Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pembangunan pabrik semen di Rembang memecah kekerabatan warga

Pembangunan pabrik semen di Rembang memecah kekerabatan warga Pembangunan pabrik semen di Rembang. ©2014 Merdeka.com/Parwito

Merdeka.com - Selain arus gelombang penolakan terus bergulir, dampak sosial terhadap proses pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah oleh PT Semen Indonesia sampai saat ini terus terjadi. Salah satunya pecahnya kekerabatan antara warga yang mendukung (pro) dan yang menolak (kontra) terkait pembangunan pabrik semen tersebut.

Pecahnya kekerabatan terjadi antara kubu pro dan kontra warga di lima desa ring satu yang akan dilakukan eksplorasi tambang semen secara besar-besaran tersebut. Jika dampak sosial ini terus terjadi, maka dikhawatirkan akan ada gejolak sosial yang besar di desa yang berada di sekitar wilayah hutan yang dikelola PT Perhutani di pegunungan Kendeng Utara ini.

Salah satu contoh dampak sosial yang memprihatinkan adalah terjadi fenomena yang mencerminkan bahwa budaya gotong-royong, kekeluargaan dan persaudaraan di sekitar desa sudah hilang. Ini benar-benar terjadi, tatkala ada warga Desa Timbrangan yang pro pembangunan semen yang meninggal dunia, warga lainnya yang kontra enggan dan menolak untuk ikut menyalatkan warga pro tersebut.

"Ada salah satu mudin (tokoh agama) bercerita pada kami. Salah satu warga pro, meninggal yang kontra tidak mau ikut mensholati jenazah warga tersebut. Sebetulnya kami sangat tidak menyukai dan menginginkan hal itu. Ini masalah setuju dan tidak setuju kenapa kekerabatan pecah," kata Pimpinan Proyek (Pimpro) PT Semen Indonesia, Heru Indra Wijayanto, kepada wartawan saat berkunjung ke lokasi pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah, Minggu (30/11).

Sebagaimana diketahui, di ring satu pabrik PT Semen Indonesia dibangun, ada sebanyak lima desa yang tersebar di sekitar wilayah calon pabrik semen tahap pertama berdiri. Sebanyak 100 persen di tiga desa mendukung dan dua desa lainnya menyatakan menolak terhadap pembangunan pabrik semen di Rembang, yakni Desa Timbrangan dan Desa Tegal Dowo.

"Desa Timbrangan, secara dampak sangat jauh tapi justru paling militan menolak. Mulai kepala desa sampai perangkat desanya semuanya menolak semua. Yang terjadi itu di dua desa tersebut," paparnya.

Dari pantauan merdeka.com, di dua desa tersebut, Desa Timbrangan dan Desa Tegaldowo, suasana desa yang seharusnya riuh dengan penuh kegotongroyongan kini menjadi sepi. Beberapa penduduk desa usai bercocok tanam atau menggembala ternaknya langsung masuk ke rumah dan hanya duduk-duduk di depan teras rumahnya masing-masing.

Bahkan di Desa Timbrangan, salah satu pusat mata air yang dibangun oleh pihak pemerintah desa dengan membatasi tembok, tertulis pernyataan keras bahwa desa Timbrangan benar-benar secara militan menolak keras upaya pembangunan pabrik semen oleh pemerintah. Di tembok segi empat dengan panjang sisi masing-masing 5 meter tertulis dengan cat berwarna merah, "Pabrik Semen Dibangun, Rakyat Akan Mati".

Sementara itu, di Desa Tegal Dowo, sebanyak 90 persen tanah hunian warga yang rata-rata awalnya seharga di bawah Rp 25 ribu per meter ini sudah berhasil terbeli oleh PT Semen Indonesia kini. Tanah yang rata-rata berkontur padas dan kapur ini menjadi rata-rata per meter mencapai Rp 60 ribu per meter. Meski sudah terbeli, sikap masyarakat pun menolak menyerahkan tanah yang sampai saat ini masih digunakan mereka bercocok tanam.

