Pakar Sebut Ribuan Orang Meninggal saat Isoman Jadi Gambaran Risiko di Masyarakat
Merdeka.com - Sebanyak 2.313 orang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri berdasarkan data dari Komunitas LaporCovid-19. Jumlah tersebut tercatat sejak awal Juni sampai 22 Juli 2021.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengamini bila data tersebut menunjukkan tingkat kerentanan kesehatan pasien isoman sangat tinggi. Sebab, para pasien isolasi mandiri cenderung berada di luar jangkauan pemerintah.
"Maka yang isolasi mandiri, ini terlihat di luar radar atau jangkauan pemerintah," kata Hermawan ketika dihubungi merdeka.com, Kamis (22/7).
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kenapa kasus ISPA meningkat di Jakarta? Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mencatat kasus infeksi saluran pernapasan (ISPA) di DKI Jakarta terus meningkat akibat polusi udara yang kian memburuk di Jabodetabek.
-
Bagaimana Kemenkes RI memperkuat kesiapsiagaan? Kemenkes berkomitmen untuk mengoptimalkan daftar patogen prioritas ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan nasional. Salah satu langkah yang diambil adalah memperkuat surveilans rutin, termasuk program ILI (Influenza-like Illness) dan SARI (Severe Acute Respiratory Infections).
-
Bagaimana cara Jokowi memastikan kesiapan IKN? Presiden Jokowi menyampaikan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono juga diagendakan pindah kantor pada waktu serupa, yakni berkisar Juni hinga Juli.'Pak Basuki Juni, Juli,' kata Presiden Jokowi di kawasan IKN, Kalimantan Timur, Kamis (29/2).
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
"Tetapi bagusnya dari data LaporCovid ini sebenarnya memberikan gambaran seberapa parah risiko yang di lapangan, di pemukiman, di tempat tinggal masing-masing. Penyakit ini memang membunuh dan menyakitkan," tuturnya.
Dia juga menilai data tersebut pasti akan dipertanyakan oleh pemerintah. Meskipun, bisa menjadi gambaran kondisi masyarakat yang menjalani isolasi di rumah.
"Jadi indikasi ini harus dilihat sebagai gambaran risiko di masyarakat. Sehingga upaya yang dilakukan tidak biasa-biasa saja, karena kondisi juga tidak biasa-biasa saja. Itu yang kita sikapi, karena metodenya berbeda dengan pemerintah," tambahnya.
Namun demikian, Hermawan mengungkap jika pelacakan terhadap pasien-pasien yang menjalani isolasi mandiri cukup rumit. Karena banyak dari mereka yang tidak terdeteksi melalui skema dari tracing dari pemerintah.
"Karena banyak yang tidak melaporkan atau yang tidak terkonfirmasi dengan upaya pemerintah. Tetapi lebih banyak yang mandiri, kemudian testing mandiri (swab antigen). Kemudian isolasi mandiri dan pada akhirnya yang meninggal pun boleh jadi banyak yang tidak terlaporkan," bebernya.
"Sebenarnya kalau diagnosa PCR, orang yang terkonfirmasi PCR kan pasti terdaftar di Kementerian hampir semua. Walau tidak semua, tapi sekitar 80-90 persen itu di laboratorium itu terdaftar. Sehingga kalau orang terkonfirmasi positif terdata di pemerintah," tambahnya.
Meski demikian, Hermawan menilai kehadiran rapid antigen di pasaran berdampak pada hasil data warga terpapar Covid-19 menjadi tidak akurat. Sebab banyak dari masyarakat yang usai dinyatakan reaktif melalui swab test antigen, tidak dilanjutkan melakukan swab test PCR yang menjadi pendataan setiap kasus Covid-19.
"Di sisi lain banyak sekali rapid swab antigen yang dilakukan secara mandiri. Bahkan oleh masing-masing individu dibeli alatnya karena caranya simpel, alatnya simpel. Dari situ dijadikan perorangan terkadang mengklaim dirinya terpapar atau tidak dan lakukan isoman," tuturnya.
