PDIP pamerkan lampu lentera berbahan bakar air garam
Merdeka.com - Masih ingat Presiden Jokowi mempopulerkan mobil nasional merek Asemka? Tampaknya, hasrat Jokowi dan parpolnya PDI Perjuangan untuk mempromosikan karya anak bangsa tak pudar. Di acara rakorbid II PDIP Bidang Kemaritiman, di Jakarta, Sabtu (22/10), dipertontonkan produk lampu lentera berbahan bakar air garam.
Menurut Pemegang Hak Cipta lampu itu, Hagy Leondra, lampu itu memang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan nelayan yang biasa menggunakan semacam lampu petromaks untuk kepentingan melaut. Lampu yang dibuatnya memang mirip lampu petromaks itu bisa juga dimanfaatkan sebagai lampu emergency di perumahan.
Lampu itu tak menggunakan energi listrik atau batu baterai. Tak juga menggunakan minyak tanah. Tapi menggunakan air garam, atau air laut untuk nelayan yang melaut.
-
Apa itu lampu LED? Lampu LED, singkatan dari Light Emitting Diode, adalah jenis lampu penerangan yang menggunakan teknologi elektronik untuk menghasilkan cahaya.
-
Bagaimana lampu minyak ditemukan? Natanel Melchior dan Alon Segev, prajurit cadangan dari Batalyon 404 Brigade Artileri 282, sedang berkeliaran di lapangan ketika mereka menemukan sepotong tembikar yang terbalik dan berbentuk bulat yang menarik perhatian mereka.
-
Apa itu 'Lampor'? Dilansir dari Liputan6.com, Lampor merupakan istilah yang berkaitan dengan fenomena keranda terbang di wilayah Jawa Tengah. Menurut cerita, ada entitas gaib yang mengendalikan keranda tersebut dan membawanya melintasi suatu tempat.
-
Dimana lampu minyak itu ditemukan? 'Wadah tersebut tertutup oleh lumpur,' ungkap Melchior. 'Saya membersihkannya, dan setelah menyadari bahwa mungkin ada sesuatu yang istimewa, saya segera menghubungi Badan Purbakala.'
-
Kapan lampu minyak itu digunakan? 'Dilihat dari bekas jelaga pada ujungnya, lampu ini digunakan untuk penerangan sekitar 1.700 tahun lalu dan memberikan gambaran menarik tentang kehidupan budaya dan agama Yahudi selama periode ini,' jelas IAA.
-
Apa fungsi lampu minyak? Menurut Sara Tal, arkeolog IAA di wilayah Negev Barat, itu adalah lampu tembikar dari zaman Bizantium yang dikenal sebagai 'lampu sandal'. Biasanya digunakan untuk penerangan dan dibuat dengan pola khas wilayah dataran rendah dan daerah selatan dekat Jalur Gaza.
"Perlu garam 1 sendok, dicampur air biasa sekitar 125 cc," kata Hagy, sambil mencampurkan air dan garam di botol air mineral bekas dalam rilisnya, Sabtu (22/10).
Setelah larut, air lalu dimasukkan ke tabung lampu itu, yang berisi batang cell berbahan magnesium. Lalu dicobanya, dan klik, lampu LED bercahaya putih menyala.
"Lampu ini bisa hidup selama 8-10 jam. Setelah itu air lautnya diganti lagi," kata Hagy.
Lampu yang digunakan adalah LED 1,6 watt yang setara dengan lampu pijar 25 watt. Sementara batang magnesium diganti setiap 10 hari sekali, dengan harga sekitar Rp25 ribu.
Kata Hagy, pihaknya menghitung bahwa nelayan bisa melakukan banyak efisiensi. Bila memakai lampu petromaks berbahan bakar minyak tanah, bisa menghabiskan hingga Rp360 ribu untuk 30 hari melaut perlampu. Sementara ciptaannya hanya menghabiskan Rp75 ribu untuk batang magnesium perlampu, untuk 30 hari.
Istimewanya lagi, lampu buatannya sekaligus bisa dijadikan sebagai sumber energi untuk charger handphone. Kata Hagy, bagi nelayan tradisional yang tak biasa memiliki perangkat listrik di perahunya, lampu buatannya bisa menghadirkan banyak solusi.
"Ini bisa jadi cahaya di perahu untuk pengumpul ikan juga. Yang pasti, tak seperti energi berbasis fosil, ini ramah lingkungan karena tak adaresidu berbahaya," imbuh Hagy.
Ketua DPP PDIP bidang Kemaritiman, Rokhmin Dahuri, menyatakan bahwa lampu itu, merupakan salah satu hasil dari kelompok Gerakan Nelayan dan Tani Seluruh Indonesia. Dulu kelompok itu diresmikan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi.
"Salah satu produknya ya ini. Mudah-mudahan produk lain masih bisa kita keluarkan," kata Rokhmin.
Menurut informasi dari Hagy, pihaknya sedang mengembangkan mesin genset rumahan berbahan bakar air garam. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lampu LED, atau Light Emitting Diode, adalah jenis lampu yang menggunakan teknologi elektronik yang canggih dan efisien dalam menghasilkan cahaya.
Baca SelengkapnyaPenjual nasi goreng di Surabaya yang masih setia memasang petromaks di gerobaknya mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaProses Morono memerlukan kesabaran ekstra. Para nelayan harus menunggu ikan-ikan kecil berkumpul di sekitar cahaya lampu selama 2-3 jam.
Baca SelengkapnyaLight Emitting Diode (LED) adalah semikonduktor yang menghasilkan cahaya ketika dialiri arus listrik.
Baca SelengkapnyaUntuk setiap kapal nelayan yang sudah dikonversi akan dibekali dengan satu unit tabung baja.
Baca SelengkapnyaPeralihan ke energi listrik ini disinyalir lebih ekonomis dibanding menggunakan bahan bakar yang lama.
Baca SelengkapnyaGanjar mengatakan, saat ini Pemprov Jateng serius menggerakan penguatan nelayan kecil dengan berbagai fasilitas dan program.
Baca SelengkapnyaSaat ditemukan, artefak ini tersembunyi di dalam lumpur.
Baca SelengkapnyaUntuk saat ini turbin tidak bisa beroperasi karena terkendala kemarau
Baca SelengkapnyaTradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Baca SelengkapnyaPertamina Patra Niaga tercatat telah menyalurkan 115 ribu paket konverter kit untuk nelayan yang tersebar di seluruh penjuru tanah air.
Baca SelengkapnyaLentera itu berasal dari periode Bizantium atau abad ke-4 hingga ke-6 M.
Baca Selengkapnya