didapatkan oleh penjual juga relatif besar.
-
Dimana baju bekas impor dijual? Setidaknya salah satu pusat bisnis baju bekas impor atau thrifting di Ibu Kota, yakni Pasar Senen, dipadati pengunjung beberapa hari terakhir.
-
Bagaimana cara impor baju bekas? Dalam pemusnahan tersebut Bea Cukai dan Bareskrim Polri menyita 7.363 ballpress pakaian bekasi impor ilegal senilai lebih dari Rp80 miliar di wilayah Jabodetabek.
-
Apa dampak baju bekas impor? Meski memiliki dampak negatif, baik dari segi kesehatan dan perekonomian, aktivitas thrifting masih digemari sebagian masyarakat.
-
Gimana caranya baju bekas impor masuk ke Indonesia? Baju bekas impor paling banyak diselundupkan dari Malaysia ke wilayah pesisir timur Pulau Sumatera di Selat Malaka. Rute penyelundupan pakaian bekas impor kebanyakan berasal dari Port Klang Malaysia, tetapi asalnya dari negara maju dan 4 musim, yang cenderung selalu berganti model dan jenis baju. Akibatnya banyak baju yang terbuang.
-
Baju bekas impor apa yang paling banyak dicari? Jenis pakaian yang banyak dicari biasanya celana, jaket, kemeja, sepatu, hingga topi yang berasal dari brand-brand fast fashion, seperti Zara, Uniqlo, H&M, Forever 21, Levi's dan lainnya.
Bahkan tidak sedikit yang kulakan lalu dijual kembali. Bayu bercerita kalau ada beberapa pembeli yang kemudian dijual kembali secara online atau melalui media sosial.
Mereka rata-rata membeli dengan harga rata-rata Rp 50 sampai Rp 80 ribu. Kemudian dijual lagi dengan cara online atau melalui facebook menjadi lebih mahal.
"Ada yang dijual dengan harga Rp 100 Ribu, Rp 120 ribu. Mereka sebenarnya yang untuk banyak. Kalau saya ora sepiro (tidak seberapa) mas untungnya," kata Bayu.
Banyak, kata Bayu, pelanggannya menjual secara online. Bayu menyebutkan empat nama situs online dan akun FaceBook, namun dia wanti-wanti untuk tidak menyebutkan namanya. Rata-rata mereka memilih barang-barang bermerek jenis jaket, celana atau topi.
Salah satu pemilik akun Facebook memang saat itu sedang berbelanja di tempat Bayu. "Itu dua orang di dalam jualnya juga online-an, temonnono (silakan ditanyai)," katanya sambil menunjuk dua orang yang sedang sibuk mengumpulkan pilihannya.
Saat ditemui, pria yang mengaku bernama Faiz tidak membantah kalau barang-barang yang dibeli dari Bayu akan dijual kembali. Dia mengaku mengaku hanya menjual antar teman dekat.
"Pokoknya untung, biasanya ambil Rp 20 Ribu sampai Rp 30 Ribu. Dari sini barang dicuci bersih dengan air hangat dan detergen," katanya.
Faiz mengaku tidak takut dengan penyebaran bakteri lewat pakaian bekas. Menurutnya, kabar itu terlalu berlebihan dan dibesar-besarkan saja.
Saat itu, Faiz membeli 12 potong jaket dengan harga yang bervariasi. Salah satu jaket bergambar logo Ferrari dibeli dengan harga Rp 65 Ribu. Diapun menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah.
Seperti diketahui Menteri Perdagangan mengeluarkan himbauan bernada larangan kepada masyarakat agar tidak memakai dan membeli pakaian bekas. Pakaian yang rata-rata diimpor dari China itu menjadi sarana bakteri dan virus masuk ke Indonesia.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nama Pasar Loak Kebayoran Lama menjadi surga bagi para pecinta barang-barang jadul.
Baca SelengkapnyaSebelum adanya TiktokShop ini, pendapatan yang didapat dari penjualan baju gamis ini mendapatkan Rp20 juta per hari.
Baca SelengkapnyaDari pengakuannya, gadis ini berhasil membangun bisnis dengan modal uang Rp300 ribu saja.
Baca SelengkapnyaSetelah satu tahun usaha sambal bakarnya berjalan, modal awal yang Rizal gunakan untuk membuka usaha tersebut telah kembali.
Baca SelengkapnyaPasar Loak Jatinegara jadi surga bagi pencinta barang bekas. Jangan dilewaktkan.
Baca SelengkapnyaSuka duka mewarnai pedagang pakaian bekas melalui e-commerce.
Baca SelengkapnyaSasaran mereka mengumpulkan barang bekas seperti botol plastik, kertas dan kabel lalu dijual kembali ke pengepul.
Baca SelengkapnyaTikTok menjadi salah satu cara bagi pedagang untuk memasarkan produk dagangannya.
Baca SelengkapnyaSepinya pengunjung Pasar Tanah Abang membuat omzet para pedagang terus ambruk.
Baca SelengkapnyaPasutri asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, nekat meninggalkan pekerjaan dan memulai merintis bisnis kecil-kecilan
Baca SelengkapnyaDi zaman serba digital ini, bisnis online menjadi pilihan untuk mencari uang.
Baca Selengkapnya