Pembangunan pabrik semen di Rembang memecah kekerabatan warga
Merdeka.com - Selain arus gelombang penolakan terus bergulir, dampak sosial terhadap proses pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah oleh PT Semen Indonesia sampai saat ini terus terjadi. Salah satunya pecahnya kekerabatan antara warga yang mendukung (pro) dan yang menolak (kontra) terkait pembangunan pabrik semen tersebut.
Pecahnya kekerabatan terjadi antara kubu pro dan kontra warga di lima desa ring satu yang akan dilakukan eksplorasi tambang semen secara besar-besaran tersebut. Jika dampak sosial ini terus terjadi, maka dikhawatirkan akan ada gejolak sosial yang besar di desa yang berada di sekitar wilayah hutan yang dikelola PT Perhutani di pegunungan Kendeng Utara ini.
Salah satu contoh dampak sosial yang memprihatinkan adalah terjadi fenomena yang mencerminkan bahwa budaya gotong-royong, kekeluargaan dan persaudaraan di sekitar desa sudah hilang. Ini benar-benar terjadi, tatkala ada warga Desa Timbrangan yang pro pembangunan semen yang meninggal dunia, warga lainnya yang kontra enggan dan menolak untuk ikut menyalatkan warga pro tersebut.
-
Mengapa petani Kendeng menolak pabrik semen? Untuk menolak pembangunan itu, pada tahun 2016 dan 2017 lalu mereka melakukan aksi cor kaki. Mereka memprotes pembangunan pabrik tersebut karena dibangun di wilayah karst yang berfungsi untuk menyerap air. Selain itu Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan pihak terkait dinilai tidak transparan.
-
Dimana pabrik semen di Kaltim dibangun? Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Isran Noor meresmikan pabrik semen milik PT Kobexindo Cement di Desa Selangkau Kecamatan Kaliorang Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
-
Kenapa Pabrik Kesono memilih Desa Kesono? Keluarga Bin Martak sengaja memilih Desa Kesono sebagai lokasi pendirian pabrik tenun karena berdekatan dengan salah satu sumber air terbaik pada zaman Hindia Belanda.
-
Mengapa pembangunan pabrik semen di Kaltim penting? Isran menjelaskan, peresmian pabrik semen ini menandai perkembangan industri hilir di Kalimantan Timur.
-
Siapa yang berinvestasi dalam pembangunan pabrik semen di Kaltim? Pembangunan pabrik semen di Kutim, adalah hasil investasi Hongshi Holding dari Tiongkok yang bekerja sama dengan PT.Kobexindo Cement.
-
Bagaimana pabrik semen di Kaltim diproyeksikan untuk meningkatkan ekonomi daerah? Kolaborasi ini, kata dia, tidak hanya membawa manfaat ekonomi. Tetapi juga akan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas infrastruktur, serta membuka peluang bagi pengembangan komoditas lain di sekitar pabrik.
"Ada salah satu mudin (tokoh agama) bercerita pada kami. Salah satu warga pro, meninggal yang kontra tidak mau ikut mensholati jenazah warga tersebut. Sebetulnya kami sangat tidak menyukai dan menginginkan hal itu. Ini masalah setuju dan tidak setuju kenapa kekerabatan pecah," kata Pimpinan Proyek (Pimpro) PT Semen Indonesia, Heru Indra Wijayanto, kepada wartawan saat berkunjung ke lokasi pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah, Minggu (30/11).
Sebagaimana diketahui, di ring satu pabrik PT Semen Indonesia dibangun, ada sebanyak lima desa yang tersebar di sekitar wilayah calon pabrik semen tahap pertama berdiri. Sebanyak 100 persen di tiga desa mendukung dan dua desa lainnya menyatakan menolak terhadap pembangunan pabrik semen di Rembang, yakni Desa Timbrangan dan Desa Tegal Dowo.
"Desa Timbrangan, secara dampak sangat jauh tapi justru paling militan menolak. Mulai kepala desa sampai perangkat desanya semuanya menolak semua. Yang terjadi itu di dua desa tersebut," paparnya.
Dari pantauan merdeka.com, di dua desa tersebut, Desa Timbrangan dan Desa Tegaldowo, suasana desa yang seharusnya riuh dengan penuh kegotongroyongan kini menjadi sepi. Beberapa penduduk desa usai bercocok tanam atau menggembala ternaknya langsung masuk ke rumah dan hanya duduk-duduk di depan teras rumahnya masing-masing.
Bahkan di Desa Timbrangan, salah satu pusat mata air yang dibangun oleh pihak pemerintah desa dengan membatasi tembok, tertulis pernyataan keras bahwa desa Timbrangan benar-benar secara militan menolak keras upaya pembangunan pabrik semen oleh pemerintah. Di tembok segi empat dengan panjang sisi masing-masing 5 meter tertulis dengan cat berwarna merah, "Pabrik Semen Dibangun, Rakyat Akan Mati".
