Panen tak lancar, warga NTT pilih jadi TKI ilegal

Merdeka.com - Mayoritas mata pencaharian masyarakat NTT adalah bertani dan berladang. Namun sejak tahun 2009, warga NTT lebih memilih pekerjaan baru menjadi TKI.

Hal ini terpaksa dilakukan karena panen tak lancar dan mereka terancam kelaparan. Periode Juni sampai November merupakan musim kelaparan di NTT. Hal tersebut dijadikan kesempatan bagi Calo TKI untuk memberangkatkan warga NTT menjadi TKI ilegal.

"Biasanya Juni Juli sampai November. Musim itu musim kelaparan, biasanya para calo pintar berangkatkan anak ilegal," kata paralegal yang ditunjuk yayasan Tifa Ermelinda Loibauk di dusun Bosok Pelolok, Belu, NTT, Jumat (13/2).

Salah satu contohnya, yakni adik dari paralegal Maria Regalinda Buimari. Setelah kembali dari Malaysia, adiknya itu nekad kembali lagi ke Negeri Jiran secara ilegal dan mengajak teman-temannya.

"Saya kecewa dengan adik saya sendiri katanya paspor masih hidup, dia pikir saya tidak tahu. Dia balik lagi kena tangkap bulan Agustus ditangkap satpol PP di Atambua. Saya kecewa saya sudah bebaskan, sekarang dia tahu-tahu sudah di Malaysia lagi," sesal Maria.

Menurut Ermelinda, kasus adik Maria tersebut hanya satu dari sekian banyak kasus TKI ilegal di desanya. Adik Maria itu menjadi contoh bahwa warga NTT malas mengurus administrasi dan memilih menjadi TKI ilegal.

"Orang tua juga mau (anak bekerja jadi TKI). Mereka tidak prosedural karena lama prosesnya. Jadi banyak yang alasan kerja di Kalimantan tapi terus ke Malaysia," pungkas Ermelinda.

Ermelinda dan Maria adalah paralegal yang dibina oleh yayasan Tifa. Mereka dilatih khusus agar memberikan sosialisasi kepada wanita untuk menekan TKI ilegal dan kekerasan dalam rumah tangga. Program ini didukung oleh Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia dan Aus Aid. (mdk/ren)