Para Tokoh yang Gagal 'Bersinar' di Dunia Politik pada 2018
Merdeka.com - 2018, menjadi tahun politik karena jelang pelaksanaan Pemilu Serentak 2019. Di tahun ini, para tokoh partai dan nonpartai mulai melancarkan manuver politiknya jelang pesta demokrasi tahun 2019.
Meski tahap pencoblosan Pileg dan Pilpres dilakukan tahun 2019, tensi dan hiruk pikuk politik mulai memanas sepanjang 2018. Pilpres 2019 menjadi ajang 'rematch' bagi Joko Widodo dan Prabowo Subianto memperebutkan kursi RI 1.
Bagian menariknya bukan ada di sosok calon presiden, tapi ada pada pemilihan cawapres. Drama pencarian cawapres untuk Jokowi dan Prabowo mencuri perhatian publik. Sejumlah tokoh dari parpol dan nonparpol bermimpi jadi 'rising star' di Pilpres.
-
Pemilu 2019 kapan dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Siapa yang terlibat dalam Pemilu? Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu mekanisme fundamental dalam sistem demokrasi yang memungkinkan warga negara untuk secara langsung atau tidak langsung memilih para pemimpin dan wakilnya.
-
Apa partai pemenang pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Apa yang dipilih di pemilu 2019? Pemilu 2019 menandai pemilihan presiden keempat dalam era reformasi Indonesia. Dalam pertarungan presiden, terdapat dua pasangan calon utama, yaitu Joko Widodo (Jokowi) - Ma'ruf Amin, dan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
-
Mengapa pemilu 2019 penting? Pemilu 2019 menjadi pemilu dengan jumlah pemilih terbanyak dalam sejarah Indonesia.
-
Partai apa yang menang Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
Mereka 'genit' bermanuver mencuri perhatian para capres agar dipinang menjadi pendamping. Nyatanya, beberapa tokoh ini harus gigit jari dan gagal bersinar di kontestasi Pilpres.
Berikut 4 tokoh pilihan redaksi merdeka.com yang gagal bersinar sepanjang 2018:
Agus Harimurti Yudhoyono
Nama pertama yang dipilih merdeka.com adalah putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kegagalan AHY mencalonkan AHY menjadi cawapres menjadi alasannya. AHY sebelumnya digadang-gadang Demokrat dapat maju di Pilpres 2019.
Demokrat telah jauh-jauh hari mempersiapkan AHY sebagai cawapres seperti keinginan mayoritas internal Demokrat. Namun sampai hari terakhir lobi-lobi koalisi dilakukan, akhirnya Demokrat tak mampu mengantarkan AHY ke panggung kontestasi Pilpres.
Demokrat hanya mampu menyerahkan suara mereka dengan mendukung pasangan capres-cawapres yang diusung koalisi Gerindra, PKS dan PAN. Gerindra, PKS dan PAN sepakat mendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di Pilpres 2019.
Atas keputusan tersebut, AHY mengucapkan permohonan maaf pada kader maupun masyarakat yang sempat mempercayakan dirinya meramaikan Pilpres 2019 mendatang.
"Saya ucapkan terima kasih pada kader Demokrat dan kalangan masyarakat yang berharap dan mendorong saya untuk maju berpartisipasi pada Pilpres 2019 mendatang," kata AHY di kediaman SBY di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (10/8).
"Saya telah berupaya semaksimal mungkin selama satu tahun terakhir, berkeliling nusantara mendengar dan menyerap aspirasi masyarakat. Saya mohon maaf karena berbagai faktor belum memiliki peluang menjadi cawapres seperti yang diinginkan kader Demokrat," sambung AHY.
Mahfud MD
Tokoh kedua yang gagal bersinar di 2018 adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Secara dramatis, Mahfud tersisih di menit-menit akhir jelang deklarasi calon wakil presiden oleh Joko Widodo pada 10 Agustus 2018.
Padahal, Mahfud telah diminta pihak Istana untuk mempersiapkan segala keperluan sebagai cawapres. Mahfud juga hadir di seberang Restoran Plataran Menteng, lokasi Jokowi mengumumkan pendampingnya. Lengkap dengan baju putih, peci hitam dan dokumen administrasi yang diperlukan.
Mahfud sebenarnya terus menguat jelang deklarasi. Perdebatan hebat terjadi di antara 10 pimpinan partai politik pendukung Jokowi. Kabarnya, nama Mahfud MD mengalami penolakan dari partai. Desas desusnya, partai pendukung Jokowi khawatir dengan manuver Mahfud di Pilpres 2024.
Takdir berkata lain, Pilihan Jokowi jatuh kepada Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin, bukan Mahfud. Ma'ruf Amin dipilih karena dianggap sebagai tokoh bangsa dan mampu mempersatukan semua elemen.
"Dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai elemen masyarakat, maka saya putuskan dan telah mendapatkan persetujuan dari parpol Koalisi Indonesia Kerja bahwa yang akan mendampingi saya sebagai cawapres 2019-2024 adalah Profesor Ma'ruf Amin," ucap Jokowi.
Mahfud mengaku kaget ketika bukan namanya yang disebut oleh Jokowi sebagai cawapres di Pilpres 2019. Pasalnya Mahfud sudah diminta untuk mempersiapkan diri secara detail.
