Pemerintah Cairkan Rp38 Miliar untuk Tahap Awal Penelitian Cari Vaksin Corona
Merdeka.com - Pemerintah sedang memutar otak mencari vaksin untuk memutus mata rantai virus corona atau Covid-19. Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) sudah membentuk konsorsium riset dan inovasi Covid-19 yang akan mencari vaksin, alat deteksi, serta obat untuk Corona.
Menristek, Bambang Brodjonegoro, mengatakan pemerintah sudah menggelontorkan dana Rp 38 miliar untuk konsorsium tahap awal.
"Baru tahap awal, Rp 38 miliar tahap awal konsorsium penelitian. Eijkman lead untuk vaksin, LIPI dan beberapa universitas untuk obat," kata Bambang saat dihubungi merdekacom, Rabu (8/4).
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Kapan Bio Farma mulai meneliti vaksin? Pada 1902 lembaga tersebut mulai meneliti berbagai vaksin yang diperuntukkan bagi kesehatan masyarakat.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang penanganan Covid-19 oleh polisi? Disertasi yang berjudul 'Evaluasi Kebijakan Operasi Aman Nusa II dalam Penanganan Covid-19 oleh Polrestabes Bandung,' karya Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung, menyoroti peran kritis Polri dalam mengimplementasikan strategi efektif yang mengintegrasikan keamanan dan kesehatan publik.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Apa yang diteliti? Analisis terhadap lebih dari 4.000 artefak batu yang ditemukan di sebuah pulau di barat laut Australia memberikan gambaran kehidupan suku Aborigin puluhan ribu tahun yang lalu.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
Konsorsium meliputi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan beberapa lembaga non-kementerian serta perguruan tinggi di Indonesia. Mereka, kata Bambang, saat ini sedang meneliti pil kina untuk obat corona.
"Untuk obat saat ini sedang meneliti pil kina," jelas Bambang.
Namun demikian, perlu waktu satu tahun untuk melakukan pengembangan vaksin.
"Butuh minimal setahun sampai bisa produksi vaksin," sambungnya.
Bambang menjelaskan ada tiga kegiatan prioritas yang sudah disusun oleh tim konsorsium yaitu prioritas jangka pendek, menengah, dan panjang.
Dalam jangka pendek, Bambang menjelaskan ,tim konsorsium fokus pada penelitian dan kajian sistematik. Dia pun mencontohkan penelitian terkait tanaman herbal yang berpotensi menangkal Covid-19. Mulai dari menir, sambiloto, echinaceae, temu lawak, lada hitam, jahe merah, serai, kunyit, kayu manis, seledri, cengkeh, kulit manggis, daun kelor, kulit jeruk, dan jambu biji.
Tidak hanya itu, jangka pendek juga terdiri dari pengembangan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, hand sanitizer, sterilization chamber (tenda sterilisasi virus corona), dan pengkajian terhadap persediaan bahan alami sebagai peningkat imun tubuh.
Bambang menjelaskan penelitian itu juga perlu dilakukan terhadap aspek sosial humaniora. Termasuk ketahanan serta perilaku masyarakat.
"Beberapa kajian lagi juga mencakup berbagai isu terkait Covid-19 di media sosial," jelas Bambang.
Buat Inovasi
Bambang menjelaskan, saat ini tim konsorsium sedang menyiapkan beberapa inovasi. Salah satunya LIPI yang membuat prototipe Airborne Sterilizer yang mampu mengeluarkan nano zone yang dapat menangkap dan menghancurkan virus corona SARS-Cov-2.
LIPI dan lembaga non kementerian saat ini juga sedang mengembangkan Mobile Disinfection Chamber atau tenda disinfeksi virus corona yang berfungsi sebagai alat sterilisasi untuk uang kertas dan logam. Selain itu, LIPI juga sedang menguji beberapa tanaman herbal, maupun obat herbal yang berpotensi menjadi penguat sistem imun serta pencegah virus.
"LIPI saat ini sedang menguji beberapa tanaman herbal yang berpotensi penguat dan pencegah virus," ungkap Bambang.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Biofarma mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk tahun 2025 sebesar Rp2,21 triliun.
Baca SelengkapnyaProgram pendanaan ini akan berlangsung dalam durasi tiga tahun.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan BMN ini digunakan untuk usaha yang lebih produktif.
Baca SelengkapnyaSepanjang 2023, Etana berhasil kembangkan produk bioteknologi dan vaksin.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:
Baca SelengkapnyaPenyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMetode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca SelengkapnyaIntroduksi vaksin dengue bertujuan mencegah penyebaran demam berdarah.
Baca SelengkapnyaKanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca SelengkapnyaMulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.
Baca SelengkapnyaNilai proyek yang mencapai nilai triliunan Rupiah tersebut untuk pengadaan 5 juta set APD.
Baca SelengkapnyaAnggaran R&D selalu menjadi isu saat pilpres berlangsung.
Baca Selengkapnya