Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pejuang penembak pesawat penjajah hidup miskin di gubuk reyot

Pejuang penembak pesawat penjajah hidup miskin di gubuk reyot Mantan pejuang Kamiran. ©2015 merdeka.com/gede nadi jaya

Merdeka.com - Kamiran (92), salah seorang mantan pejuang yang ikut membantu ayahnya saat masa penjajahan, kini hidup melarat dan tinggal di gubuk reyot.

Bukan hanya itu, kakek yang merupakan anggota PPM di masa itu saat ini dalam kondisi sakit stroke ringan dan hernia. Kini warga Banjar Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali ini hanya pasrah menjalani sisa hidupnya di dalam gubuk reyot miliknya.

"Maklum sudah tua, dulu saya memang pejuang membantu bapak melawan penjajah," ujarnya polos tanpa meratapi kondisinya saat ini, Kamis (2/7) di Jembrana.

Kariman mengaku, saat zaman penjajahan tergabung menjadi anggota PPM (Markas Daerah Resimen XXII Yudha Putra). Saat itu usianya masih belasan tahun, dia sering membrondong pesawat tempur NIKA.

"Ya waktu itu hanya prinsip yang kita perjuangan. Tertembak atau di tembak, tidak pernah terpikir ada sebuah kemerdekaan," kenangnya dengan nada terbata-bata.

Namun kini dia mengalami sakit stroke ringan dan hernia sehingga tidak bisa bekerja lagi. Jika sebelumnya dia jadi nelayan, sejak sakit, ayah 4 orang anak dan 11 cucu serta 3 cicit ini praktis tidak bisa bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dia hanya mengharapkan bantuan dari anak-anaknya.

Dari pengamatan gubuk Kariman, tampak sudah pada jebol dan tidak layak huni demikian juga kamar mandinya juga sudah disokong dengan bambu sehingga atapnya tidak roboh. Di dapurnya yang sudah hancur hanya tampak tungku usang dengan periuk dan penggorengan yang juga sudah usang dan berantakan.

Kariman sebenarnya orang yang cukup berjasa saat zaman penjajahan dulu, karena membantu ayahnya yang bernama Mas Agir (alm) juga seorang pejuang. Menurutnya, ayahnya saat penjajahan bertugas mengurus dan mengatur posisi tempur pasukan.

Kendati dia turut membantu berjuang, namun yang dimasukkan sebagai anggota veteran hanya ayahnya. Sayangnya begitu surat keputusannya turun ayahnya keburu meninggal. Kariman juga tidak mendapatkan santunan apa-apa, apalagi ketika istrinya meninggal juga tidak mendapatkan santunan.

Kini Kariman hanya bisa pasrah dengan kehidupan yang kini harus dijalaninya. Apalagi Kariman tidak bisa menulis, sehingga dia tidak bisa mengurus hak-hak yang harus diterimanya sebagai anggota PPM dan pejuang yang ikut berjuang saat masa penjajahan. Bahkan Kariman juga tidak termasuk KK miskin dan tidak masuk buku merah.

Menurut Kepala Dusun Munduk Bambang, Kariman tidak masuk KK miskin karena dianggap memiliki anak yang masih cukup mampu untuk memberi nafkah dirinya. Permohonan pendaftaran oleh anaknya untuk ayahnya juga tidak dilakukan. (mdk/hhw)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
20 Tahun Terbengkalai dan Tak Ada Listrik, Ini Potret Rumah Pak Cecep Insinyur ITB yang Hidup Sebatang Kara
20 Tahun Terbengkalai dan Tak Ada Listrik, Ini Potret Rumah Pak Cecep Insinyur ITB yang Hidup Sebatang Kara

Di dalam rumah Pak Cecep, ada pohon beringin besar. Rumah ini sudah terbengkalai 20 tahun.