"Lucunya, evaluasi di Tegal Dowo, 90 persen tanah mereka yang sudah dibeli, menolak. Ternyata ada oknum dan lembaga berikan penjelasan proyek semen batal, mereka akan gunakan tanah seluas-luasnya. Padahal tanah meski sudah kita beli, kita akan berikan kesempatan mereka untuk menanami dan akan kami beri kompensasi hasil panen mereka bisa dinikmati," tuturnya.

Meski dampak sosial itu terus terjadi, pihak PT Semen Indonesia masih terus berupaya melakukan pendekatan-pendekatan terhadap masyarakat. "Kami melakukan pendekatan masyarakat dari berbagai jalan. Bagaimana melakukan program CSR di ring satu, ring dua dan ring tiga dari lokasi pabrik semen dibangun," jelasnya.

Selain itu juga melakukan perekrutan pekerja dari warga desa sekitar pabrik dibangun. Meski rata-rata tingkat pendidikan para penduduk desa sangat rendah, PT Semen Indonesia tetap memberikan kompensasi terkait kapasitas dan kemampuan dalam bekerja.

"Kami gunakan tenaga kerja non skill dari warga ring satu. Para kontraktor kami paksa untuk gunakan tenaga kerja dari warga desa ring satu. Kondisi level ekonomi mereka masih kurang sehingga bagi kami yang diperlukan mereka adalah pekerjaan. Sebab, dengan berdirinya pabrik semen akan dibutuhkan tenaga kerja 3.800 baik skill maupun non skill," ungkapnya.

"Kita mengajak para entrepreneur yang punya PT/CV untuk pekerjaan-pekerjaan di Rembang. Sama dengan yang kami lakukan di Tuban. Tidak ada satu pun policy lakukan diskriminasi pada yang pihak bekerja," paparnya lagi.

PT Semen Indonesia mengakui kesulitan dan banyak kendala pada saat proses perekrutan warga untuk bekerja. Sebabnya, rata-rata mereka tidak memiliki pendidikan yang cukup memadai. Bahkan, sangat banyak warga yang dalam kondisi putus sekolah.

"Masyarakat di situ banyak yang putus sekolah, bukan karena tidak mampu tapi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tidak ada kemauan. Misalnya, lulus SMP menikah atau mereka memilih cari duit. Makanya kami melakukan beberapa program-program pendidikan kejar paket," ujarnya.

Dengan melakukan program kejar paket ini, diharapkan warga sekitar pembangunan pabrik semen bisa dilibatkan dalam pekerjaan proyek penambangan semen di Rembang.

"Ke depan, ada upaya dengan melakukan kejar paket, saat pembentukan 68 orang untuk tenaga sekuriti atau keamanan. Meski hanya ada lima pemuda berijazah SMA. Khusus di Rembang, lulusan SD pun kami memberikan kompensasi untuk bisa masuk sebagai sekuriti. Padahal untuk yang lain tidak mungkin lulusan SD jadi Satpam. Sampai-sampai di Polres Rembang mengungkapkan baru kali ini, Garda Pratama untuk pendidikan satpam berijazah SD," kata Heru menutup perbincangan.

(mdk/gib)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Menyusuri Desa-Desa Terimpit Pembangunan PIK 2
FOTO: Menyusuri Desa-Desa Terimpit Pembangunan PIK 2

Meskipun berdekatan langsung, kawasan elite PIK 2 dan desa-desa di sekitarnya dipisahkan dengan tembok beton yang cukup tinggi.

