Pakar Sebut 20 Persen OTG Covid-19 Kena Pneumonia
Merdeka.com - Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan, Agus Dwi Susanto meminta semua pasien yang sudah dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 berdasarkan hasil tes PCR melakukan pemeriksaan rontgen melalui X-Ray atau CT-scan. Langkah ini untuk mengetahui apakah pasien terkena pneumonia atau tidak.
"Karena untuk mendeteksi pneumonia itu dengan pemeriksaan radiologi atau rontgen dada," ujarnya dalam diskusi virtual yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis (21/1).
Anjuran pemeriksaan rontgen ini tidak hanya diperuntukkan bagi pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga berat, melainkan termasuk orang tanpa gejala atau OTG. Agus menyebut, berdasarkan data yang dipublikasikan China, 50 persen OTG Covid-19 mengalami pneumonia.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Siapa yang berisiko pneumonia? Faktor-faktor ini termasuk bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, anak yang tidak mendapat imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine), anak yang mengalami malnutrisi, atau anak yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
-
Siapa saja yang rentan terkena pneumonia? Desi menjelaskan bahwa pneumonia adalah penyakit yang dapat menyerang individu dari segala usia. Namun, anak-anak di bawah dua tahun dan orang lanjut usia memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena pneumonia. 'Pneumonia ini salah satu penyebab kematian yang tinggi baik pada anak dan lansia,' ujarnya.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang berisiko terkena Pneumonia? Pneumonia bisa menjangkit segala usia, namun umumnya lebih sering terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun.
-
Siapa yang bisa terkena pneumonia? Beberapa bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah pneumokokus dan streptokokus, sedangkan virus seperti COVID-19 juga dapat menjadi penyebab pneumonia.
Sedangkan hasil survei salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di DKI Jakarta, 10 hingga 20 persen OTG Covid-19 terkena pneumonia.
"Jadi pneumonia itu bisa saja secara symptom enggak ada gejalanya tapi secara radiologis ditemukan gambaran itu. Ini kalau tidak ditangani dengan benar tadi 3 persen menjadi berat, 8 persen bisa menjadi kritis," sambungnya.
Berangkat dari data tersebut, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) ini menekankan agar pasien Covid-19 berkonsultasi dengan dokter setelah dinyatakan positif Covid-19. Dia mengingatkan, menentukan diri terkena pneumonia atau tidak tak bisa dilakukan sendiri.
"Makanya yang terpenting adalah lakukan konsultasi kepada tenaga medis bila sudah terkonfirmasi Covid-19 karena menentukan derajat (pneumonia) itu tidak ditentukan diri sendiri. Derajat itu ditentukan tenaga medis apakah kita itu derajat tanpa gejala, ringan, sedang, berat atau kritis," tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaMunculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaKasus flu kembali marak di Tiongkok pada penghujung tahun 2024 ini. Banyak warga Tiongkok mengingat lagi awal terjadinya Covid-19 lalu.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengatakan, kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae.
Baca SelengkapnyaMycoplasma merupakan bakteri penyebab utama pneumonia misterius di China.
Baca SelengkapnyaSejak pertengahan Oktober 2023, WHO telah memantau data dari sistem pengawasan Tiongkok, terkait pneumonia misterius yang melanda anak-anak di China utara.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta masyarakat untuk tidak panik dengan adanya pneumonia misterius yang tengah merebak di China dan Eropa.
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia tengah melonjak di China sejak pertama kali dilaporkan pada 13 November 2023.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca Selengkapnya