Pasang Banner Protes, Warga Ledug Banyumas Tolak Pembangunan Tower
Merdeka.com - Warga Desa Ledug RT 1 RW 7 Perumahan Ledug Purnawirawan, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas menolak pembangunan tower di tanah desa tersebut. Penolakan warga disebabkan pembangunan tower sejak awal mula dan rencana perpanjangannya dilakukan sepihak tanpa adanya musyawarah dengan mereka.
Selain itu tower yang rencananya akan ditinggikan dari 26 meter menjadi 36 meter tak ada jaminan keamanan terhadap warga sekitar.
Melayangkan protes keberadaan tower warga menandai dengan pemasangan banner di area pendirian tower yang berisi peryataan menolak keras pembangunan tower. Warga juga melakukan pembubuhan tanda tangan sebagai bukti bahwa seluruh warga RT 1 RW 7 Desa Ledug berkeputusan bulat melarang pendirian tower di lingkungan mereka.
-
Siapa yang meminta peran aktif Pemda? Menteri ATR/BPN Minta Peran Aktif Pemda dalam Proses Sertifikasi Aset
-
Apa yang dilakukan Bupati Bengkulu Utara? Dalam kunjungan tersebut, Ir Mian mempresentasikan tentang kondisi ruas jalan dan pasar di wilayah Kabupaten Bengkulu. Ia menyampaikan harapannya agar ruas jalan dan pasar di sana bisa dibangun dan diperbaiki agar layak.
-
Apa keluhan utama warga Desa Turus Patria? 'Warga di Desa Turus Patria ini punya keluhan terkait beberapa hal. Yang paling utama adalah soal infrastruktur jalan. Sebab akibat akses jalan menuju desa kami rusak, ini menyebabkan semua hal yang ada di daerah kami terasa tertinggal.'
-
Siapa yang memprotes kejadian tersebut? Diketahui, terekam video yang beredar di media sosial salah satu pendukung mengacungkan tiga jari saat debat capres berlangsung. Hal tersebut pun menuai protes dari pihak 02 yakni Grace Natalie.
-
Mengapa Desa Kayu Batu butuh menara repeater? 'Kami sering kali harus pergi ke dekat kuburan hanya untuk mendapatkan sinyal,' ungkap Andri.
-
Bagaimana Bupati Tuban meminta masyarakat agar bersikap? Sementara itu Bupati Tuban, Aditya Halidra Faridzky mengimbau kepada masyarakat Tuban agar tetap tenang, namun waspada menghadapi gempa. 'Serta dimohon menghindari bangunan-bangunan yang retak, bangunan yang tidak layak agar tak ditempati lebih dulu. Karena dimungkinkan masih akan ada gempa susulan,' katanya.
Salah satu warga Desa Ledug RT 1 RW 7, Annas Aminudin (48) mengatakan pendirian tower sejak awal mula pada tiga tahun silam tidak ada sosialisasi. Baru-baru ini warga pun kaget, sebab tiba-tiba ada kabar tower akan didirikan secara permanen setinggi 36 meter.
"Jadi warga merasa dilangkahi dan tidak dianggap," ujar Annas pada Merdeka.com, Kamis (13/12).
Ia mengungkap, warga diliputi rasa khawatir atas keberadaan tower tersebut. Tidak ada jaminan keselamatan atas keberadaan tower tersebut. Pasalnya pendirian tower berdekatan dengan dengan permukiman. Selain itu warga kerap resah tower bakal berdampak menyebabkan radiasi.
"Apalagi area pendirian tower di tanah tobong yang dekat dengan pembuatan batu bata dan kios-kios. Adanya tower sudah membuat warga tidak nyaman dengan lingkungan sendiri. Warga bulat menolak pendirian tower dan kami sudah jajak pendapat dengan pembubuhan tanda tangan warga. 99 Persen warga menolak," ujarnya.
Warga Desa Ledug RT 1 RW 7 lainnya, Wiwit Setiawan (34) berharap kepala desa mendengar aspirasi warga untuk menghentikan sewa tanah desa untuk pendirian tower. Warga bereaksi karena tak ada sosialiasi dan satu pekan lalu sudah ada pembangunan pondasi.
"Kita juga sudah ke balai desa, semestinya akta sewa lahan sudah habis per-mei kemarin. Kami semua tidak ingin ada pendirian tower lagi", ujarnya.
Menanggapi protes warga, Kepala Desa Ledug, Permadi mengatakan pendirian tower menindaklanjuti kebijakan kepala desa yang lama. Ia sudah menyampaikan protes warga ke Badan Penanaman Midal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Pemkab Banyumas.
"Rencananya memang mau ditinggikan menjadi 32 meter. Saya sudah menyampaikan aspirasi warga ke pihak-pihak yang berkepentingan," kata Permadi.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengendara yang lewat kerap tergelincir karena jalan menjadi kubangan lumpur. Anak-anak sekolah pun terpaksa melepas sepatu saat melintas.
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaViral video kericuhan antara anggota Polresta Padang dengan masyarakat Air Bangis dan Pasaman Barat
Baca SelengkapnyaMereka menolak rencana pembangunan pemukiman di atas tanah negara eks Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) di Cimulang, Bogor.
Baca SelengkapnyaTempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, telah dibangun pada tahun 2022 dan diresmikan Presiden Jokowi pada Maret lalu.
Baca SelengkapnyaWarga Nagari Air Bangis khawatir Proyek Strategi Nasional (PSN) akan membuat kehidupan mereka terancam.
Baca SelengkapnyaKondisi jalan begitu parah, yakni berlubang dan bergelombang besar. Akibat kerusakan ini, beberapa pengguna roda dua yang melintas sampai mengalami kecelakaan.
Baca SelengkapnyaWarga menyebut Peraturan Bupati soal jam operasional truk tambang di wilayah Kosambi sekadar pajangan. Mereka minta pemkab tutup aktivitas tambang.
Baca SelengkapnyaSebelumnya warga sudah sempat memperbaiki jalan tersebut, namun akhirnya rusak kembali.
Baca SelengkapnyaWarga asli Pulau Rempang menolak keras relokasi dan penggusuran rumah yang sudah mereka tinggali.
Baca SelengkapnyaPada aksi yang kelima ini jumlah massa terlihat semakin sedikit dan anak-anak yang ikut juga semakin berkurang.
Baca SelengkapnyaAda komunikasi tidak berjalan baik antara aparat mengawal proses relokasi dengan warga yang menolak pembangunan Proyek Rempang Eco City.
Baca Selengkapnya