Pembangunan hotel di Palembang bikin jalan rusak dan drainase mampet
Merdeka.com - Pembangunan Hotel Ibis di Jalan Letkol Iskandar, Kelurahan 15 Ilir, Kecamatan Ilir Timur I, Palembang, diminta dihentikan. Pasalnya, proses pembangunan dikeluhkan warga karena merusak lingkungan sekitar.
Menurut warga, banyak persoalan lingkungan yang timbul akibat adanya pembangunan hotel itu. Di antaranya drainase mampet, pipa PDAM pecah yang berakibat warga kesulitan air bersih, jalan rusak, belum lagi mengganggu usaha warga setempat.
Yuliana (40) mengaku keberatan dengan pembangunan hotel yang berada dekat rumahnya itu. Dia terpaksa menutup indekos setelah penghuninya pergi karena terganggu aktivitas pembangunan.
-
Dimana contoh penerapan pembangunan yang mengabaikan lingkungan di Indonesia? Sebagai contoh, setiap tahun di negara kita diperkirakan terjadi penebangan hutan seluas 3.180.243 ha (atau seluas 50 kali luas kota Jakarta). Hal ini juga diikuti oleh punahnya flora dan fauna langka.
-
Apa saja hak warga yang terdampak pembangunan IKN? Hak-hak warga yang termasuk dijamin dalam peraturan presiden itu berupa tanah, bangunan dan tanaman tumbuh. Semua hak warga itu terakomodir untuk diberikan penggantian kerugian.
-
Kenapa Hotel Indonesia dibangun? Sukarno pun teringat bahwa dua tahun lagi (1962) Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games IV, sementara Ibu Kota belum memiliki bangunan yang layak untuk dibanggakan di hadapan para atlet se-Asia.
-
Kenapa pembangunan di Indonesia seringkali mengabaikan kelestarian alam? Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh praktik pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian alam, atau disebut pembangunan yang tidak berkelanjutan.
-
Mengapa pembangunan gedung tinggi dihentikan? Namun hal tersebut terhenti karena ada beberapa pertimbangan, kekhawatiran terhadap keselamatan dan kendala izin pemerintah setempat.
-
Kenapa Rumah Indosiar terbengkalai? Banyak dari dekorasi rumah seperti kaca, jendela dan pintu yang mengalami kerusakan karena sudah lama tidak pakai. Bagian jendela saja, kacanya sudah tidak ada dan tak sedikit juga yang pecah karena usia. Lalu langit-langitnya juga terpantau runtuh dan berlubang.
"Warung makan saya juga tutup karena di sekitar rumah kotor akibat proyek hotel itu. Anak-anak kos pindah semua karena mereka tidak tahan suara bising siang malam, susah istirahat," ungkap Yuliana kepada merdeka.com, Rabu (2/8).
Dia mengatakan pernah meminta kontaktor untuk mengatur waktu aktivitas dan mengganti rugi atas kerugian yang dialaminya. Namun, hingga saat ini tidak ada jawaban pasti dari kontraktor.
"Mereka bilang menunggu asuransi, tapi sampai kapan. Kami bukan tidak senang dengan adanya hotel ini, tapi setidaknya mempertimbangkan lingkungan, jangan asal," ujarnya.
Serupa diungkapkan Nurhadi (40). Menurutnya proses pengerjaan pembangunan hotel itu tidak mengenal waktu dan warga sekitar dianggap tidak ada. Sebab tidak ada izin sama sekali pada warga yang telah lama bermukim di tempat itu.
"Saluran air mampet akhirnya air masuk rumah, kalau lagi ngecor, eceran semen menimpa kendaraan yang sedang parkir," kata dia.
Pengelola Hotel Square yang berada di samping Hotel Ibis, Robert mengatakan, aktivitas intens karena semakin tinggi lantai yang akan dibangun semakin besar angin yang menggoyang tower crane. Apalagi jalan di samping pembangunan itu merupakan jalan umum.
"Tower crane itu kalau satu senti saja goyang, berarti kontruksi itu gagal," katanya.
Pembangunan hotel tersebut pernah ditinjau anggota DPRD Palembang dan Dinas Tenaga Kerja Kota Palembang. Tujuannya untuk mempertanyakan izin perusahaan, outsourcing, dan izin tower crane.
"Sudah pernah kita tinjau, Senin pekan depan kontraktor akan kita panggil," kata Ketua Komisi IV DPRD Palembang, Syahril Edi.
Kabid Hubungan Industrial Disnaker Palembang, Fahmi Fadillah mengungkapkan, bagi kontraktor yang menggunakan alat berat harus memiliki izin, baik operator maupun alat beratnya. Pihaknya akan mengecek dokumen pengerjaan dan SOP.
"Kita pertanyakan semua dokumen itu, walaupun kami kecewa karena belum bisa ditunjukkan," kata dia.
Saat dikonfirmasi, pengawas lapangan PT Thamrin Group, Renaldy, tidak bisa berkomentar banyak terkait persoalan yang dikeluhkan warga. Sebab, dia ditugaskan hanya sebagai pengawas.
"Pasti ada (dokumen), tidak mungkin perusahaan sebesar dan berpengalaman tidak kantongi legalitas," pungkasnya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengerukan tebing menjadi sorotan para netizen karena dianggap merusak lingkungan alam Bali.
Baca SelengkapnyaSebelumnya jalan ini digali untuk pemasangan pipa cukup besar milik proyek IPAL dari Sei Selayur hingga sekitaran kantor Wali Kota Palembang.
Baca SelengkapnyaViral Pengerukan Tebing Pecatu Diduga untuk Hotel, Sandiaga: Kemurnian Alam Bali Harus Dijaga!
Baca SelengkapnyaBuntut kejadian itu, pengembang perumahan Villa Rizki Insani bakal diperiksa polisi.
Baca SelengkapnyaHotel Sultan kini kembali menjadi hak milik negara.
Baca SelengkapnyaJika proyek pengerjaan lahan parkir minimarket dilanjutkan, setidaknya ada 14 pohon yang akan ditebang.
Baca SelengkapnyaMasyarakat sekitar Penajam Paser Utara memang tidak menunjukan penolakannya terhadap IKN Nusantara.
Baca SelengkapnyaKritik ini muncul setelah Nabilah menerima banyak keluhan warga di daerah pemilihannya di Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaMeskipun berdekatan langsung, kawasan elite PIK 2 dan desa-desa di sekitarnya dipisahkan dengan tembok beton yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaKeindahan alam dan budaya yang begitu kental membuat turis mancanegara betah berlama-lama liburan di Bali.
Baca SelengkapnyaBangunan sekolah hingga deretan rumah-rumah warga kini terpaksa kosong hingga mulai termakan usia.
Baca SelengkapnyaRumah warga dibongkar dalam proyek pembangunan jalan provinsi di IKN.
Baca Selengkapnya