Pejuang penembak pesawat penjajah hidup miskin di gubuk reyot
Merdeka.com - Kamiran (92), salah seorang mantan pejuang yang ikut membantu ayahnya saat masa penjajahan, kini hidup melarat dan tinggal di gubuk reyot.
Bukan hanya itu, kakek yang merupakan anggota PPM di masa itu saat ini dalam kondisi sakit stroke ringan dan hernia. Kini warga Banjar Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali ini hanya pasrah menjalani sisa hidupnya di dalam gubuk reyot miliknya.
"Maklum sudah tua, dulu saya memang pejuang membantu bapak melawan penjajah," ujarnya polos tanpa meratapi kondisinya saat ini, Kamis (2/7) di Jembrana.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan di Bali? Pongki menjelaskan bahwa keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan istrinya. 2 Sophie mengalami masalah kesehatan, namun setelah pindah ke Bali, kesehatannya sangat membaik dan kini sudah pulih sepenuhnya.
-
Apa yang dialami Kama? Batuk kering dan sesak napas dialami Kama, putra bungsu Zaskia Adya Mecca.
-
Siapa yang sedang sakit? Sule menyempatkan diri untuk menjenguk Adzam yang sedang sakit di tengah-tengah kesibukannya sebagai seorang publik figur.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan? Batuk kering dan sesak napas dialami Kama, putra bungsu Zaskia Adya Mecca.
-
Siapa yang sakit? Ibunda Nia Ramadhani, Chanty Mercia kini tengah terbaring di rumah sakit.
-
Siapa yang mengalami gangguan kesehatan? Dalam salinan DKPP, Pengadu (CAT) disebut mengalami gangguan kesehatan usai menjalani hubungan badan yang dipaksa oleh Teradu (Hasyim Asyari) dalam hal ini Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari.
Kariman mengaku, saat zaman penjajahan tergabung menjadi anggota PPM (Markas Daerah Resimen XXII Yudha Putra). Saat itu usianya masih belasan tahun, dia sering membrondong pesawat tempur NIKA.
"Ya waktu itu hanya prinsip yang kita perjuangan. Tertembak atau di tembak, tidak pernah terpikir ada sebuah kemerdekaan," kenangnya dengan nada terbata-bata.
Namun kini dia mengalami sakit stroke ringan dan hernia sehingga tidak bisa bekerja lagi. Jika sebelumnya dia jadi nelayan, sejak sakit, ayah 4 orang anak dan 11 cucu serta 3 cicit ini praktis tidak bisa bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dia hanya mengharapkan bantuan dari anak-anaknya.
Dari pengamatan gubuk Kariman, tampak sudah pada jebol dan tidak layak huni demikian juga kamar mandinya juga sudah disokong dengan bambu sehingga atapnya tidak roboh. Di dapurnya yang sudah hancur hanya tampak tungku usang dengan periuk dan penggorengan yang juga sudah usang dan berantakan.
Kariman sebenarnya orang yang cukup berjasa saat zaman penjajahan dulu, karena membantu ayahnya yang bernama Mas Agir (alm) juga seorang pejuang. Menurutnya, ayahnya saat penjajahan bertugas mengurus dan mengatur posisi tempur pasukan.
Kendati dia turut membantu berjuang, namun yang dimasukkan sebagai anggota veteran hanya ayahnya. Sayangnya begitu surat keputusannya turun ayahnya keburu meninggal. Kariman juga tidak mendapatkan santunan apa-apa, apalagi ketika istrinya meninggal juga tidak mendapatkan santunan.
Kini Kariman hanya bisa pasrah dengan kehidupan yang kini harus dijalaninya. Apalagi Kariman tidak bisa menulis, sehingga dia tidak bisa mengurus hak-hak yang harus diterimanya sebagai anggota PPM dan pejuang yang ikut berjuang saat masa penjajahan. Bahkan Kariman juga tidak termasuk KK miskin dan tidak masuk buku merah.
Menurut Kepala Dusun Munduk Bambang, Kariman tidak masuk KK miskin karena dianggap memiliki anak yang masih cukup mampu untuk memberi nafkah dirinya. Permohonan pendaftaran oleh anaknya untuk ayahnya juga tidak dilakukan. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di dalam rumah Pak Cecep, ada pohon beringin besar. Rumah ini sudah terbengkalai 20 tahun.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaBelum lama ini, sosok Pak Cecep viral karena tinggal sebatang kara di rumah tanpa listrik dan air. Begini kisahnya.
Baca SelengkapnyaWalaupun telah sembilan tahun berjuang dan ikut berbagai operasi penumpasan, namun Mbah Sarno belum bisa menyandang status sebagai seorang veteran
Baca SelengkapnyaUntuk mengobati rasa lapar, setiap hari sang kakek makan nasi dengan dicampur air.
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaWarga terdampak banjir rob di Demak hanya bisa pasrah dan bertahan di rumah.
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca Selengkapnya