Sementara itu, di Desa Tegal Dowo, sebanyak 90 persen tanah hunian warga yang rata-rata awalnya seharga di bawah Rp 25 ribu per meter ini sudah berhasil terbeli oleh PT Semen Indonesia kini. Tanah yang rata-rata berkontur padas dan kapur ini menjadi rata-rata per meter mencapai Rp 60 ribu per meter. Meski sudah terbeli, sikap masyarakat pun menolak menyerahkan tanah yang sampai saat ini masih digunakan mereka bercocok tanam.
"Lucunya, evaluasi di Tegal Dowo, 90 persen tanah mereka yang sudah dibeli, menolak. Ternyata ada oknum dan lembaga berikan penjelasan proyek semen batal, mereka akan gunakan tanah seluas-luasnya. Padahal tanah meski sudah kita beli, kita akan berikan kesempatan mereka untuk menanami dan akan kami beri kompensasi hasil panen mereka bisa dinikmati," tuturnya.
Meski dampak sosial itu terus terjadi, pihak PT Semen Indonesia masih terus berupaya melakukan pendekatan-pendekatan terhadap masyarakat. "Kami melakukan pendekatan masyarakat dari berbagai jalan. Bagaimana melakukan program CSR di ring satu, ring dua dan ring tiga dari lokasi pabrik semen dibangun," jelasnya.
Selain itu juga melakukan perekrutan pekerja dari warga desa sekitar pabrik dibangun. Meski rata-rata tingkat pendidikan para penduduk desa sangat rendah, PT Semen Indonesia tetap memberikan kompensasi terkait kapasitas dan kemampuan dalam bekerja.
"Kami gunakan tenaga kerja non skill dari warga ring satu. Para kontraktor kami paksa untuk gunakan tenaga kerja dari warga desa ring satu. Kondisi level ekonomi mereka masih kurang sehingga bagi kami yang diperlukan mereka adalah pekerjaan. Sebab, dengan berdirinya pabrik semen akan dibutuhkan tenaga kerja 3.800 baik skill maupun non skill," ungkapnya.
"Kita mengajak para entrepreneur yang punya PT/CV untuk pekerjaan-pekerjaan di Rembang. Sama dengan yang kami lakukan di Tuban. Tidak ada satu pun policy lakukan diskriminasi pada yang pihak bekerja," paparnya lagi.
PT Semen Indonesia mengakui kesulitan dan banyak kendala pada saat proses perekrutan warga untuk bekerja. Sebabnya, rata-rata mereka tidak memiliki pendidikan yang cukup memadai. Bahkan, sangat banyak warga yang dalam kondisi putus sekolah.
"Masyarakat di situ banyak yang putus sekolah, bukan karena tidak mampu tapi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tidak ada kemauan. Misalnya, lulus SMP menikah atau mereka memilih cari duit. Makanya kami melakukan beberapa program-program pendidikan kejar paket," ujarnya.
Dengan melakukan program kejar paket ini, diharapkan warga sekitar pembangunan pabrik semen bisa dilibatkan dalam pekerjaan proyek penambangan semen di Rembang.
"Ke depan, ada upaya dengan melakukan kejar paket, saat pembentukan 68 orang untuk tenaga sekuriti atau keamanan. Meski hanya ada lima pemuda berijazah SMA. Khusus di Rembang, lulusan SD pun kami memberikan kompensasi untuk bisa masuk sebagai sekuriti. Padahal untuk yang lain tidak mungkin lulusan SD jadi Satpam. Sampai-sampai di Polres Rembang mengungkapkan baru kali ini, Garda Pratama untuk pendidikan satpam berijazah SD," kata Heru menutup perbincangan.
(mdk/gib)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meskipun berdekatan langsung, kawasan elite PIK 2 dan desa-desa di sekitarnya dipisahkan dengan tembok beton yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaRibuan warga asli melakukan transmigrasi demi pembangunan Waduk Sermo
Baca SelengkapnyaBuntut warga Pulau Rempang bentrok dengan polisi, sejumlah orang jadi tersangka.
Baca SelengkapnyaKonflik itu disebabkan adanya penyanderaan salah seorang karyawan perusahaan.
Baca SelengkapnyaKarena tidak terima, emak-emak sekitar langsung menggeruduk pabrik tersebut.
Baca SelengkapnyaSigit mengimbau dalam menyelesaikan masalah ini pihaknya juga akan mendorong adanya musyawarah. Sehingga kejadian bentrokan, seperti hari ini bisa dicegah.
Baca SelengkapnyaAda komunikasi tidak berjalan baik antara aparat mengawal proses relokasi dengan warga yang menolak pembangunan Proyek Rempang Eco City.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, konflik antara aparat keamanan dan warga Rempang seharusnya tidak terjadi.
Baca SelengkapnyaWarga asli Pulau Rempang menolak keras relokasi dan penggusuran rumah yang sudah mereka tinggali.
Baca SelengkapnyaBerbagai tantangan mereka hadapi, mulai dari proyek penambangan hingga serangan hama tikus
Baca SelengkapnyaBentrokan kembali terjadi antara warga Rempang, Kepulauan Riau, dengan PT Makmur Elok Graha (MEG).
Baca Selengkapnya