Baca Selengkapnya
Kisah Mbah Marsiah, Nenek Berusia 75 Tahun Hidup Sebatang Kara di Kampung Terpencil Tanpa Listrik
Kisah Mbah Marsiah, Nenek Berusia 75 Tahun Hidup Sebatang Kara di Kampung Terpencil Tanpa Listrik

Walau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum

Baca Selengkapnya
Kisah Pilu Kakek Sanusi di Lebak yang Butuh Bantuan, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Tak Layak dan Alami Kelumpuhan
Kisah Pilu Kakek Sanusi di Lebak yang Butuh Bantuan, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Tak Layak dan Alami Kelumpuhan

Kakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.

Baca Selengkapnya
Melihat Kehidupan Warga di Kampung Tengah Pegunungan Kapur Wonogiri, Sepi karena Banyak yang Merantau
Melihat Kehidupan Warga di Kampung Tengah Pegunungan Kapur Wonogiri, Sepi karena Banyak yang Merantau

Saat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi

Baca Selengkapnya
Kisah Pak Cecep, Insinyur yang Hidup Sebatang Kara Usai Ditinggal Istri dan Anaknya
Kisah Pak Cecep, Insinyur yang Hidup Sebatang Kara Usai Ditinggal Istri dan Anaknya

Belum lama ini, sosok Pak Cecep viral karena tinggal sebatang kara di rumah tanpa listrik dan air. Begini kisahnya.

Baca Selengkapnya
Kisah Mbah Sarno, Mantan Pejuang Militer yang Hidup Sebatang Kara di Bekas Kandang Ayam
Kisah Mbah Sarno, Mantan Pejuang Militer yang Hidup Sebatang Kara di Bekas Kandang Ayam

Walaupun telah sembilan tahun berjuang dan ikut berbagai operasi penumpasan, namun Mbah Sarno belum bisa menyandang status sebagai seorang veteran

Baca Selengkapnya
Kisah Pilu Kakek 90 Tahun Makan Cuma Nasi Dicampur Air, Tinggal Sendiri Penghasilan Jualan Kerupuk Miris
Kisah Pilu Kakek 90 Tahun Makan Cuma Nasi Dicampur Air, Tinggal Sendiri Penghasilan Jualan Kerupuk Miris

Untuk mengobati rasa lapar, setiap hari sang kakek makan nasi dengan dicampur air.

Baca Selengkapnya
Kisah Kakek Berusia 110 Tahun Ini Viral, Penghasilan Rp16 Ribu per Hari Hidup Tanpa Listrik selama 20 Tahun
Kisah Kakek Berusia 110 Tahun Ini Viral, Penghasilan Rp16 Ribu per Hari Hidup Tanpa Listrik selama 20 Tahun

Warga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.

Baca Selengkapnya
Cerita Pilu Maskanah, Pasien Stroke di Tengah Banjir Rob Belum Dapat Bantuan Kesehatan
Cerita Pilu Maskanah, Pasien Stroke di Tengah Banjir Rob Belum Dapat Bantuan Kesehatan

Warga terdampak banjir rob di Demak hanya bisa pasrah dan bertahan di rumah.

Baca Selengkapnya
Tinggal di Gubuk Reyot Beratap Daun Selama 10 Tahun, Kakek Samudi di Lebak Hidup Sebatang Kara Setelah Istri Meninggal
Tinggal di Gubuk Reyot Beratap Daun Selama 10 Tahun, Kakek Samudi di Lebak Hidup Sebatang Kara Setelah Istri Meninggal

Untuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.

Baca Selengkapnya
Penghasilan Tak Cukup Buat Beli Nasi dan Lauk, Kakek Tini Makannya Cuma Parutan Kelapa buat Ganjal Perut yang Lapar
Penghasilan Tak Cukup Buat Beli Nasi dan Lauk, Kakek Tini Makannya Cuma Parutan Kelapa buat Ganjal Perut yang Lapar

Kakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.

Baca Selengkapnya