Pembubaran bedah buku Tan Malaka bukti 'hantu' Orba masih ada
Merdeka.com - Sejarawan Institut Sejarah Sosial Indonesia Hilmar Farid mengecam tindakan sekelompok orang yang membubarkan acara bedah buku berjudul "Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia" Jilid IV, karya Harry A. Poeze di Surabaya pada Jumat (7/2) kemarin.
"Itu (pembubaran,red) tindakan aneh dan tidak ada relevansinya karena diskusi itu mengenalkan tokoh sejarah lalu dihambat dengan alasan yang sama digunakan Orde Baru," kata Hilmar Farid di Jakarta, seperti dikutip Antara, Sabtu (8/2).
Hilmar Farid atau Fay mengatakan tindakan pembubaran itu mencerminkan "hantu" Orde Baru masih berkeliaran mengancam kebebasan berekspresi masyarakat Indonesia.
-
Apa yang membuat burung hantu simbol menakutkan? Burung hantu, seperti kelelawar, merupakan hewan yang aktif di malam hari. Dalam mitologi Romawi, burung ini dianggap sebagai simbol pertanda buruk yang dikenal suka mengkonsumsi daging dan darah manusia, menurut Federasi Satwa Liar Nasional.
-
Bagaimana hantu mempengaruhi manusia? Hantu, kejadian angker, dan hal-hal paranormal muncul dimana-mana, baik dalam film, gim video, podcast, dan lainnya. Penggunakan platform media sosial seperti Facebook atau Tiktok pasti pernah melihat atau mendengar kejadian angker yang tertangkap kamera.
-
Apa arti burung hantu dalam kepercayaan Jawa? Dalam tradisi masyarakat Jawa, burung hantu sering kali dianggap sebagai lambang spiritualitas dan koneksi dengan alam gaib.
-
Dimana rumah burung hantu disebar? Wilayah-wilayah yang menjadi fokus penyebaran burung hantu demi mengendalikan hama tikus ada di beberapa titik. Pertama rumah burung hantu akan dibangun di Kecamatan Cibatu (perbatasan Subang), Kecamatan Campaka, dan Kecamatan Bungursari (perbatasan Karawang).
-
Kenapa burung hantu dikaitkan dengan kematian? Mitos burung hantu juga sering dianggap sebagai simbol kematian dalam beberapa budaya. Mereka dikaitkan dengan dunia roh dan dianggap sebagai perantara antara dunia manusia dan dunia yang tidak terlihat. Di beberapa keyakinan, jika seseorang melihat atau mendengar burung hantu di dekat kuburan atau tempat pemakaman, itu dianggap sebagai pertanda akan ada kematian di dalam keluarga atau komunitas tersebut.
-
Apa yang membuat orang takut hantu? Otak kita pun selalu terprogram untuk waspada terhadap berbagai bahaya. Akibatnya, kita cenderung memiliki bias kognitif yang membuat kita mencari penjelasan atas kejadian yang tidak Terduga. Seperti yang dijelaskan French, salah satu bias tersebut adalah anggapan bahwa setiap peristiwa pasti disebabkan oleh sesuatu atau seseorang yang memiliki niat tertentu pada kita.
Menurut dia, tindakan itu membawa masyarakat Indonesia mundur dalam perjalanan bangsa yang saat ini sudah masuk dalam era demokrasi.
"Kebebasan sudah dimiliki masyarakat dan itu identik dengan kedewasaan bangsa menghadapi perselisihan dan perbedaan pendapat yang bisa diselesaikan dalam ruang diskusi," katanya.
Fay menjelaskan tindakan pembubaran dan pelarangan diskusi mengenai Tan Malaka sangat tidak relevan karena yang bersangkutan adalah tokoh bangsa dan pahlawan nasional.
Dia melihat sosok Tan Malaka sebagai tokoh yang ikut mendirikan Republik Indonesia dan diskusi itu ingin melihat kembali sejarah yang selama ini didistorsi oleh rezim Orba.
"Ada keinginan untuk melihat kembali sejarah namun dihalang-halangi. Berbagai capaian demokrasi mau dianulir dengan sikap-sikap seperti itu," ujarnya.
Dia menilai apabila alasan pembubaran itu disebabkan kekhawatiran penyebaran ideologi komunisme-marxisme maka hal tersebut tidak masuk akal. Menurut dia, ideologi tersebut sudah dapat dipelajari melalui media internet, bukan hanya terbatas di dalam acara diskusi.
"Marxisme saat ini sudah bisa dibaca di internet dan tidak perlu dari diskusi (untuk mempelajarinya). Apabila masalahnya terjadi kekhawatiran itu (penyebaran ideologi marxisme-komunisme) lalu bagaimana mereka membatasi informasi," katanya.
Menurut dia, perkembangan pemikiran pada abad ke-21 sudah semakin maju sehingga tindakan pembubaran itu hanya ingin menarik sejarah ke era perang dingin.
Acara diskusi dan bedah buku "Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia" Jilid IV dijadwalkan berlangsung di Perpustakaan C2O, Surabaya pada Jumat (7/2) malam dengan mendatangkan penulis buku itu yang berasal dari Belanda, Harry A. Poeze.
Namun acara itu dibatalkan karena pihak kepolisian tidak memberikan izin karena alasan keamanan. Polisi khawatir ada pembubaran paksa oleh kelompok tertentu.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah pers diberedel pada masa Orde Baru karena mengkritik pemerintah.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan mengungkap masih ada masalah kebebasan berekspresi di Indonesia hari ini.
Baca SelengkapnyaSebanyak 2.000 tengkorak dan 1.000 nisa kuburan ditampilkan secara dramatis.
Baca SelengkapnyaHendro pun mengkritisi pihak-pihak yang bermoral rendah.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Fadli Zon menilai masalah orde baru sudah selesai.
Baca SelengkapnyaBuku diterbitkan bertepatan gerakan melawan lupa 17 tahun aksi Kamisan terhadap 13 korban aktivis 97-98
Baca SelengkapnyaOrba tidak merasa puas memakamkan Bung Karno di Blitar untuk menjauhkan rakyat.
Baca SelengkapnyaMasyarakat dan Pemerintah diharapkan memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap gerakan kelompok terlarang.
Baca SelengkapnyaDalam konteks HAM, yang menjadi pijakan dijelaskannya yakni yang pertama memori kolektif korban dan kedua adanya kesamaan kronologis peristiwa.
Baca SelengkapnyaSetiap tahunnya, warga harus memberi tumbal kepala kerbau ke tempat itu
Baca SelengkapnyaBuya Hamka merupakan seorang ulama, aktivis politik, dan sastrawan.
Baca SelengkapnyaMiliter ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.
Baca Selengkapnya