Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pembubaran bedah buku Tan Malaka bukti 'hantu' Orba masih ada

Pembubaran bedah buku Tan Malaka bukti 'hantu' Orba masih ada Tan Malaka. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Sejarawan Institut Sejarah Sosial Indonesia Hilmar Farid mengecam tindakan sekelompok orang yang membubarkan acara bedah buku berjudul "Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia" Jilid IV, karya Harry A. Poeze di Surabaya pada Jumat (7/2) kemarin.

"Itu (pembubaran,red) tindakan aneh dan tidak ada relevansinya karena diskusi itu mengenalkan tokoh sejarah lalu dihambat dengan alasan yang sama digunakan Orde Baru," kata Hilmar Farid di Jakarta, seperti dikutip Antara, Sabtu (8/2).

Hilmar Farid atau Fay mengatakan tindakan pembubaran itu mencerminkan "hantu" Orde Baru masih berkeliaran mengancam kebebasan berekspresi masyarakat Indonesia.

Orang lain juga bertanya?

Menurut dia, tindakan itu membawa masyarakat Indonesia mundur dalam perjalanan bangsa yang saat ini sudah masuk dalam era demokrasi.

"Kebebasan sudah dimiliki masyarakat dan itu identik dengan kedewasaan bangsa menghadapi perselisihan dan perbedaan pendapat yang bisa diselesaikan dalam ruang diskusi," katanya.

Fay menjelaskan tindakan pembubaran dan pelarangan diskusi mengenai Tan Malaka sangat tidak relevan karena yang bersangkutan adalah tokoh bangsa dan pahlawan nasional.

Dia melihat sosok Tan Malaka sebagai tokoh yang ikut mendirikan Republik Indonesia dan diskusi itu ingin melihat kembali sejarah yang selama ini didistorsi oleh rezim Orba.

"Ada keinginan untuk melihat kembali sejarah namun dihalang-halangi. Berbagai capaian demokrasi mau dianulir dengan sikap-sikap seperti itu," ujarnya.

Dia menilai apabila alasan pembubaran itu disebabkan kekhawatiran penyebaran ideologi komunisme-marxisme maka hal tersebut tidak masuk akal. Menurut dia, ideologi tersebut sudah dapat dipelajari melalui media internet, bukan hanya terbatas di dalam acara diskusi.

"Marxisme saat ini sudah bisa dibaca di internet dan tidak perlu dari diskusi (untuk mempelajarinya). Apabila masalahnya terjadi kekhawatiran itu (penyebaran ideologi marxisme-komunisme) lalu bagaimana mereka membatasi informasi," katanya.

Menurut dia, perkembangan pemikiran pada abad ke-21 sudah semakin maju sehingga tindakan pembubaran itu hanya ingin menarik sejarah ke era perang dingin.

Acara diskusi dan bedah buku "Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia" Jilid IV dijadwalkan berlangsung di Perpustakaan C2O, Surabaya pada Jumat (7/2) malam dengan mendatangkan penulis buku itu yang berasal dari Belanda, Harry A. Poeze.

Namun acara itu dibatalkan karena pihak kepolisian tidak memberikan izin karena alasan keamanan. Polisi khawatir ada pembubaran paksa oleh kelompok tertentu.

(mdk/war)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Pers Diberedel Habis pada Masa Soeharto
Kisah Pers Diberedel Habis pada Masa Soeharto

Sejumlah pers diberedel pada masa Orde Baru karena mengkritik pemerintah.

Baca Selengkapnya
Anies Bicara Rezim Otoriter: Rasa Takut Hilang, Rezim Tumbang
Anies Bicara Rezim Otoriter: Rasa Takut Hilang, Rezim Tumbang

Anies Baswedan mengungkap masih ada masalah kebebasan berekspresi di Indonesia hari ini.

Baca Selengkapnya
FOTO: Napak Tilas Pelanggaran HAM Orde Baru, Ribuan Tengkorak dan Nisan Bertebaran di Peringatan 26 Tahun Reformasi
FOTO: Napak Tilas Pelanggaran HAM Orde Baru, Ribuan Tengkorak dan Nisan Bertebaran di Peringatan 26 Tahun Reformasi

Sebanyak 2.000 tengkorak dan 1.000 nisa kuburan ditampilkan secara dramatis.

Baca Selengkapnya
Hendropriyono soal Ketakutan Orde Baru: Itu Sejarah, Sudah Lewat
Hendropriyono soal Ketakutan Orde Baru: Itu Sejarah, Sudah Lewat

Hendro pun mengkritisi pihak-pihak yang bermoral rendah.

Baca Selengkapnya
Fadli Zon: Orde Baru Bagian Sejarah Indonesia yang Tidak Perlu lagi Diungkit-ungkit
Fadli Zon: Orde Baru Bagian Sejarah Indonesia yang Tidak Perlu lagi Diungkit-ungkit

Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Fadli Zon menilai masalah orde baru sudah selesai.

Baca Selengkapnya
Imparsial Terbitkan Buku 'Penculikan Bukan Untuk Diputihkan', Ceritakan Jejak Kasus Aktivis Orba Hilang Tergerus Zaman
Imparsial Terbitkan Buku 'Penculikan Bukan Untuk Diputihkan', Ceritakan Jejak Kasus Aktivis Orba Hilang Tergerus Zaman

Buku diterbitkan bertepatan gerakan melawan lupa 17 tahun aksi Kamisan terhadap 13 korban aktivis 97-98

Baca Selengkapnya
PDIP: Soeharto Ketakukan Kalau Bung Karno Dimakamkan Dekat Jakarta
PDIP: Soeharto Ketakukan Kalau Bung Karno Dimakamkan Dekat Jakarta

Orba tidak merasa puas memakamkan Bung Karno di Blitar untuk menjauhkan rakyat.

Baca Selengkapnya
Waspadai Gerakan Kelompok Terlarang, Buat Kegiatan Tarik Generasi Muda
Waspadai Gerakan Kelompok Terlarang, Buat Kegiatan Tarik Generasi Muda

Masyarakat dan Pemerintah diharapkan memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap gerakan kelompok terlarang.

Baca Selengkapnya
Imparsial Terbitkan Buku 'Penculikan Bukan Untuk Diputihkan', Ada Cerita Istri Mendiang Munir
Imparsial Terbitkan Buku 'Penculikan Bukan Untuk Diputihkan', Ada Cerita Istri Mendiang Munir

Dalam konteks HAM, yang menjadi pijakan dijelaskannya yakni yang pertama memori kolektif korban dan kedua adanya kesamaan kronologis peristiwa.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Kota Mati “Alas Roban”, Saksi Bisu Kejayaan Industri Era Hindia Belanda
Menelusuri Kota Mati “Alas Roban”, Saksi Bisu Kejayaan Industri Era Hindia Belanda

Setiap tahunnya, warga harus memberi tumbal kepala kerbau ke tempat itu

Baca Selengkapnya
Cerita Buya Hamka di Penjara pada Masa Sukarno
Cerita Buya Hamka di Penjara pada Masa Sukarno

Buya Hamka merupakan seorang ulama, aktivis politik, dan sastrawan.

Baca Selengkapnya
Perintah Rahasia Letjen Soeharto ke Kostrad: Lindungi Mahasiswa yang Berdemo
Perintah Rahasia Letjen Soeharto ke Kostrad: Lindungi Mahasiswa yang Berdemo

Militer ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.

Baca Selengkapnya