PBNU: Indonesia Sudah Final, Tak Usah Lagi Ngomong Khilafah dan Negara Islam
Merdeka.com - Dua persoalan di depan mata menjadi tantangan Nahdlatul Ulama (NU) dan Bangsa Indonesia sekarang ini. Keduanya adalah munculnya pihak yang mempersoalkan atau mempertanyakan aspek-aspek kebangsaan dan kenegaraan yang sudah final, serta kelompok yang menjadikan Islam sebagai aspirasi politik.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) bidang Hukum, HAM dan Perundang-Undangan, Robikin Emhas mengatakan, NU sebagai organisasi terbesar harus mengambil peran dalam mengantisipasi munculnya gerakan-gerakan tersebut. Pengurus NU di seluruh lapisan harus menyampaikan pesan itu kepada masyarakat, khususnya anak-anak milenial.
"Pengurus NU di seluruh lapisan harus kembali mengelorakan, menyampaikan pada masyarakat khususnya anak-anak milenial, bahwa Indonesia sudah final. Tidak usah diotak-atik lagi, tidak usah lagi ngomong khilafah, tidak usah ngomong negara Islam," kata Robikin Emhas di Guest House Universitas (UB) Brawijaya, Sabtu (12/1).
-
Apa teori masuknya Islam di Indonesia? Proses Masuknya Islam ke Indonesia Menurut Teori Gujarat Teori Gujarat merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang Islamisasi di Indonesia.
-
Bagaimana NU dan Muhammadiyah berdampak pada perkembangan Islam di Indonesia? NU dan Muhammadiyah berperan penting dalam sejarah perjalanan negara ini dan berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
-
Bagaimana Islam menyebar di Indonesia? Penyebaran Islam di Indonesia pun cukup luas mulai dari Jawa hingga Sumatera, Sulawesi hingga Papua, dan dari pulau-pulau kecil di timur hingga pulau-pulau besar di barat, Islam telah meresap dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
-
Siapa yang terlibat dalam penyebaran Islam? Salah satu tokoh terkenal dari Kesultanan Demak adalah Sunan Kalijaga.
-
Siapa yang menyebarkan Islam di Bengkulu? Melansir dari situs indonesia.go.id, Festival Tabot pertama kali dipentaskan oleh Syeh Burhanuddin atau dikenal dengan Imam Senggolo pada tahun 1685. Ia merupakan tokoh penyebar agama Islam pertama di tanah Bengkulu.
-
Bagaimana aliran Islam muncul? Perbedaan tersebut berkaitan dengan, bidang fiqih, politik, tasawuf, aqidah, dan lainnya.
Orang atau kelompok itu, diidentifikasi oleh Robikin, kembali mempertanyakan aspek-aspek kebangsaan dan kenegaraan yang sebenarnya sudah final. Selain itu, kemudian menjadikan Islam sebagai aspirasi politik yang syarat kepentingan.
"Apakah Indonesia sudah kategori Islami, kalau tidak misalnya apakah negara kafir, dan kemudian mau mengganti dan sebagainya. Ini tantangannya," tegasnya.
Robikin juga melihat arus yang cukup kuat munculnya Islam radikal di tengah-tengah masyarakat. Ajaran disampaikan dengan cara-cara penuh kebencian yang bertentangan dengan budaya Indonesia, bahkan Islam itu sendiri.
"Islam yang ramah, Islam yang moderat itulah yang saya kira dikehendaki oleh Allah melalui ajaran Islam," tegasnya.
Kedua persoalan tersebut, katanya tidak punya ruang untuk tumbuh di negara ini, karena harus ditegaskan Indonesia sudah jelas Islami.
"Salah, kalau NKRI diganti konstitusi dengan Pancasilanya dan Bhineka Tunggal Ikanya dianggap tidak Islami, itu salah," tegasnya.
Robikin juga mengajak untuk berkaca kepada negara-negara terutama di Timur Tenggah yang menjadikan agama sebagai aspirasi politik.
"Begitu banyak agama dijadikan aspirasi politik, yang terjadi konflik. Pecah-pecah masyarakatnya, bahkan tidak jarang terjadi perang saudara. Kita harus menghindarkan itu semua," pungkasnya.
Robikin hadir dalam rangkaian pelantikan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota Malang. Bersamaan juga digelar Rapat Kerja Nasional Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU).
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Agama harus mejadi perekat, maka tempat ibadah bukan menjadi tempat pemecah belah.
Baca SelengkapnyaPerdebatan tentang urgensi mendirikan negara Islam sudah selesai ketika pendiri bangsa sepakat dengan format Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaBNPT hadir sebagai kepanjangan tangan pemerintah untuk menjalankan fungsi pencegahan terhadap virus-virus intoleransi.
Baca SelengkapnyaSetiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaPergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaPancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi
Baca SelengkapnyaPenangkapan di beberapa tampat baru-baru ini semakin menguatkan rasa aman bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaNarasi intoleran dan radikal dari kelompok teror ini perlu diimbangi dengan narasi tandingan berupa moderasi beragama dan seruan toleransi.
Baca SelengkapnyaMasyarakat memiliki ketahanan lebih terhadap narasi kebangkitan khilafah karena lebih percaya organisasi seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Baca SelengkapnyaSri Yunanto mengingatkan kepada seluruh pihak bahwa pergerakan kelompok pro-khilafah masih tetap eksis di Indonesia.
Baca Selengkapnya