Panglima TNI Belum akan Terjunkan Pasukan Khusus Cari Pilot Susi Air di Nduga
Merdeka.com - Panglima TNI Laksamana Yudo Margono belum akan menerjunkan Komando Operasi Khusus (Koopssus) untuk mencari pilot Susi Air, Kapten Philips M. Pilot asal Selandia Baru itu hilang setelah penyerangan dan pembakaran pesawat SUsi Air dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), Selasa (7/2) lalu.
Diketahui jika Koopssus merupakan satuan elite TNI terdiri dari tiga matra, Angkatan Laut (AL), Angkatan Darat (AD), dan Angkatan Udara (AU) yang dibentuk saat masa Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
"Saya kira belum, sampai mengirim seperti tadi lah. Urgensinya hanya itu, jadi (belum terjunkan Koopssus)," kata Yudo kepada wartawan usai Rapim TNI, di Jakarta Kamis (9/2).
-
Kenapa TNI butuh pasukan besar di Papua? Butuh ada satu pasukan besar yang diterjunkan serentak untuk mengikat pasukan Belanda di wilayah Merauke.
-
Siapa yang memimpin pasukan TNI di Papua? Danrem 173/PVB Brigjen TNI Frits Wilem Rizard Pelamonia menjelaskan bahwa Bandara di Agandugume tersebut telah dikuasai oleh OPM sejak awal Maret.
-
Siapa yang pimpin operasi TNI AL di Papua? Pelaksanaan operasi tersebut dipimpin Komandan Guspurla Koarmada III Laksamana Pertama TNI Wawan Trisatya Atmaja.
-
Apa tujuan operasi TNI AL di Papua dan Maluku? 'Operasi Siaga Tempur Laut yang dilakukan saat ini langsung di bawah kendali Panglima Koarmada III Laksamana Muda TNI Hersan dengan target operasi di wilayah perairan Papua dan Maluku,' kata Kadispen seperti dilansir dari Antara.
-
Mengapa KKB Papua menyerang Brimob dan TNI? Gerakan mereka lambat laun semakin meresahkan dan mengancam keselamatan warga Papua yang tidak tahu menahu dengan agenda aktivitas kelompok bersenjata tersebut.
-
Apa yang dilakukan TNI untuk membebaskan pilot Susi Air? Agus pun tidak menjelaskan secara perinci apa dampak dari pendekatan tersebut hingga saat ini. Dia hanya memastikan akan terus berkoordinasi agar bisa berjalan dengan lancar.
Yudo mengungkap alasan belum menerjunkan pasukan khusus TNI ke bumi cenderawasih. Sebab menurut Yudo, kekuatan TNI di Papua cukup mengatasi permasalahan keamanan di wilayah tersebut termasuk mencari pilot Susi Air.
"Koopsus, kan di sana ada Pangdam, Pangkogabwilhan III dan di sana sudah ada pasukan yang sudah melaksanakan pasukan operasi di sana ini tinggal kita koordinasikan di sana," ujar dia.
Pencarian Pilot Masih Berlangsung
Satuan Koopssus sendiri terdiri atas 500 personel, 400 orang di antaranya merupakan personel yang menjalankan fungsi penangkalan. Sedangkan, 100 personel lain atau satu kompi melakukan penindakan aksi terorisme.
Selain itu, Koopssus lebih berperan ke dalam fungsi penangkalan dengan cara melakukan observasi jarak dekat.
Kemudian untuk update pencarian Pilot Susi Air, kata Yudo, tim gabungan TNI dan Polri masih dalam proses dengan mengerahkan personel ke wilayah yang kemungkinan menjadi titik keberadaan Kapten Philips M.
"Ya pasti ada upaya to (dicari), kan sudah kita kirim tim ke sana melaksanakan pencarian itu," tutur dia.
Diklaim Dibawa ke Markas TPNPB-OPM
Sebelumnya, Pasukan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pimpinan Egianus Kogoya melaporkan jika sandra Pilot Selandia Baru bernama Kapten Philips M sedang dalam perjalanan ke markas.
"Itu dia pesawat setelah dibakar pasukan TPNPB-OPM sudah lapor ke kami bahwa Pilot itu sedang jalan dengan pasukan TPNPB-OPM ke markas, Kodap III Darakma," kata juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom saat dikonfirmasi merdeka.com, Kamis (9/2).
Kemungkinan Kapten Philips M masih dalam perjalanan menuju markas, kata Sebby, diperkirakan akan membutuhkan tiga sampai empat hari waktu perjalanan sejak kejadian pembakaran pesawat Susi Air pada, Selasa (7/2) lalu di Paro.
"Kemungkinan mereka masih dalam perjalanan dan mereka sudah tiba di markas mereka akan mengirim kami laporan tentang video dan foto semuanya," terangnya.
Polisi Deteksi Pilot
Sebelumnya, Polisi mengungkap posisi pilot pesawat Susi Air yang diduga disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Pilot Selandia Baru bernama Kapten Philips M itu diduga disandera sebelum pesawat dengan nomor penerbangan SI 9368 itu dibakar oleh KKB.
Kapolda Papua Irgen Mathius Fakhiri mengatakan, keberadaan Kapten Philips terdeteksi berdasarkan GPS yang dibawanya. Namun, alat tersebut saat ini tidak aktif.
"Kemarin kami melihatnya bergerak dari Kampung Paro sekitar 100 meter ke dalam," kata Fakhiri kepada wartawan, Rabu (8/2).
Fakhiri mengaku sudah memetakan keberadaan Kapten Philips untuk dievakuasi. Strategi pun disiapkan tim gabungan TNI dan Polri untuk mengevakuasi WNA.
"Ya sudah (dipetakan). Kami masih memberi mereka kesempatan untuk berpikir. Kalau mereka tidak mau, ya," ujarnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Panglima TNI menyatakan tidak akan memakai operasi militer dalam pembebasan Pilot Susi Air.
Baca SelengkapnyaPilot Susi Air, Kapten Philips Mertens, sudah disandera KKB sejak Februari 2023 silam.
Baca SelengkapnyaPimpinan Pasukan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) atau KKB Papua mengungkapkan syarat pembebasan pilot Susi Air.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menyatakan, secara keseluruhan Papua dalam situasi aman.
Baca SelengkapnyaAgus mengatakan pembebasan menggunakan soft power dan diplomasi militer.
Baca SelengkapnyaTNI akan menggunakan pendekatan soft power dengan dialog yang dilakukan tokoh masyarakat dan beberapa pejabat daerah.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus berusaha membebaskan pilot Susi Air, Captain Philip Mark Mehrtens. Pria berkebangsaan Selandia Baru itu masih disandera KKB Papua.
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Papua memiliki pengamanan atau operasi dan indikator yang berbeda-beda.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Yudo Margono memastikan negosiasi untuk membebaskan Philips terus dilakukan.
Baca SelengkapnyaKepolisian dan tentara telah melakukan berbagai upaya
Baca SelengkapnyaSebuah video beredar, Tampak Pilot Susi Air yang disandera OPM. TNI geram lantaran OPM memanfaatkan sandera untuk menyebar kebohongan.
Baca SelengkapnyaPangdam Cenderawasih menegaskan isu membayar Rp20 miliar kepada KKB untuk membebaskan pilot warga Selandia Baru itu tidak benar.
Baca Selengkapnya