"Saya tidak kecewa tapi kaget saja karena sudah diminta mempersiapkan diri bahkan sudah agak detail," kata Mahfud di MMD Institut, Jalan Kramat VI Nomor 18, Jakarta Pusat, Kamis (9/8).
Mahfud menilai pergantian di detik-detik terakhir semacam itu adalah hal yang lumrah dalam politik. Dia pun tetap menghargai keputusan Jokowi memilih Ma'ruf Amin.
Muhaimin Iskandar
Sejak memasuki tahun politik, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sudah mendeklarasikan diri sebagai cawapres Jokowi. Dia tak lelah melakukan manuver supaya dilirik jadi pendamping Jokowi pada Pilpres mendatang.
Salah satu manuver Cak Imin, sapaan Muhaimin adalah membuat gerakan JOIN (Jokowi-Cak Imin). Bahkan, PKB memberikan jaminan 10 juta suara pemilihnya akan habis-habisan mendukung Jokowi jika Cak Imin jadi cawapres.
Tak hanya itu, Cak Imin rajin bersafari. Mulai dari partai politik, ormas Islam hingga masyarakat umum. Maksudnya tak lain, menunjukkan keseriusan bahwa dirinya layak dipertimbangkan menjadi cawapres.
Beberapa kesempatan, Cak Imin kerap berseloroh tugas menjadi cawapres itu berat. Namun dia yakin memenuhi tuntutan tugas sebagai cawapres. Namun akhirnya, Cak Imin harus gigit jari lantaran Jokowi lebih menggandeng Ma'ruf sebagai pendampingnya.
"Begini ya, saya sudah sering sampaikan ke para bakal calon wapres bahwa jadi wapres itu berat. Lha, ngurus umat, ngurus NU, itu berat. Banyaknya minta ampun. Pesantren saja ada lebih 30 ribu jumlahnya. Jadi, karena berat, biar saya saja. Kan sudah terbukti," ujarnya saat peringatan HUT Ke-69 Pondok Pesantren Raudlatul Ulum dan Haul ke-40 pendiri pesantren itu di Pati, Jawa Tengah, Selasa (17/7).
Gatot Nurmantyo
Nama mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo jadi salah satu tokoh yang gagal bersinar di 2018. Memasuki tahun politik 2018, tersiar kabar Gatot bakal maju di Pilpres 2019.
Gatot pun sudah sowan bertemu dengan para petinggi partai politik. Setidaknya PAN dan PKS sempat berminat memberikan tiket maju Pilpres kepada Gatot. Bahkan PAN sempat membuka opsi kombinasi Zulkifli Hasan dan Gatot sebagai pasangan capres-cawapres.
Berbagai relawan dan simpatisan banyak sekali muncul untuk mendeklarasikan dukungannya ke Gatot. Mulai dari Generasi Muda Milenial Gatot Nurmantyo untuk Rakyat (GMM GNR), Pro Gatot Nurmantyo atau Progo hingga relawan Selendang Putih.
Setelah resmi pensiun akhir Maret lalu, Gatot pun secara terbuka menyatakan kesiapannya menjadi calon presiden. Menurutnya, setelah 36 tahun mengabdi sebagai prajurit TNI, akan selalu bersiap untuk mengabdikan kembali jiwa raganya untuk bangsa.
"Saya katakan sekarang ini saya sipil, memiliki hak sama, hak dipilih dan memilih. Sekali lagi, kalau republik ini memanggil dan rakyat menghendaki saya jadi presiden saya siap jadi Presiden," katanya beberapa waktu lalu.
Sayangnya, sampai tahap pendaftaran capres-cawapres oleh KPU, tak ada satupun partai yang memberi mandat ke dari parpol mana pun untuk maju Pilpres. Pilpres 2019 menjadi medan pertarungan dua paslon, yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. (mdk/ray)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari banyaknya selebritis yang ikut kontestasi politik, ini dia deretan seleb yang gagal lolos menujuk ke Senayan.
Baca SelengkapnyaPemilu 2019 menandai pemilihan presiden keempat dalam era reformasi Indonesia.
Baca SelengkapnyaLogo partai-partai ini tidak akan ada pada surat suara Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaWajah-wajah baru dari kalangan artis mencoba peruntungan di dunia politik. Mereka mengincar kursi anggota DPR.
Baca SelengkapnyaAturan ini, kata dia termuat dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Tentang Pemilihan Umum pasal 226.
Baca SelengkapnyaPartai politik sudah mulai menjaring sejumlah tokoh yang dipertimbangkan diusung menjadi bakal calon Gubernur DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaBaroto mengungkapkan secara total terdapat 76 partai politik berbadan hukum yang tercatat di Kemenkumham, namun hanya 44 partai politik yang aktif.
Baca SelengkapnyaSejumlah politikus PDIP berpotensi gagal menjadi anggota DPR pada Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaPerebutan kursi antara calon anggota DPR petahana dan wajah baru tersaji di beberapa daerah.
Baca SelengkapnyaPemilu 2024 kembali diramaikan dengan perlombaan para artis untuk mendapatkan kursi sebagai anggota legislatif.
Baca SelengkapnyaElektabilitas bakal menjadi pekerjaan rumah (PR) yang cukup berat.
Baca SelengkapnyaPartai politik mulai menjaring jagoan masing-masing untuk diusung menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.
Baca Selengkapnya