Baca Selengkapnya
Protes Ada Tambang Pasir, Warga Sekampung di Lumajang Cor Jalan
Protes Ada Tambang Pasir, Warga Sekampung di Lumajang Cor Jalan

Budi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir

Baca Selengkapnya
Kini Dibuatkan Prasasti, Begini Fakta Sejarah Bedol Desa Warga Terdampak Pembangunan Waduk Sermo Kulon Progo
Kini Dibuatkan Prasasti, Begini Fakta Sejarah Bedol Desa Warga Terdampak Pembangunan Waduk Sermo Kulon Progo

Ribuan warga asli melakukan transmigrasi demi pembangunan Waduk Sermo

Baca Selengkapnya
Sekejap Keindahan Pulau Rempang Berubah Jeritan dan Air Mata
Sekejap Keindahan Pulau Rempang Berubah Jeritan dan Air Mata

Buntut warga Pulau Rempang bentrok dengan polisi, sejumlah orang jadi tersangka.

Baca Selengkapnya
Kronologi Bentrok di Rempang, Berawal dari Rusak Spanduk Lalu Warga Sandera Karyawan PT MEG
Kronologi Bentrok di Rempang, Berawal dari Rusak Spanduk Lalu Warga Sandera Karyawan PT MEG

Konflik itu disebabkan adanya penyanderaan salah seorang karyawan perusahaan.

Baca Selengkapnya
Proyek Pabrik Semen di Jawilan Digeruduk Emak-emak, Diduga Sebabkan Rumah Warga Roboh
Proyek Pabrik Semen di Jawilan Digeruduk Emak-emak, Diduga Sebabkan Rumah Warga Roboh

Karena tidak terima, emak-emak sekitar langsung menggeruduk pabrik tersebut.

Baca Selengkapnya
Penjelasan Kapolri Sigit soal Bentrok TNI-Polri dengan Warga Rempang Batam Sampai Tembak Gas Air Mata
Penjelasan Kapolri Sigit soal Bentrok TNI-Polri dengan Warga Rempang Batam Sampai Tembak Gas Air Mata

Sigit mengimbau dalam menyelesaikan masalah ini pihaknya juga akan mendorong adanya musyawarah. Sehingga kejadian bentrokan, seperti hari ini bisa dicegah.

Baca Selengkapnya
Kapolri Beberkan Kronologi Bentrok Warga dan Aparat di Pulau Rempang, Janji Proses Relokasi Dilakukan Persuasif
Kapolri Beberkan Kronologi Bentrok Warga dan Aparat di Pulau Rempang, Janji Proses Relokasi Dilakukan Persuasif

Ada komunikasi tidak berjalan baik antara aparat mengawal proses relokasi dengan warga yang menolak pembangunan Proyek Rempang Eco City.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Proyek Besar di Pulau Rempang yang Diprotes Warga dan Picu Konflik
Ternyata Ini Proyek Besar di Pulau Rempang yang Diprotes Warga dan Picu Konflik

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, konflik antara aparat keamanan dan warga Rempang seharusnya tidak terjadi.

Baca Selengkapnya
Pengadaan Lahan Belum Tuntas, Proyek Rempang Eco City Belum Bisa Jalan
Pengadaan Lahan Belum Tuntas, Proyek Rempang Eco City Belum Bisa Jalan

Warga asli Pulau Rempang menolak keras relokasi dan penggusuran rumah yang sudah mereka tinggali.

Baca Selengkapnya
Cerita Petani Kendeng dan Dilema yang Dihadapi, Sering Kena Apes Walau Sudah Gelar Sedekah Bumi
Cerita Petani Kendeng dan Dilema yang Dihadapi, Sering Kena Apes Walau Sudah Gelar Sedekah Bumi

Berbagai tantangan mereka hadapi, mulai dari proyek penambangan hingga serangan hama tikus

Baca Selengkapnya
Bentrok Warga Rempang dengan PT MEG Disebabkan Lahan, Ini Penjelasan Polisi
Bentrok Warga Rempang dengan PT MEG Disebabkan Lahan, Ini Penjelasan Polisi

Bentrokan kembali terjadi antara warga Rempang, Kepulauan Riau, dengan PT Makmur Elok Graha (MEG).

Baca Selengkapnya