Pembunuh sadis ngaku dapat bisikan gaib, benar atau hanya alibi?
Merdeka.com - Kasus pembunuhan dengan mutilasi dilakukan oleh anggota Satuan Intelkam Polres Melawi, Brigadir Petrus Bakus, terhadap dua anak kandungnya, F (5) dan A (3). Berbagai keterangan sudah didapat polisi dalam pemeriksaan awal terhadap pelaku.
Menurut Kapolda Kalimantan Barat, Brigadir Jenderal Polisi Arief Sulistyanto, kondisi Petrus saat ini sehat. Hanya saja selama pemeriksaan, yang bersangkutan selalu bicara ngawur. Polisi juga mendapat pengakuan soal alasan dia membunuh. Utamanya tentang 'bisikan' gaib melakukan pembunuhan.
Lantas, apakah benar dapat bisikan gaib atau hanya alibi semata?
-
Siapa yang menjadi pelaku mutilasi? Korban berinisial R yang merupakan warga Pangkalpinang, Bangka Belitung, dibunuh dan dimutilasi dua terduga pelaku di rumah indekos tersebut.
-
Siapa korban mutilasi? Identitas Korban Mutilasi Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, korban mutilasi adalah seorang mahasiswa berinisial R.
-
Gimana alibi didukung? Saksi, catatan CCTV, atau bukti lainnya dapat menjadi elemen yang memperkuat alibi.
-
Siapa yang bisa memberikan alibi? Alibi adalah pernyataan seseorang yang kemungkinan merupakan pelaku kejahatan, tentang di mana ia berada pada saat pelanggaran atau kejahatan dilakukan.
-
Siapa yang melakukan mutilasi? Tarsum (50) suami yang bunuh dan mutilasi istrinya, Yanti (41) sempat bergelagat aneh sebelum peristiwa berdarah itu.
-
Alibi itu apa? Alibi adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Latin yang berarti 'di tempat lain,' merupakan suatu bentuk pembelaan dalam sistem hukum yang digunakan untuk membuktikan bahwa seseorang tidak dapat melakukan suatu tindakan kriminal karena pada saat kejadian, orang tersebut berada di tempat lain yang dapat dibuktikan secara sah.
Psikolog Reza Indragiri menduga pelaku mengalami skizofrenia. Sebuah Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku. Sehingga, dia menyebut dalam peristiwa ini pelaku bukanlah menjadikan bisikan gaib sebagai alibi.
"Polisi bantai anak, diduga skizofrenia," kata Reza saat dihubungi merdeka.com, Jumat (27/3).
Reza menjelaskan Polisi merupakan salah satu dari profesi dengan risiko tinggi untuk mengalami skizofrenia. Sehingga, kejadian ini harusnya menjadi tamparan bagi atasan Brigadir Petrus maupun institusi Polri.
Bagaimana mungkin tanda-tanda skizofrenia terabaikan oleh atasan dan lembaga?" ujarnya.
Oleh sebab itu, kejadian ini seharusnya tak mesti sepenuhnya disalahkan kepada pelaku. Dia juga menilai seharusnya Polri setidaknya memiliki tanggungjawab yang besar terhadap mengawasi segala perilaku anggotanya.
"Apalagi ketika yang menjadi korban adalah sipil, maka semakin tegas bahwa pertanggungjawaban institusional juga harus ditunjukkan. Unit SDM, cek menyeluruh dan berkala. Propam, cek kepedulian atasan pada bawahan," tukasnya.
Petrus tega menghabisi nyawa dua anak kandungnya, Jumat (26/2) dini hari. Kini Petrus dimasukkan ke sel Polres Melawi.
Keterangan diperoleh merdeka.com, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 00.15 WIB, di kediaman Petrus, di asrama Polres Melawi, Gang Darul Falah, Desa Faal, Kecamatan Nanga Pinoh.
Istri Petrus, Windri, pada saat itu terbangun dari tidurnya. Dia bertemu Petrus berdiri di depannya sambil memegang parang, sambil mengatakan 'mereka baik, mereka mengerti, mereka pasrah, maafkan Papa ya dik'. Petrus juga berniat membunuh Windri. Namun Windri berhasil kabur.
Sebelum kabur, Windri sempat melihat jasad kedua anaknya yang dalam kondisi mengenaskan. Windri kemudian bergegas keluar rumah, melapor, dan meminta pertolongan ke penghuni asrama lainnya. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Alibi yang valid akan menentukan apakah seseorang terlibat atau tidak dalam sebuah peristiwa kejahatan.
Baca SelengkapnyaPelaku terindikasi mengalami skizofrenia, sekitar dua bulan lalu
Baca SelengkapnyaIbu di Bekasi tega menikam anak kandungnya yang masih berusia 5 tahun karena bisikan gaib.
Baca SelengkapnyaDari hasil penyelidikan dan penyidikan, polisi menemukan dua motif pada kasus dengan pelaku berinisial DS (61) ini.
Baca SelengkapnyaAH terlebih dahulu telah membawa senjata tajam berupa pisau yang disimpan dalam sebuah tas selempang untuk membunuh korban.
Baca SelengkapnyaDukun pengganda uang Slamet Tohari terancam hukuman mati
Baca SelengkapnyaBocah tersebut ditemukan dengan luka 20 tusukan, salah satunya di bagian dada sebelah kiri
Baca SelengkapnyaPelaku pembunuhan bocah perempuan dalam karung di Bekasi ternyata bukan dukun.
Baca Selengkapnya