Pedagang pastikan Pasar Induk Cipinang bebas beras plastik
Merdeka.com - Sepekan terakhir, masyarakat dibuat resah karena peredaran beras berbahan plastik di Bekasi. Buat Anda Tri, pedagang di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, untungnya hal itu tak membuat omzet dagangannya menurun.
"Di pasar induk sini tidak ada penurunan. Tetapi sekarang lagi sepi karena akhir bulan selalu seperti ini," kata Anda, kepada merdeka.com di Pasar Induk Cipinang, Senin (25/5).
Pedagang yang telah berjualan sejak 1982 itu juga tidak percaya soal beras plastik yang beredar di Bekasi. Bagi dia harga biji plastik di pasar lumayan mahal sekitar Rp 30 ribu per kilogram dan itu belum termasuk ongkos produksi. Hal ini dianggap sesuatu yang tidak masuk akal.
-
Mengapa klaim tersebut diragukan? Dalam artikel juga tidak ditemukan adanya narasi yang menyebut Jokowi dan Listyo SIgit mencopot Polda Jabar karena membatalkan sidang tersangka Pegi.
-
Kenapa Jusuf Kalla menganggap harga alutsista bekas terlalu mahal? Murah sekali barang bekas itu sebetulnya, apalagi kalau sudah tua,' JK menilai yang dipermasalahkan ketika debat Pilpres 2024 terkait alutsista bekas karena harganya yang terlalu tinggi untuk mendapatkan pesawat berusia 25 tahun. Padahal harga tersebut, kata JK, sangat tidak layak mengingat teknologi yang didapatkan juga telah tertinggal jauh.
-
Kenapa harga beras masih mahal? Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium berada di kisaran Rp16.490,- per Kg. Harga beras terpantau masih mahal.
-
Kenapa klaim daun bungkus Papua sulit dibuktikan? Hingga saat ini, belum ada penelitian klinis berskala besar yang secara spesifik menguji efektivitas daun bungkus Papua dalam meningkatkan ukuran atau fungsi organ reproduksi pria.
-
Siapa yang prihatin dengan mahalnya beras? 'Pastinya, kami turut prihatin dan merasakan betul kegelisahan masyarakat, khususnya kalangan ibu-ibu, karena harga beras yang masih mahal. Apalagi, saat ini kita sedang Ramadhan, dan sebentar lagi akan memasuki Hari Raya Idul Fitri.
-
Kenapa beras mahal? Harga beras yang melambung tinggi memaksa warga antre panjang untuk membeli beras murah. Warga menilai pemerintah gagal menjaga pasokan bahan pangan yang berujung pada melonjaknya harga yang ditanggung oleh masyarakat.
Dia menyatakan isu beras palsu sebagai permainan politik sekelompok orang yang mencari untung. Kemungkinan, kata dia, ada motif persaingan, atau tidak sengaja tercampur karena kecerobohan anak buah.
"Harga biji plastik itu mahal karena mengikuti dollar. Saya sudah periksa dan dipastikan di pasar induk tak ada beras plastik. Kita sudah tahu yang mana asli atau tidak, kalau digigit patah itu asli," jelas Anda sambil melayani pembeli.
Selain Anda, pedagang beras lain seperti Kokim Tsang juga tidak merasakan adanya penurunan omzet dari usaha berasnya. Pedagang yang sebelumnya berjualan di Rawa Bening mengatakan penjualan beras dalam kondisi stabil.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jangan hanya minta maaf lalu selesai. Kasus Ini harus ditindaklanjuti secara hukum.
Baca SelengkapnyaKetua Perpadi Jakarta ini mengatakan penurunan harga mencapai Rp700-1.000 per kilogram di Cipinang.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meminta agar beras Bulog bisa masuk lagi ke Pasar Induk Cipinang.
Baca SelengkapnyaTemuannya, besi baja siku tersebut tidak sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Nomor Pendaftaran Barang (NPB).
Baca SelengkapnyaSkandal 'Mark Up' Harga Beras Impor Berpotensi Rugikan Devisa Negara hingga Rp8,5 Triliun
Baca SelengkapnyaBayu menegaskan tidak ada alasan bansos pangan menyebabkan stok beras di ritel modern menjadi lebih sulit.
Baca SelengkapnyaMenteri Perdagangan Zulkifli Hasan menilai harga cabai rawit sebesar Rp23.000 per kg di pasar Malangjiwan di Karanganyar, Jawa Tengah terlampau murah.
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaIndonesia masih mampu memenuhi kebutuhan bawang merah dalam negeri tanpa harus impor.
Baca Selengkapnya