"Nah ini memang plus minusnya terjadi, plusnya orang cepat mengkonfirmasi apakah dirinya perlu perawatan atau tidak, isoman atau tidak. Tetapi di sisi lain, karena tidak terdata sehingga dianggap bukan bagian dari temuan kasus yang ditemukan dari pemerintah sendiri. Padahal ini berisiko," lanjutnya.
Paparan Data LaporCovid
Sebelumnya, Komunitas LaporCovid-19 menyatakan 2.313 jiwa meninggal saat melakukan isolasi mandiri. Data analyst LaporCovid-19, Said Fariz Hibban mengatakan, angka rekapitulasi kematian di luar rumah sakit berasal dari hasil pendataan dari seluruh provinsi di Indonesia. Terbanyak, angka kematian saat isolasi mandiri berasal dari Jakarta sebanyak 1.161 jiwa.
"Baru hari ini saya dapat data dari teman-teman DKI, angkanya rentang awal Juni sampai 21 Juli kemarin sebanyak 1.161 orang," ucap Said.
Dalam pemaparannya, Said menunjukan sebuah grafik catatan laporan kematian pasien terkonfirmasi ataupun berstatus suspek Covid-19, dengan angka tertinggi terjadi pada 29-30 Juni dan 13-14 Juli.
Pada periode 29 sebanyak 42 orang meninggal, sementara pada 30 Juni sebanyak 50 orang meninggal dunia. Sedangkan untuk kematian pada 13-14 Juli sebanyak 42 orang.
Jika sebelumnya catatan LaporCovid-19, provinsi dengan rekam kematian saat isolasi mandiri di luar fasilitas kesehatan, cukup tinggi ada di Jawa Barat. Saat ini, angka tertinggi kematian saat isolasi mandiri terjadi di Jakarta.
"Sebelumnya Jawa Barat mendominasi kasus kematian saat isolasi mandiri, sekarang posisinya digantikan oleh Provinsi Jakarta," ucapnya.
Saat memaparkan data-data, Said meyakini jumlah tersebut tentu belum mewakili kondisi sesungguhnya di komunitas, karena tidak semua orang melaporkannya ke LaporCovid-19, media sosial, atau diberitakan media massa.
"Kami mengkhawatirkan, hal ini merupakan fenomena puncak gunung es dan harus segera diantisipasi untuk mencegah semakin banyaknya korban jiwa di luar fasilitas kesehatan," tandasnya.
Dia juga menyarankan, selain memperkuat fasilitas kesehatan dan sumber daya tenaga kesehatan, harus ada pembatasan mobilitas secara ketat untuk mencegah terus melonjaknya laju penularan kasus yang akan meningkatkan risiko kematian.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dampak yang ditimbulkan laka lantas banyak korban menderita luka-luka dan kerugian materi.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di 2022.
Baca SelengkapnyaAnak-anak dan lanjut usia merupakan kelompok terbanyak sebagai penderita ISPA akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaPemkot Depok sudah melakukan antisipasi agar kasus ISPA tak terus menanjak naik.
Baca SelengkapnyaIrjen Aan Suhanan mengatakan, kematian seseorang karena kecelakaan lalu lintas berada di peringkat ketiga setelah penyakit TBC, AIDS dan HIV.
Baca SelengkapnyaDari data terbarunya, ada 84 petugas pemilu yang meninggal dunia dengan rincian 71 dari unsur KPU dan 13 dari Bawaslu
Baca SelengkapnyaData itu berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng.
Baca SelengkapnyaJasa Raharja mengakui angka kecelakaan lalu lintas memang mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 15 hingga 17 persen.
Baca SelengkapnyaPolusi udara bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga tantangan bagi sektor kesehatan.
Baca SelengkapnyaSejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca SelengkapnyaKemenkes menyatakan Indonesia mulai memasuki era penuaan penduduk atau aging population
Baca Selengkapnya