Pemerintah Klaim Tak Pakai Buzzer, Ini Peta Percakapan di Media Sosial
Merdeka.com - Juru Bicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman mengklaim pemerintah tidak menggunakan buzzer di media sosial untuk menghadapi kritikan publik.
Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi punya penilaian sendiri. Dia mengungkap, melihat peta percakapan di media sosial memang ada kelompok akun-akun yang merupakan buzzer dan influencer pro pemerintah.
"Saya hanya melihat di peta percakapan, yang ada itu adalah saya selalu bilang, ini ada klaster ada kelompok akun, di situ di dalamnya ada buzzer ada influencer yang pro pemerintah," ujar Ismail saat dihubungi, Jumat (12/2).
-
Apa arti influencer? Influencer adalah istilah yang lekat dengan dunia media sosial. Bisa dikatakan, tak akan ada influencer jika tak ada media sosial. Kedua hal ini seolah tak bisa dilepaskan. Bahkan saat ini, influencer termasuk dalam kategori jenis pekerjaan modern.
-
Siapa saja yang bisa jadi influencer? Secara teori, siapa pun bisa menjadi influencer. Namun, memiliki ponsel dengan koneksi internet dan beberapa akun media sosial saja tidak akan cukup untuk menjadikan Anda seorang influencer.
-
Siapa yang dapat menjadi influencer? Belakangan ini, banyak pengguna media sosial yang menjadi influencer, seperti selebgram, blogger, dan YouTuber, dengan pekerjaan sehari-harinya, yaitu membuat konten.
-
Siapa yang memanfaatkan jasa buzzer? Awalnya, buzzer lebih sering digunakan sebagai strategi pemasaran untuk mempromosikan produk atau merek tertentu.
-
Siapa yang viral di media sosial? Kisah pilu gadis ini mencuri perhatian publik di media sosial. Sejak pertama kali diunggah, videonya sudah mendapat 34 ribu tanda suka.
-
Bagaimana buzzer bekerja di media sosial? Buzzer bekerja secara virtual melalui akun media sosial. Mereka dapat bekerja sama dengan Key Opinion Leaders (KOL) yang memiliki banyak pengikut di media sosial untuk meramaikan isu yang sedang viral. Buzzer dan KOL bekerja dengan sistem yang terorganisasi dengan baik dan mampu menciptakan traffic isu yang sedang populer di media sosial.
Ismail menjelaskan, dalam peta percakapan dalam suatu isu memang ada pihak-pihak pro pemerintah. Kadang isu tersebut positif seperti kampanye program 3M. Tapi ada juga gerakan kontra narasi terhadap kritikan.
"Kadang juga untuk melakukan kontra narasi terhadap kritik-kritikan," jelasnya.
Meski begitu, Ismail enggan menduga-duga apakah klaster pro pemerintah tersebut merupakan buzzer yang dibayar oleh Istana. Sebab itu juga di luar kapasitasnya.
"Kalau saya ditanya ini dibayar pemerintah atau tidak, saya tidak bisa buktikan," kata Ismail.
Dalam meramaikan percakapan, baik pro pemerintah maupun kontra pemerintah terhadap isu kerap digunakan bot. Fungsinya untuk mengamplifikasi percakapan. Biasa digunakan ketika malam hari saat orang terlelap.
"Mau trendingnya orang berangkat kerja jam 8-9 berarti sebelumnya sudah mulai dinaikan, diprogram bisa tuh jam 4-6 pelan-pelan, kan orang lagi tidur makanya pakai bot," ujar Ismail.
Namun, dijelaskan Ismail, percakapan isu itu akan sangat ramai oleh percakapan organik. Alias akun asli.
Percakapan ini dipanaskan juga melalui influencer-influencer. Misal dalam isu politik ada beberapa influencer yang memanaskan baik dari pihak pro maupun kontra pemerintah.
"Sebetulnya baik yang pro pemerintah maupun oposisi dalam konteks yang politik ya, influencernya sih itu-itu saja," jelasnya.
Pengikutnya, kata Ismail, sangat banyak. Kemudian percakapan akan ramai secara organik dari para pengikutnya ini tanpa menggunakan bot.
"Kemudian fans, kelompok orang-orang netizen yang pro pemerintah atau oposisi juga banyak. Jadi mereka saling tempur," jelasnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi) Fadjroel Rachman mengklaim pemerintah tidak menggunakan buzzer di media sosial untuk menghadapi kritik dari publik. Isu soal buzzer pemerintah kembali muncul. Warganet menyebut pemerintah menggunakan buzzer untuk membalas kritik publik terhadap pemerintah.
"Pemerintah tidak punya buzzer," kata Fadjroel kepada merdeka.com, Kamis (11/2).
Dia mengklaim selalu diserang oleh buzzer di media sosialnya selama 24 jam. Meski demikian, dia menanggapi dengan santai hal tersebut.
"Medsos saya juga 24 jam diserang buzzer, pakai fitur blok saja ya beres," ungkap Fadjroel.
Fadjroel juga menjelaskan influencer yang digunakan pemerintah untuk program vaksinasi diberikan tanpa diberikan imbalan. Hal tersebut sebagai bentuk gotong royong.
"Influencer atau KOL terkait covid-19 dan vaksinasi itu cuma-cuma dan gratis sebagai bentuk gotong royong melawan pandemi covid-19," ungkap Fadjroel.
Sementara itu, menurut Fadjroel, pemerintah memberdayakan influencer resmi melalui kemenparekraf. Tujuannya untuk mempromosikan wisata di Indonesia. Yaitu dengan menargetkan kunjungan wisatawan, 14 juta (2017), 15,8 juta (2018), 16,11 juta (2019).
"Kalau influencer yang digunakan kemenparekraf itu resmi dan legal untuk branding dan awareness, ini websitenya www.lpse.kemenparekraf.go.id," beber Fadjroel.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di Indonesia istilah ini mulai populer setelah pemilu tahun 2019.
Baca SelengkapnyaBuzzer sering dikaitkan dengan orang yang membuat pencitraan.
Baca SelengkapnyaDitjen Bea Cukai ingin agar masyarakat paham tentang kepabeanan secara mudah.
Baca SelengkapnyaBahkan Menkominfo menyebut situasi ruang digital lebih baik dibandingkan pada 2019.
Baca SelengkapnyaIni penjelasan dari pakar siber security mengenai kecurigaan orang-orang terkait hal itu.
Baca SelengkapnyaBuzzer adalah sekelompok orang yang menyebarkan informasi, sering kali melalui platform media sosial untuk mempromosikan ide, produk, atau yang lainnya.
Baca SelengkapnyaAnies berkomitmen untuk sama sekali tidak menggunakan buzzer.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Budi Arie Setiadi kini enggan menjawab pertanyaan seputar akun Fufufafa
Baca SelengkapnyaRaffi Ahmad sempat ramai dihujat netizen karena dinilai tak turut buka suara soal RUU Pilkada yang akhirnya dibatalkan.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi, pihaknya sudah sejak lama mendalami kasus Fufufafa tersebut.
Baca SelengkapnyaKominfo Bantah Media Sosial Elaelo yang Viral Disebut Buatan Pemerintah, Lantas Siapa yang Punya?
Baca SelengkapnyaPemerintah bakal memisahkan e-commerce dan media sosial, khususnya di platform TikTok.
Baca Selengkapnya